CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon Enggan Pakai Kata Cryptocurrency

CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon kembali menyampaikan pandangan mengenai kripto.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Feb 2022, 09:03 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2022, 09:03 WIB
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Liputan6.com, Jakarta - CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon menegaskan ketidaksukaannya terhadap cryptocurrency. Ia menyebutnya “tidak berharga” selama lonjakan besar crypto pada Oktober 2021.

Namun, ia sekarang berhenti menyebutnya "mata uang”. “Mata uang memiliki aturan hukum di belakangnya, bank sentral dan otoritas pajak. Saya menyebutnya token-kripto,” ujar Dimon dilansir dari Yahoo Finance, Minggu (6/2/2022).

Hal yang disampaikan Dimon itu sebagian benar. Lalu bagaimana cryptocurrency gagal sebagai mata uang? Dengan pendapat Dimon ada benarnya. Dalam dua fungsi mata uang lainnya untuk fasilitasi pertukaran barang dan jasa serta untuk simpan nilai.

Bitcoin dapat membeli kopi di El Salvador, dan ethereum dapat membelikan Anda NFT di OpenSea, tetapi kasus pemakaian itu seperti jarang. Hal utama yang dapat ditukar dengan kripto adalah mata uang fiat.

Sementara itu, cryptocurrency menyimpan nilai, dan melakukan kurang andal dari pada dolar AS atau mata uang fiat lainnya. Harga bitcoin turun 46 persen antara November 2021 dan Januari 2022. Jika mata uang fiat selalu bergejolak, penggunanya akan berada dalam masalah besar.

Untuk itu, Dimon juga klaim tidak memahami kripto dan menyarankan orang lain untuk tidak memahaminya. “Anda telah melihat, dalam beberapa bulan terakhir, mereka telah kehilangan setengah nilainya di pasar Amerika Serikat,” ujar dia.

Ketika Dimon menyebut cryptocurrency sebagai "token", ia melemparkannya sebagai jenis aset tertentu yang dapat diperdagangkan atau yang dapat dipertukarkan dengan utilitas terbatas.

Penggemar kripto menganggap token sebagai bagian dari semua cryptocurrency. Dimon memberi tahu kalau cryptocurrency sudah jauh lebih sempit dan terbatas daripada yang ingin dipercayai.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Market Kripto Reboun, Apakah Bakal Mengulang Siklus 4 Tahunan?

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, awal tahun ini menjadi bulan yang sangat fluktuatif untuk sebagian besar market kripto. Ketakutan investor atas pergerakan kebijakan moneter yang dikeluarkan The Fed menjadi salah satu pemicu utamanya.

Masuk bulan Februari 2022 dan melewati perayaan Tahun Baru Imlek, analis memprediksi market crypto akan bergerak perlahan melakukan rebound.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono menilai mempredisi Februari akan jadi bulan yang positif bagi market kripto.

"Secara historis, sejumlah kripto dengan kapitalisasi besar atau big cap, termasuk Bitcoin dan Ethereum bergerak positif di Februari tahun-tahun sebelumnya. Terlebih setelah perayaan Tahun Baru Imlek, para investor akan mengurangi cash out dan mulai kembali meramaikan market,” kata Afid, Sabtu, 5 Februari 2022.

Sepanjang Januari 2021, Bitcoin terus masuk zona merah. Penurunan harga sepanjang awal tahun tersebut menempatkan BTC pada laju terburuknya sejak 2018 lalu. Kondisi tersebut menimbulkan spekulasi akan terulang kembali siklus empat tahunan Bitcoin.

"Jika mengikuti siklus tersebut, setelah harga Bitcoin mengalami kenaikan yang luar biasa, para investor kemudian melakukan koreksi, sehingga mereka kemudian akan melepas keping-keping BTC-nya secara perlahan dalam aksi ambil untung dan mengakibatkan penurunan harga aset kripto tersebut," ujar Afid.

Penyebab Sebenarnya

Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Meski begitu, Afid melihat koreksi market Bitcoin terjadi bukan disebabkan oleh siklus empat tahunan. Hal tersebut terjadi karena sentimen dari luar, seperti kebijakan The Fed, Bank Sentra Rusia hingga libur akhir tahun dan perayaan Imlek yang membuat market terkoreksi.

"Ini yang menjadi menarik, di mana siklus empat tahunan BTC akan hilang karena peran dari institusional maupun perusahaan global yang masuk ke industri kripto. Bitcoin merupakan aset kripto yang dianggap kurang berisiko bagi investor, terutama pada saat volatilitas dan ketidakpastian tinggi," katanya.

Menurut laporan Arcane Research, sepanjang Januari 2022 semua indeks crypto mengalami kerugian antara 20 persen dan 31 persen. Namun, Bitcoin mengungguli semua altcoin dan mempertahankan kapitalisasi market kripto tertinggi serta menghitung lebih sedikit kerugian.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya