Citizen6, Depok: Pernahkah Anda mendengar atau mengetahui tentang tempat pendidikan bernama Sekolah Master? Dari namanya, mungkin Anda berpikir kalau sekolah tersebut adalah sekolah seni bela diri, yang nantinya akan menghasilkan ahli-ahli kung-fu, seperti Jet Lee dan Jacky Chan. Namun ternyata tak seperti yang Anda pikirkan.
Sekolah Master merupakan singkatan untuk Sekolah Masjid Terminal, yang didirikan pada tahun 2000 di sekitar terminal Depok. Berdirinya sekolah itu berawal dari keprihatinan seorang pria asal Tegal, Nurrohim yang melihat banyaknya anak-anak, remaja dan pemuda yang seharusnya masih bersekolah justru berkeliaran di terminal Depok dan sekitarya.
Bermodal lahan seluas sekitar 6 ribu meter yang dijadikan 12 ruang kelas, saat ini Sekolah Master memiliki siswa berjumlah 2 ribu orang. Mereka menuntut ilmu di sekolah itu dengan menempati bangunan semi permanen, dan sebagian lainnya menempati bekas boks kontainer.
Belum lama ini, tersiar kabar kalau Sekolah Master akan digusur oleh pemerintah Depok. Dari luas lahan seluas 6 ribu meter milik Nurrohim, sekitar 4 ribu meternya dikabarkan akan terkena relokasi untuk menampung para pedagang kaki lima (PKL) di daerah Depok. Para pendidik dan murid Sekolah Master pun resah mengetahui soal penggusuran itu.
Mendengar kabar tersebut, Nurrohim disela-sela wawancaranya di salah satu TV Swasta mengungkapkan, ia hanya akan mengoptimalkan sisa lahan miliknya menjadi pusat pelayanan terpadu untuk sekolah alternatif. Sehingga masyarakat kota Depok yang tidak bisa mengakses layanan sekolah negeri atau formal bisa tertampung di sekolah bikinannya.
Keresahan dan kekhawatiran para pendidik dan para murid sekolah master pun akhirnya terjawab. Saat ini mereka boleh lega, karena Walikota Depok Nurmahmudi telah mengklarifikasi bahwa sekolah tersebut tidak akan digusur.
"Pemerintah Kota Depok tidak ada sedikit pun untuk merecanakan penggusuran, bahkan kita akan merencanakan terus-menerus agar Sekolah Master bisa berfungssi untuk menjadi sekolah percontohan kombinasi. Antara pengelolaan sekolah terbuka, dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang benar," ungkap Nurmahmudi.
"Karena dengan adanya ini (Sekolah Master) kami bisa melihat, bahwa teman-teman keluaran dari sekolah master tidak hanya sekedar berijazah, tapi mereka malah juga bisa kuliah ke universitas negeri. Dan kami pun juga bertekad untuk bisa meningkatkan peranan mereka," tambahnya.
Ketika salah satu awak media dari televisi swasta mencoba mengklarifikasi bangunan sekolah yang masih berdiri di samping Terminal Depok dan kegiatan belajar mengajar tetap berlanjut. Mahmudi menegaskan," Kegiatan belajar mengajar tetap dilanjutkan bahkan harus ditingkatkan fungsinya."
Selain itu, pemerintah Kota Depok juga berjanji akan memberikan program beasiswa kepada anak-anak berpretasi dari Sekolah Master. Mahmudi pun memberikan penawaran menggiurkan untuk mengkuliahkan anak-anak dari Sekolah Master itu ke Eropa. (Mar)
Mar adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media, kuliner dan lainnya ke citizen6@liputan6.com
Sekolah Master merupakan singkatan untuk Sekolah Masjid Terminal, yang didirikan pada tahun 2000 di sekitar terminal Depok. Berdirinya sekolah itu berawal dari keprihatinan seorang pria asal Tegal, Nurrohim yang melihat banyaknya anak-anak, remaja dan pemuda yang seharusnya masih bersekolah justru berkeliaran di terminal Depok dan sekitarya.
Bermodal lahan seluas sekitar 6 ribu meter yang dijadikan 12 ruang kelas, saat ini Sekolah Master memiliki siswa berjumlah 2 ribu orang. Mereka menuntut ilmu di sekolah itu dengan menempati bangunan semi permanen, dan sebagian lainnya menempati bekas boks kontainer.
Belum lama ini, tersiar kabar kalau Sekolah Master akan digusur oleh pemerintah Depok. Dari luas lahan seluas 6 ribu meter milik Nurrohim, sekitar 4 ribu meternya dikabarkan akan terkena relokasi untuk menampung para pedagang kaki lima (PKL) di daerah Depok. Para pendidik dan murid Sekolah Master pun resah mengetahui soal penggusuran itu.
Mendengar kabar tersebut, Nurrohim disela-sela wawancaranya di salah satu TV Swasta mengungkapkan, ia hanya akan mengoptimalkan sisa lahan miliknya menjadi pusat pelayanan terpadu untuk sekolah alternatif. Sehingga masyarakat kota Depok yang tidak bisa mengakses layanan sekolah negeri atau formal bisa tertampung di sekolah bikinannya.
Keresahan dan kekhawatiran para pendidik dan para murid sekolah master pun akhirnya terjawab. Saat ini mereka boleh lega, karena Walikota Depok Nurmahmudi telah mengklarifikasi bahwa sekolah tersebut tidak akan digusur.
"Pemerintah Kota Depok tidak ada sedikit pun untuk merecanakan penggusuran, bahkan kita akan merencanakan terus-menerus agar Sekolah Master bisa berfungssi untuk menjadi sekolah percontohan kombinasi. Antara pengelolaan sekolah terbuka, dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang benar," ungkap Nurmahmudi.
"Karena dengan adanya ini (Sekolah Master) kami bisa melihat, bahwa teman-teman keluaran dari sekolah master tidak hanya sekedar berijazah, tapi mereka malah juga bisa kuliah ke universitas negeri. Dan kami pun juga bertekad untuk bisa meningkatkan peranan mereka," tambahnya.
Ketika salah satu awak media dari televisi swasta mencoba mengklarifikasi bangunan sekolah yang masih berdiri di samping Terminal Depok dan kegiatan belajar mengajar tetap berlanjut. Mahmudi menegaskan," Kegiatan belajar mengajar tetap dilanjutkan bahkan harus ditingkatkan fungsinya."
Selain itu, pemerintah Kota Depok juga berjanji akan memberikan program beasiswa kepada anak-anak berpretasi dari Sekolah Master. Mahmudi pun memberikan penawaran menggiurkan untuk mengkuliahkan anak-anak dari Sekolah Master itu ke Eropa. (Mar)
Mar adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media, kuliner dan lainnya ke citizen6@liputan6.com