3 Hal Ini Perlu Diatasi Agar Tak Terjadi NFT Jadi Bubble

Bubble adalah kondisi di mana sebuah aset yang bernilai tinggi akan turun drastis dan dengan cepat akan hilang dari pasaran.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 15 Jun 2022, 16:03 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2022, 20:12 WIB
Ilustrasi NFT (Foto: Unsplash/Andrey Metelev)
Ilustrasi NFT (Foto: Unsplash/Andrey Metelev)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini semakin banyak pelaku dan penikmat seni di Indonesia yang saat ini mulai sadar akan manfaat Non-Fungible Token (NFT). NFT juga masih menjadi perbincangan hangat di masyarakat, apalagi setelah karya Beeple “Everydays: The First 5000 Days” laku terjual sebesar USD 69,346,250 atau setara dengan Rp 9 triliun. 

Di sisi lain, NFT lokal dari Ghozali Everyday juga berhasil meraih popularitas dan terjual puluhan juta rupiah. Sejalan dengan perkembangan dan popularitas NFT, Chairwoman Asosiasi Blockchain Indonesia, Asih Karnengsih menyampaikan pandangannya tentang NFT.

Asih melihat fenomena NFT yang selalu menjadi perbincangan dan menimbulkan berbagai pertanyaan di masyarakat tentang apakah NFT ini hanya tren semata atau akan menjadi bubble ke depannya.

“Penting adanya literasi kepada masyarakat terkait implementasi dan manfaat dari teknologi blockchain dalam perkembangan ekonomi indonesia, salah satu contohnya adalah memanfaatkan NFT untuk membantu pelaku seni di Indonesia untuk mendapatkan apresiasi dan reward atas karyanya,” jelas Asih dalam keterangan tertulis, Selasa (7/6/2022). 

Bubble adalah kondisi di mana sebuah aset yang bernilai tinggi akan turun drastis dan dengan cepat akan hilang dari pasaran.

Oleh karena itu, Asosiasi Blockchain Indonesia mencatat ada tiga hal yang membuat NFT sangat mungkin menjadi bubble, apabila tidak segera diatasi dengan tepat. 

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pasar NFT Terus Menurun

Ilustrasi NFT (Foto: Unsplash by Pawel Czerwinski)
Ilustrasi NFT (Foto: Unsplash by Pawel Czerwinski)

1. Pasar NFT Terus Menurun

Pasar NFT nyatanya mulai terlihat tenang dalam beberapa waktu terakhir. Menurut Bloomberg, nilai perdagangan rata-rata dari NFT telah turun drastis dalam beberapa waktu terakhir. 

Penjualan utama NFT yang turun secara nyata dalam satu bulan terakhir dan menurut data tercatat penjualan NFT turun sebesar 29 persen dan 1,17 persen dalam USD. Sedangkan, penjualan utama yakni penjualan yang berlangsung di website proyek NFT turun 73 persen, dan dalam USD turun 49 persen.

Menurut data Financial Times, volume transaksi harian untuk NFT di OpenSea turun 80 persen, yaitu menjadi USD 50 juta pada Maret 2022, dibandingkan pada Februari dengan total transaksi yang mencapai USD 284 juta. 

Pasa pelacak NFT DappRadar di OpenSea juga menunjukkan adanya penurunan jumlah trader dan volume secara keseluruhan, dimana volume perdagangan turun hampir 67 persen dan diikuti dengan trader yang turun sebanyak 23 persen.

 

 


Jadi Skema Ponzi

Ilustrasi NFT (Foto: Unsplash by Pawel Czerwinski)
Ilustrasi NFT (Foto: Unsplash by Pawel Czerwinski)

Meskipun NFT mengalami penurunan yang cukup signifikan, tetapi cryptocurrency masih memiliki sirkulasi yang kuat di OpenSea setiap harinya dan trader masih menghabiskan ribuan hingga ratusan dolar untuk NFT.

2. Menjadi Skema Ponzi

Selain nilainya yang turun, NFT juga masih memiliki sentimen negatif di masyarakat, misalnya untuk pencucian uang. Dengan NFT pencucian uang bisa dengan mudah dilakukan karena pembeli dan penjual tidak bisa terlacak sepenuhnya apabila mereka menggunakan identitas anonim.

Dilansir dari The Conversation, NFT dikatakan mirip skema ponzi karena beberapa kesamaan yang dimiliki, seperti pembeli pertama mendapatkan keuntungan yang tinggi daripada pembeli terakhir yang sudah tertinggal tren NFT sehingga pembeli terakhir tidak mendapatkan keuntungan. 

 


Tak Memiliki Nilai Fundamental

Ilustrasi NFT
Ilustrasi NFT. Dok: unsplash

3. Tidak Memiliki Nilai Fundamental

Harus diakui masih banyak NFT yang tidak memiliki nilai fundamental dan kegunaan yang jelas, seperti hanya berupa gambar acak yang dibeli pengguna karena FOMO (Fears of Missing Out). 

Apabila NFT terus-menerus seperti ini maka sangat mungkin bubble akan terjadi, dan karya NFT yang memiliki fungsi jelas akan ikut terseret ke dalam sentimen negatif ini.

Apabila NFT bubble terjadi, dampaknya tidak hanya berefek pada NFT saja melainkan akan menyebar ke aset kripto secara umum, karena untuk membeli NFT dibutuhkan kripto sebagai alat transaksi.

Melihat masih banyaknya pertanyaan dan kekhawatiran mengenai NFT di masyarakat, Asosiasi Blockchain Indonesia mendukung penuh adanya literasi atau edukasi mengenai peran dan implementasi NFT untuk memperkuat ekosistem dan mencegah terjadinya NFT menjadi bubble. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya