Liputan6.com, Jakarta - Nilai Bitcoin kembali menyentuh USD 66.000 untuk pertama kalinya sejak 24 April 2024 lalu. Sejumlah aset kripto lainnya juga ikut memasuki zona hijau.
Data CoinMarketCap pada Kamis pagi 15 Mei 2024 pukul 09.00 WIB menunjukkan, harga Ethereum melonjak 4,62% ke level USD 3.017. Kemudian Solana terapresiasi hingga 12,22% atau setara USD 160, serta NEAR Protocol naik 18,39% ke USD 7,24.
Baca Juga
Dalam responnya terkait kondisi ini, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan bahwa kenaikan tersebut terjadi imbas rilis data inflasi AS yang mereda, dengan Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan April secara tahunan berada di angka 3,4%, turun dari 3,5% pada bulan Maret 2024.
Advertisement
"Perkembangan inflasi bulan April yang lebih baik dari ekspektasi tersebut telah berhasil mendorong harga Bitcoin naik ke level di atas USD 66 ribu, atau sekitar 7,3% dari harga terendah 24 jam terakhir di sekitar USD 61,6 ribu. Kenaikan tersebut senada dengan yang terjadi di pasar saham AS dengan indeks seperti S&P 500, Nasdaq, dan DJIA, yang kompak menghijau setelah rilis data tersebut," kata Fahmi dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Sabtu (18/5/2024).
Menurutnya, tren inflasi AS yang positif setelah data bulan Maret yang lebih tinggi dari perkiraan, berpotensi menjadi katalis pendukung yang cukup baik bagi pasar kripto dalam sebulan ke depan.
Terlebih, ini juga menandai pertama kalinya inflasi AS mereda, setelah naik ke 3,2% pada bulan Februari dari angka 3,1% di Januari, dan kembali naik ke 3,5% di bulan Maret.
"Berkembangnya situasi yang ada dengan meningkatnya adopsi kripto seperti oleh investor institusi di Amerika Serikat misalnya, dapat berpotensi memicu pembalikan arah pasar yangsignifikan," beber Fahmi.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Â
Inflasi AS Berperan dalam Dinamika Pasar Kripto
"Pada situasi seperti saat ini, data CPI memang memegang peranan yang lebih dominan dalam dinamika pasar kripto seperti bagaimana data CPI Maret telah memberikan tekanan yang cukup signifikan terhadap pasar dalam satu bulan ke belakang," papar Fahmi.
"Kenaikan pasar kripto saat ini turut menyoroti optimisme investor terhadap kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir kuartal III atau kuartal IV tahun ini. Namun, dinamika data ekonomi ke depan masih menjadi variabel penentu yang perlu diantisipasi oleh investor," imbuhnya.
Â
Advertisement
Strategi
Di kondisi sekarang, Fahmi mengatakan investor kripto dapat memanfaatkannya dengansejumlah strategi.
 "Bagi investor pemula, kondisi ini dapat menggambarkan prospek positif di aset kripto dan menjadi momentum yang cukup baik untuk mulai berinvestasi. Investor dapat mempertimbangkan beberapa strategi seperti narrative hopping di mana investor dapat mencari naratif tertentu yang sedang banyak diminati oleh pasar untuk kemudian melakukan profit taking dan berpindah ke naratif lainnya yang berpotensi akan banyak diminati," jelas dia.
Selain itu, strategi DCA atau dollar cost averaging juga tidak kalah menarik khususnya bagi investor yang tidak memiliki banyak waktu untuk mengikuti perkembangan pasar danmemetakan naratif-naratif yang ada.
"Strategi DCA di mana investor melakukan pembelian rutin setiap periode tertentu dengan nominal tertentu dapat memberikan investor harga rata-rata yang menarik sambil menunggu tren penurunan suku bunga. Harga rata-rata pembelian tersebut kini tidak perlu dihitung secara manual. Karena investor bisa memantaunya di fitur Investment Insight yang tersedia di Reku. Selain itu, investor juga bisa memantau holding period, kalendar laba/rugi, hingga akumulasi keuntungan dari seluruh portofolio. Dengan begitu, investor bisa lebih terinformasi tentang performa investasinya dan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan," kata Fahmi.