Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya memasuki zona hijau pada perdagangan hari Rabu, 26 Juni 2024. Sebagian besar aset kripto mengalami kenaikan.
Mengutip data dari Coinmarketcap, Rabu (26/6/2024), kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) mulai memasuki zona hijau. Bitcoin menguat 3,00% dalam 24 jam setelah melemah 4,30% dalam sepekan.
Baca Juga
Harga Bitcoin hari ini berada di level Rp 1.022,003.291,34 per koin.
Advertisement
Kripto Ethereum (ETH) juga mulai mengalami kenaikan. ETH dalam 24 jam menguat 2,34% setelah menurun 2,84% dalam sepekan. Harga ETH sekarang berada di level Rp 26.177.250,22 per koin.
Harga kripto stablecoin Tether (USDT) naik hingga 0,31% dalam 24 jam dan 0,30% dalam sepekan. Hal itu membuat USDT diperdagangkan seharga Rp 16.436,21.
Harga Binance coin (BNB) juga mulai menguat 2,16% dalam 24 jam setelah menurun 1,64% dalam sepekan. Harga kripto BNB kini dipatok Rp 9.575.573,99 per koin.
Kemudian Solana (SOL) juga bertahan di zona hijau. SOL naik harga 5,55% dalam sehari dan 0,63% dalam sepekan. Saat ini, harga SOL diperdagangkan di level Rp 2.292.437,88 per koin.
Adapun USD Coin (USDC) naik 0,34% dalam 24 jam dan 0,32% dalam sepekan. USDC hari ini berada di kisaran Rp 16.443,09 per koin.
XRP juga masuk zona hijau hari ini. Nilai XRP menguat 0,95% dalam 24 jam setelah pelemahan 3,15% dalam sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 7.855,42 per koin.
Sementara itu, Toncoin (TON) melemah 0,61% persen dalam 24 jam namun masih menguat 5,11% dalam sepekan. Harga Toncoin kini diperdagangkan Rp 124.067,29 per koin.
Sedangkan coin Meme Dogecoin (DOGE) naik 7,06% dalam sehari dan 2,89% sepekan. Penguatan tersebut membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 2.110,03 per token.
Kemudian Cardano (ADA) menguat 3,32% dalam 24 jam terakhir dan 1,58% sepekan. Dengan begitu, harga ADA berada pada level Rp 6.473,43 per koin.
Adapun keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level Rp 37.678,55 triliun, meningkat 2,39% dibandingkan hari terakhir.
Â
Disclaimer:Â Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Siap-siap, Harga Bitcoin Diramal Ambles ke Rp 819 Juta
Setelah melonjak hingga menembus USD 70.000 atau sekitar Rp 1,1 miliar, harga koin kripto Bitcoin telah mendekati level tertinggi sepanjang masa di Maret 2024. Namun kini harga Bitcoin telah turun ke USD 63.000, penurunan yang cukup dalam.
Terlepas dari kenaikan indeks saham Nasdaq yang terus berlanjut, sebagian besar penurunan harga Bitcoin ini disebabkan oleh penjualan yang lebih cepat oleh para penambang, aksi ambil untung oleh investor yang mendekati level tertinggi seumur hidup, dan arus keluar dari dana bursa yang diperdagangkan di bursa spot yang terdaftar di Amerika Serikat (AS).
Pengamat kini memperkirakan harga Bitcoin akan terus melorot hingga tembus di kisaran USD 45.000 - USD 50.000 atau Rp 737,9 juta - Rp 819,9 juta dalam waktu dekat.
"Secara teknis, Bitcoin tampaknya mengikuti formasi double top, sedangkan level support sedang diuji. Formasi grafik ini harus menjadi kasus dasar kami kecuali jika tidak valid. Formasi ini dapat dengan mudah mengalami penurunan hingga USD 45.000," kata pendiri 10x Research, Markus Thielen, dikutip dari News.bitcoin.com, Selasa (25/6/2024).
"Ya, pemilu AS dan CPI akan menjadi bullish pada akhir tahun ini, namun kita masih bisa mengalami koreksi yang lebih tajam," ujar Thielen.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Â
Advertisement
Penurunan Suku Bunga The Fed Berisiko bagi BTC
Ukuran inflasi pilihan The Fed, yaitu indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) untuk Mei diperkirakan akan menunjukkan kenaikan bulanan paling lambat dalam angka inti dalam lebih dari tiga tahun.
Thielen menjelaskan, hal ini akan memperkuat kemungkinan penurunan suku bunga The Fed yang diperkirakan baru mulai bulan September 2024, yang berpotensi memberikan tekanan pada aset-aset berisiko, termasuk Bitcoin.
“Data ekonomi (baru-baru ini) yang kuat telah memaksa imbal hasil (obligasi) lebih tinggi dan logam mulia lebih rendah pada hari Jumat. Hal ini terus menghalangi aset digital seperti kripto," unglap Greg Magadini, direktur derivatif di Amberdata, dalam buletin mingguan yang dibagikan dengan CoinDesk.
"Minggu ini kita akan melihat banyak Gubernur Fed yang berbicara, PDB dan yang paling penting adalah PCE pada hari Jumat (indikator inflasi favorit The Fed)," tambah Magadini.