Liputan6.com, Jakarta Tekanan jual di pasar kripto semakin meningkat pada minggu pertama bulan Agustus. Bitcoin anjlok lebih dari 20 persen sepekan. Bitcoin sempat menyentuh USD 49.000 atau setara Rp 793,9 juta (asumsi kurs Rp 16.202 per dolar AS), pada Senin, 5 Agustus 2024.
Namun, data Coinmarketcap menunjukkan, Bitcoin berhasil pulih dan diperdagangkan di kisaran USD 54.000 atau setara Rp 874,9 juta pada Selasa, 6 Agustus 2024. Lantas apa penyebab dari penurunan harga Bitcoin dan pasar kripto keseluruhan?
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan investor dan trader terus memanfaatkan situasi FUD (Fear, Uncertainty, Doubt) di pasar yang dipicu oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan kekhawatiran akan resesi.
Baca Juga
Laporan Ekonomi AS
Fyqieh menjelaskan, penurunan Bitcoin ini terjadi setelah AS merilis laporan pekerjaan bulan Juli pada Jumat malam. Laporan tersebut menunjukkan ekonomi AS mungkin berada dalam kondisi yang lebih mengkhawatirkan daripada yang diyakini banyak orang.
Advertisement
“Ini terlihat dengan tingkat pengangguran melonjak hingga 4,3% tertinggi sejak Oktober 2021. Wall Street bereaksi dengan penurunan harga, dan pasar kripto pun ikut merosot,” kata Fyqieh dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (6/8/2024).
Aksi Jual Meningkat
Aksi jual kripto semakin intensif pada jam perdagangan Asia karena Nikkei Jepang anjlok 7% lagi pada jam-jam awal perdagangan pada Senin, 5 Agustus. Anjloknya Nikkei baru-baru ini telah memperpanjang kerugian indeks hingga lebih dari 20% dari puncaknya pada Juli.
Ketegangan Geopolitik dan Resesi
Selain itu, meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel menambah panasnya pasar yang sudah lemah. Pasar kripto tentu akan merasakan panasnya taruhan yang menghindari risiko di masa mendatang.
Fyqieh menambahkan, meningkatnya kekhawatiran resesi juga menyoroti potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang mungkin tidak akan mencegah resesi dan malah dapat mempercepat inflasi.
“Kekhawatiran ini memicu volatilitas pasar yang lebih luas dan memicu jatuhnya pasar kripto saat ini,” jelas Fyqieh.
Kinerja Buruk ETF Ethereum
Selain itu, kinerja buruk ETF Ethereum spot semakin memperburuk situasi. Produk investasi ini terus mengalami arus keluar yang signifikan.
ETF Bitcoin mengalami arus keluar sebesar USD 237,4 juta pada 2 Agustus, dengan total mingguan sebesar USD 80,4 juta. Sementara itu, ETF Ethereum mengalami arus keluar sebesar USD 54,3 juta untuk hari itu dan USD 169,4 juta untuk minggu itu.
Penurunan Pasar Saham
Adapun menurut Fyqieh, penurunan pasar saham yang lebih luas juga membebani pasar kripto. Pada Jumat, 2 Agustus, saham anjlok tajam karena laporan pekerjaan yang lebih lemah dari yang diantisipasi memicu kekhawatiran akan penurunan ekonomi. Indeks pasar yang luas anjlok 1,84%, berakhir pada 5.346,56.
Faktor lain yang mungkin berkontribusi terhadap penurunan ini adalah volatilitas harga Bitcoin dan altcoin utama yang menciptakan kekhawatiran di kalangan investor.
Penurunan tajam pada indeks ini sering kali diikuti oleh aksi jual besar-besaran karena investor berusaha melindungi aset mereka dari potensi kerugian lebih lanjut.
“Namun, bagi sebagian investor yang lebih berpengalaman, situasi ini bisa dianggap sebagai peluang untuk membeli aset kripto dengan harga yang lebih rendah sebelum pasar kembali pulih,” pungkas Fyqieh.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement