Citizen6, Maroko: Di pagi hari yang sejuk berselimutkan hangatnya rasa kebersamaan menghiasi indahnya berbagi di Hari Raya Idul Adha 1434 H di negeri seribu banteng, Maroko.
Â
Meski perayaan Idul Adha di Maroko berbeda sehari dengan Indonesia dan Arab Saudi, namun tak sedikit pun mengurangi semangat Warga Negara Indonesia (WNI) di Maroko untuk merayakannya. Selain Maroko, Pakistan juga merayakan Hari Raya Idul Adha pada 16 Oktober 2013.
Perayaan tersebut diadakan di ruang serbaguna KBRI Rabat, Maroko dan di ikuti oleh sekitar 100 WNI yang berdomisili di Maroko. Kebanyakan dari mereka di dominasi oleh para mahasiswa di Maroko yang tergabung dalam organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko.
Acara tersebut diawali dengan salat Idul Adha di ruang serbaguna KBRI Rabat. Bertindak sebagai khatib dalam salat Ied adalah H Alvian Iqbal Zahasfan yang baru saja menyelesaikan program masternya di Institur Dar el Hadith el Hassania- red Darul Hadits, Kota Rabat. Sedangkan yang bertindak sebagai imam adalah Dr H Tb Ade Asnawai, yang baru saha mendapat penghargaan Summa Cum Laude (Musyarrif Jiddan) di Universitas Mohammed V, Kota Rabat. Keduannya adalah lulusan dari universitas terkemuka di Maroko.
Dalam ceramahnya, Alvian mengambil tema "Menyembelih Koruptor", sedangkan sang khotib menyampaikan, Idul Adha jika dikaitkan dengan konteks Indonesia kekinian maka seharusnya para pimpinan puncak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menerapkan hukum kurban kepada para koruptor.
Sudah saatnya NKRI menerapkan hukumq ishoh terhadapa para maling uang negara. Korupsi dan sogok-menyogok yang telah menggurita di semua lini birokrasi dan jalanan.
Bukankah Allah telah berfirman, lanjut Alvian, dalam surat Al-Baqoroh ayat 179, yang artinya "Dan dalam penerapan qishoh ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa".
Sayangnya ayat ini di jalankan bukan oleh negara Islam tapi oleh negara komunis, marxis, yaitu China. Padahal sejarah mencata, penguasa muslim Andalusia, Abdurrahman III aatau Abdurahman An-Nashir telah menerapkan sistem menyembelih koruptor.
Usai salat Ied, acara dilanjutkan dengan ramah-tamah dan pemotongan hewan kurban di halaman belakang gedung KBRI Rabat. Untuk tahun ini KBRI memotong 6 ekor domba, yang disumbangkan masing-masing oleh Dubes RI,
Kepala Kanselarai, staf KBRI, masyarakat Indonesia, dan Raja Maroko Mohammed VI. (Kusnadi El-Ghezwa/Mar)
Kusnadi El-Ghezwa adalah pewarta warga yang juga Koordinator Departemen Media Informasi PPI Maroko dan Koordinator Lajnah Ta’lifwaNasyr PCINU Maroko yang bisa dihubungi lewat email: el_gzha@yahoo.co.id.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Â
Meski perayaan Idul Adha di Maroko berbeda sehari dengan Indonesia dan Arab Saudi, namun tak sedikit pun mengurangi semangat Warga Negara Indonesia (WNI) di Maroko untuk merayakannya. Selain Maroko, Pakistan juga merayakan Hari Raya Idul Adha pada 16 Oktober 2013.
Perayaan tersebut diadakan di ruang serbaguna KBRI Rabat, Maroko dan di ikuti oleh sekitar 100 WNI yang berdomisili di Maroko. Kebanyakan dari mereka di dominasi oleh para mahasiswa di Maroko yang tergabung dalam organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko.
Acara tersebut diawali dengan salat Idul Adha di ruang serbaguna KBRI Rabat. Bertindak sebagai khatib dalam salat Ied adalah H Alvian Iqbal Zahasfan yang baru saja menyelesaikan program masternya di Institur Dar el Hadith el Hassania- red Darul Hadits, Kota Rabat. Sedangkan yang bertindak sebagai imam adalah Dr H Tb Ade Asnawai, yang baru saha mendapat penghargaan Summa Cum Laude (Musyarrif Jiddan) di Universitas Mohammed V, Kota Rabat. Keduannya adalah lulusan dari universitas terkemuka di Maroko.
Dalam ceramahnya, Alvian mengambil tema "Menyembelih Koruptor", sedangkan sang khotib menyampaikan, Idul Adha jika dikaitkan dengan konteks Indonesia kekinian maka seharusnya para pimpinan puncak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menerapkan hukum kurban kepada para koruptor.
Sudah saatnya NKRI menerapkan hukumq ishoh terhadapa para maling uang negara. Korupsi dan sogok-menyogok yang telah menggurita di semua lini birokrasi dan jalanan.
Bukankah Allah telah berfirman, lanjut Alvian, dalam surat Al-Baqoroh ayat 179, yang artinya "Dan dalam penerapan qishoh ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa".
Sayangnya ayat ini di jalankan bukan oleh negara Islam tapi oleh negara komunis, marxis, yaitu China. Padahal sejarah mencata, penguasa muslim Andalusia, Abdurrahman III aatau Abdurahman An-Nashir telah menerapkan sistem menyembelih koruptor.
Usai salat Ied, acara dilanjutkan dengan ramah-tamah dan pemotongan hewan kurban di halaman belakang gedung KBRI Rabat. Untuk tahun ini KBRI memotong 6 ekor domba, yang disumbangkan masing-masing oleh Dubes RI,
Kepala Kanselarai, staf KBRI, masyarakat Indonesia, dan Raja Maroko Mohammed VI. (Kusnadi El-Ghezwa/Mar)
Kusnadi El-Ghezwa adalah pewarta warga yang juga Koordinator Departemen Media Informasi PPI Maroko dan Koordinator Lajnah Ta’lifwaNasyr PCINU Maroko yang bisa dihubungi lewat email: el_gzha@yahoo.co.id.
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.