Liputan6.com, Jakarta - Portal web perbandingan produk, finder.com, kembali mengeluarkan laporan terbaru mengenai prediksi harga Bitcoin. Kali ini, Finder mengajak 55 ahli untuk membahas mengenai masa depan kripto terbesar di dunia.
Seluruh ahli berpendapat nilai bitcoin akan meningkat lebih dari 10 persen pada akhir tahun, dan pada 2025, para ahli memperkirakan bitcoin akan naik menjadi sekitar USD 79.000 atau sekitar Rp 1,2 miliar.
Baca Juga
Meskipun Bitcoin telah mengalami penurunan 70 persen dari level tertinggi sepanjang masa. Sekitar 56 persen panelis Finder berpikir BTC saat ini terlalu murah dan sebagian besar memperkirakan BTC akan naik ke USD 21.344 (Rp 332,9 juta) pada Desember 2022.
Advertisement
Salah satu ahli dari Coinsmart Financial, Justin Hartzman mengatakan kepada peneliti finder.com harga Bitcoin saat ini tengah menderita karena kondisi makro eksternal. Hartzman mengasumsikan BTC akan mengakhiri tahun di level USD 17.000 per unit tetapi mencatat pada 2025, Bitcoin bisa mencapai USD 75.000.
“Prediksi harga 2025 saya akan tergantung pada halving. Jika kondisi makro membaik dan lingkungan regulasi membaik, maka harga BTC seharusnya bisa naik,” ujar Hartzman, dilansir dari Bitcoin.com, Rabu (26/10/2022).
Pada saat penulisan, dominasi BTC di antara 13.234 aset kripto yang ada adalah 38,4 persen sedangkan dominasi ETH adalah 16,3 persen.
Sebelum The Merge, dominasi Ethereum melonjak ke kisaran 20 persen tetapi metrik telah turun sejak jaringan beralih dari proof-of-work (PoW) ke proof-of-stake (PoS).
Meskipun dominasi ethereum menyusut, 54 persen panel Finder berpikir ether pada akhirnya akan menyalip kapitalisasi pasar BTC. 29 persen ahli berpikir ETH dapat membalik BTC pada 2024.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Analis Bank DBS Sebut Bitcoin Aset Unik
Sebelumnya, ahli strategi investasi DBS Daryl Ho berbicara tentang bitcoin dalam diskusi dengan media. Dia mengatakan bitcoin itu unik terlepas dari apakah harganya berubah atau tidak.
Menurut Daryl, jika hanya melihat secara murni berdasarkan harga, akan melihat banyak volatilitas dan itu tidak banyak memberi tahu tentang manfaat apa yang sebenarnya dihasilkan Bitcoin.
"Saya pikir bitcoin masih unik apakah harganya berubah atau tidak,” ujar Daryl dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (25/10/2022).
Daryl melanjutkan untuk menunjukkan keunikan bitcoin tidak didorong oleh harganya melainkan utilitasnya yang memungkinkan transfer nilai secara terdesentralisasi tanpa perlu pengawasan pusat untuk menyelesaikan perdagangan.
"Sebagian besar metode yang Anda gunakan untuk memperdagangkan aset memerlukan pihak kliring pusat untuk memverifikasi perdagangan. Sedangkan, Bitcoin menghadirkan peluang yang tidak ditawarkan uang fiat,” jelas Daryl.
Ahli strategi itu menekankan, rekam jejak 13 tahun bitcoin semakin meningkatkan kepercayaan pada cryptocurrency.
Langkah DBS dalam Aset Digital
DBS meluncurkan pertukaran aset digital pada Desember 2020. Platform ini mendukung perdagangan empat mata uang kripto: bitcoin, bitcoin cash, ether, dan XRP.
Pada Agustus, bank mengungkapkan volume perdagangan pada pertukaran aset digitalnya melonjak, mencatat investor yang percaya pada prospek aset digital jangka panjang condong ke platform tepercaya dan teregulasi untuk mengakses pasar aset digital. Bulan lalu, DBS meluncurkan perdagangan kripto mandiri melalui aplikasi Digibank-nya.
CEO Grup Bank DBS, Piyush Gupta, mengatakan pada Maret dia tidak berpikir cryptocurrency akan menjadi uang tetapi menyatakan itu bisa menjadi alternatif untuk emas. Bank juga baru-baru ini memasuki metaverse dengan bermitra dengan The Sandbox.
Advertisement
Volatilitas Bitcoin Kini Lebih Rendah Ketimbang Indeks Nasdaq hingga S&P 500
Sebelumnya, perusahaan data aset digital, Kaiko, volatilitas Bitcoin sekarang lebih rendah daripada Nasdaq dan S&P 500. Hal ini terjadi di tengah harga Bitcoin yang tertahan di level USD 19.000 (Rp 297 juta) selama sebulan.
Penyedia data mengatakan pada Jumat, 21 Oktober 2022, volatilitas 20 hari cryptocurrency kini telah jatuh di bawah indeks saham untuk pertama kalinya sejak 2020. Itu adalah berita yang disambut baik oleh banyak investor kripto lama yang berharap perubahan harga kripto tidak terlalu ekstrem yang menakuti para investor.
Kaiko juga mengatakan kesenjangan antara volatilitas 30 hari dan 90 hari bitcoin dan ekuitas telah menyusut sejak pertengahan September, bahkan dengan sensitivitas bitcoin yang meningkat terhadap rilis data ekonomi makro.
Meskipun korelasi bitcoin dengan saham telah mereda, tetap tinggi dan harganya terus didorong oleh tema makro.
Kepala penelitian di Kaiko, Clara Medali mengatakan volatilitas Bitcoin berada pada posisi terendah multi-tahun sementara volatilitas ekuitas hanya pada level terendah sejak Juli.
.
Volatilitas Bitcoin Berada di Posisi Terendah
“Pasar ekuitas tentu saja bergejolak selama beberapa bulan terakhir karena inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan perang yang sedang berlangsung. Data menunjukkan pasar cryptocurrency kurang reaktif terhadap peristiwa makro yang bergejolak sebelumnya di tahun ini, sedangkan pasar ekuitas tetap sangat sensitif,” ujar Medali dikutip dari CNBC, Senin (24/10/2022).
Pada Jumat bitcoin sebentar turun di bawah level USD 19.000, menyusul lonjakan singkat dalam indeks dolar dan karena imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik ke puncak 14-tahun. Namun, sejak itu kembali pulih.
Dua cryptocurrency terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar membukukan minggu penurunan dan minggu negatif ketiga berturut-turut, dalam apa yang secara historis merupakan bulan yang kuat untuk pengembalian kripto. Untuk bulan ini, bitcoin dan ether masing-masing turun sekitar 1 perse dan 3 persen
Advertisement