Liputan6.com, Jakarta - Floating Point Group (FPG), perusahan perdagangan institusional yang berspesialisasi dalam cryptocurrency, mengalami serangan dunia maya pada Minggu, 11 Juni 2023.
Akibat peretasan ini perusahaan alami kerugian antara USD 15 juta atau setara Rp 223,7 miliar (asumsi kurs Rp 14.915 per dolar AS) dan USD 20 juta dalam kripto atau setara Rp 298,3 miliar. Dengan begitu total kerugian secara keseluruhan mencapai sekitar USD 35 juta atau setara Rp 522 miliar.
Baca Juga
Peretasan dan pelanggaran adalah kejadian yang relatif umum di kripto yang dapat terjadi di hampir semua perusahaan. FPG telah mengambil langkah-langkah untuk memastikannya aman, setelah melibatkan auditor luar pada Desember tahun lalu untuk serangkaian audit keamanan siber dan pengujian penetrasi, berhasil mendapatkan sertifikasi SOC 2 bagi perusahaan.
Advertisement
“Setelah menemukan pelanggaran keamanan, FPG mengunci semua akun pihak ketiga dan mengamankan semua dompet. Pemisahan akun perusahaan membatasi dampak keseluruhan dari serangan itu,” kata juru bicara perusahaan, dikutip dari CoinDesk, Kamis (15/6/2023).
Juru bicara menambahkan, perusahaan telah menghentikan perdagangan, penyetoran dan penarikan, karena sangat hati-hati untuk melindungi aset lainnya dan telah bekerja sama dengan berbagai pihak.
“Kami bekerja sama dengan FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri, regulator kami, dan Chainalysis untuk memahami bagaimana ini terjadi dan untuk memulihkan aset,” pungkas juru bicara.
Penipuan dan Peretasan Kripto Bikin Rugi Rp 804,7 Miliar pada Mei 2023
Sebelumnya, selama bulan yang bergejolak untuk pasar cryptocurrency, Mei 2023 terjadi gelombang penipuan dan insiden peretasan yang mengakibatkan kerugian kumulatif lebih dari USD 54 juta atau setara Rp 804,7 miliar (asumsi kurs Rp 14.901 per dolar AS), menurut laporan baru dari perusahaan keamanan De Fi.
Dilansir dari Yahoo Finance, Minggu (4/6/2023), jumlahnya hampir setengah dari kerugian pada April sebesar USD 101,5 juta atau setara Rp 1,5 triliun. Penurunan ini menunjukkan praktik keamanan yang lebih baik di antara pengguna dan pengembang.
Namun, tidak ada dana yang dipulihkan pada Mei 2023 dibandingkan dengan USD 2,2 juta atau setara Rp 32,7 miliar dana yang bisa diperoleh kembali selama peretasan April.
BNB Chain Sumbang Kerugian Terbesar
Ekosistem BNB Chain menyumbang sebagian besar insiden, dengan kerugian di atas USD 37 juta atau setara Rp 551,3 miliar dalam sepuluh kasus. Proyek berbasis Ethereum melihat eksploitasi paling sedikit.
Di antara sepuluh kasus teratas, Fintoch menderita kerugian tertinggi sebesar USD 31,7 juta atau setara Rp 472,3 miliar karena eksploitasi smart contract. Protokol Jimbo di Arbitrum mengalami kerugian USD 7,5 juta atau setara Rp 111,7 miliar karena rugpull, sementara Deus Finance di BNB kehilangan USD 6,2 juta atau setara Rp 92,3 miliar dalam eksploitasi kontrak cerdas.
Kasus penting lainnya termasuk Tornado Cash, Mother, WSB Coin, Linda Yaccarino, Block Forest, SNOOKER, dan tanah, dengan kerugian mulai dari USD 145.000 atau setara Rp 2,1 miliar hingga USD 733.000 atau setara Rp 10,9 miliar.
Kategori lain, seperti agregator hasil, aplikasi game dan metaverse, Non Fungible Token (NFT), dan platform kripto terpusat melaporkan tidak ada kerugian selama periode ini. Protokol peminjaman dan peminjaman tetap tidak terpengaruh juga.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Rawan Peretasan, Rp 60,97 Triliun Raib dari Pasar Kripto Sepanjang 2022
Immunefi, platform layanan bug dan keamanan untuk ekosistem Web3, menerbitkan laporan yang mengungkapkan bahwa industri crypto kehilangan total USD 3,9 miliar atau setara Rp 60,97 triliun (kurs Rp 15.633 per USD) pada 2022.
Menurut laporan yang dirilis pada 6 Januari, peretasan ditemukan sebagai penyebab utama kerugian mencapai 95,6 persen dari total kerugian.
Sisanya 4,4 persen berupa penipuan dan semacamnya. Immunefi juga menemukan bahwa keuangan terdesentralisasi (decentralized finance/DeFi) adalah sektor yang paling disasar, mengalami kerugian 80,5 persen, dibandingkan dengan keuangan terpusat (centralized finance/CeFi) yang mengalami kerugian 19,5 persen.
“DeFi telah menderita total kerugian sebesar USD 3.180.023.103 pada 2022, dari 155 insiden. Angka ini mewakili peningkatan 56,2 persen dibandingkan 2021, ketika DeFi kehilangan USD 2.036.015.896 dari 107 insiden,” tulis laporan tersebut, dikutip dari Cointelegraph, Sabtu (7/1/2023).
Kripto BNB dan Ethereum adalah rantai yang paling disasar. Pada kuartal IV tahun lalu, industri menderita kerugian sekitar USD 1,6 miliar, di mana DeFi menjadi target utama di 57,6 persen dan CeFi 42,4 persen.
“Dengan mengidentifikasi dan menangani kerentanan secara proaktif, kami dapat melindungi komunitas dari bahaya dan membangun kepercayaan di lapangan. Saat kami membuat industri lebih aman, semua hal lainnya dapat berkembang,” kata CEO Immunefi, Mitchell Amador.