Standard Chartered: Harga Bitcoin Anjlok Justru jadi Momentum Borong

Reaksi Bitcoin (BTC) terhadap isu geopolitik tetap konsisten karena volatilitas pasar meningkat karena ketidakpastian seputar krisis yang sedang berlangsung.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Okt 2024, 16:25 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2024, 16:25 WIB
Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)
Bitcoin telah berfungsi sebagai lindung nilai terhadap risiko keuangan sistemik, seperti keberlanjutan Departemen Keuangan AS dan keruntuhan bank seperti yang terjadi pada bulan Maret 2024 dengan Silicon Valley Bank. Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)

Liputan6.com, Jakarta - Standard Chartered melihat penurunan harga Bitcoin (BTC) di bawah level USD 60.000 merupakan hal yang normal. Menurut bank asal Inggris itu, penurunan harga Bitcoin ini justru menjadi peluang untuk pembelian.

Mengutip Cryptoslate, Jumat (4/10/2024) kepala penelitian aset digital global Standard Chartered, Geoffrey Kendrick mengatakan bahwa harga Bitcoin saat ini diperdagangkan dalam sirkularitas yang menarik di mana ketegangan geopolitik menekan harga turun. 

Adapun meningkatnya peluang mantan Presiden AS Donald Trump memenangkan pilpres AS juga meningkatkan prospek pasca-pemilu untuk Bitcoin.

"Kekhawatiran risiko terkait Timur Tengah tampaknya ditakdirkan untuk mendorong harga BTC di bawah 60 ribu sebelum akhir pekan. Posisi seperti opsi panggilan 80 ribu yang disorot di sini dan probabilitas Trump menunjukkan penurunan tersebut. (mendukung) pembelian," jelas Kendrick

Tetapi Kendrick juga mengakui bahwa Bitcoin belum menjadi tempat berlindung yang aman terhadap kekhawatiran geopolitik, tidak seperti aset tradisional seperti emas, dan terus berkinerja mirip dengan ekuitas selama periode ketegangan dan ketidakpastian.

Sebaliknya, Bitcoin telah berfungsi sebagai lindung nilai terhadap risiko keuangan sistemik, seperti keberlanjutan Departemen Keuangan AS dan keruntuhan bank seperti yang terjadi pada bulan Maret 2024 dengan Silicon Valley Bank.

Ia mencatat bahwa reaksi BTC terhadap isu geopolitik tetap konsisten karena volatilitas pasar meningkat karena ketidakpastian seputar krisis yang sedang berlangsung.

Selain itu, dalam laporan Standard Chartered pada Mei 2024 menyebutkan bahwa aset digital merupakan perpanjangan dari sektor teknologi. Dengan demikian, dalam skenario ketidakstabilan dalam sistem keuangan tradisional, seperti keruntuhan bank, de-dolarisasi, dan isu-isu yang terkait dengan Departemen Keuangan AS, BTC berfungsi dengan baik sebagai lindung nilai.

Namun, Bitcoin tentunya belum dapat menyamai peran emas sebagai aset safe haven selama masa-masa meningkatnya risiko politik, seperti situasi di Timur Tengah saat ini.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Kemenangan Donald Trump di Pilpres AS 2024 Bakal Beri Momentum ke Bitcoin

Bitcoin - Image by MichaelWuensch from Pixabay
Bitcoin - Image by MichaelWuensch from Pixabay

Salah satu pendorong lainnya yang menarik dari analisis Kendrick adalah dampak pemilihan presiden AS terhadap pergerakan harga Bitcoin.

Data Polymarket menunjukkan bahwa peluang mantan Presiden Donald Trump untuk pemilihan 2024 meningkat sebesar 1% selama seminggu terakhir, sementara Wakil Presiden Kamala Harris mengalami penurunan sebesar 1%, yang secara efektif menjadikan persaingan menjadi persaingan 50/50.

Kendrick menunjuk pada dinamika pasar yang aneh di mana kekhawatiran geopolitik membebani harga Bitcoin, tetapi peningkatan peluang elektoral Trump tampaknya meningkatkan potensi Bitcoin pasca-pemilu.

Mengingat sikap positif Trump terhadap industri kripto di AS, Kendrick melihat kemenangan Partai Republik sebagai hal yang menguntungkan bagi Bitcoin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya