Anomali Pasar Kripto Justru Bisa Jadi Potensi Buat Investor

Perkembangan angka inflasi Amerika Serikat (AS) merupakan sesuatu yang cukup penting bagi outlook pasar kripto dalam beberapa bulan ke depan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Jul 2024, 20:05 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2024, 20:05 WIB
Ilustrasi Kripto MovieBloc (MBL Coin) yang dikembangkan oleh Chris Kang, Jeffrey Jin, dan Peter Kim. di 2019. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto MovieBloc (MBL Coin) yang dikembangkan oleh Chris Kang, Jeffrey Jin, dan Peter Kim. di 2019. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Anomali yang terjadi di pasar kripto pasca-rilis data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) Amerika Serikat (AS) dapat menjadi situasi yang menarik untuk dimanfaatkan oleh para investor kripto. Ada potensi terjadinya peningkatan aliran dana segar ke pasar kripto imbas perubahan kebijakan ekonomi AS.

“Kondisi di mana terjadi perkembangan positif yang nyata di berbagai aspek yang masih belum terlalu direspon oleh kenaikan harga aset-aset kripto di pasar ini dapat menjadi momentum untuk berburu aset-aset kripto potensial,” kata Analis kripto Reku Fahmi Almuttaqin dikutip dari Antara, Sabtu (13/7/2024).

Aset-aset kripto dengan nilai adopsi yang solid namun secara performa harga masih belum begitu terapresiasi, menyimpan potensi menarik yang investor bisa gali lebih lanjut secara lebih seksama, yang biasanya sulit dilakukan ketika pasar bergerak pada ritme yang lebih cepat.

Data CPI AS bulan Juni yang dirilis pada Kamis 11 Juli 2024 mengalami penurunan sebesar 0,1 persen, menjadi pertama kalinya sejak Mei 2020. Secara tahunan (year-on-year/yoy), CPI AS turun menjadi 3,0 persen, dari sebelumnya di angka 3,3 persen pada bulan Mei.

Reku mencatat, perkembangan dinamika inflasi AS terbaru itu telah meningkatkan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada September. Apabila pemangkasan suku bunga terjadi, hal itu berpotensi memberikan dampak positif yang signifikan bagi pasar kripto.

Kemudian, ekspektasi terhadap berlanjutnya penurunan suku bunga sebanyak dua kali atau lebih hingga pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November juga turut meningkat.

Fahmi mengatakan, perkembangan inflasi tersebut merupakan sesuatu yang cukup penting bagi outlook pasar kripto dalam beberapa bulan ke depan.

 

Momentum Profit Taking

Ilustrasi harga kripto (Foto By AI)
Aset-aset kripto dengan nilai adopsi yang solid namun secara performa harga masih belum begitu terapresiasi, menyimpan potensi menarik yang investor bisa gali.Ilustrasi harga kripto (Foto By AI)

Dengan tren inflasi yang membaik, imbuh Fahmi, maka potensi terjadinya peningkatan aliran dana segar ke pasar kripto imbas perubahan kebijakan ekonomi AS yang lebih longgar terlihat semakin dekat.

“Namun, pasar kripto yang masih sedang cukup tertekan sejak awal Juni mungkin kemudian tidak merespons perkembangan tersebut secara signifikan,” ujar dia.

Menurut Fahmi, pasar saham AS yang sejak Juni telah mengalami reli mungkin melihat perkembangan data CPI kemarin sebagai momentum profit taking sebagai upaya antisipasi menjelang musim laporan laba.

Namun, situasi tersebut sedikit berbeda dengan pasar kripto di mana Bitcoin yang pada 5 Juni berada di 70 ribu dolar AS mengalami penurunan hingga sempat menyentuh area 54 ribu dolar AS pada 5 Juli.

Meningkatnya tekanan yang dihadapi pasar kripto dalam beberapa hari terakhir juga turut tercermin dalam indeks Fear & Greed yang mengukur kondisi sentimen pasar melalui beberapa sumber data termasuk media sosial.

 

Pengajuan ETF Solana

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Fahmi menyebutkan, Indeks Fear & Greed yang dikompilasi alternative.me pada Jumat (12/7) menyentuh angka terendahnya di angka 25 yang terakhir terlihat pada 9 Januari 2023 ketika Bitcoin saat itu berada pada level harga 17.000 dolar AS, yang merupakan salah satu area harga terendahnya setelah siklus bullish 2021.

Minimnya implikasi terhadap aset kripto dari perkembangan positif yang terjadi belakangan tidak hanya terkait data CPI saja. Fahmi mencatat, pengajuan ETF Solana oleh VanEck dan 21Shares juga tidak diikuti oleh peningkatan harga token SOL yang signifikan.

“Meskipun terdapat beberapa hal yang bisa menjelaskan kondisi tersebut seperti masih relatif minimnya optimisme pelaku pasar terhadap kemungkinan disetujuinya ETF tersebut, hal itu bukan yang biasanya terjadi di pasar kripto,” kata Fahmi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya