Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Kerajaan Eswatini, negara terkurung daratan dengan populasi 1,2 juta orang yang terletak di antara Afrika Selatan dan Mozambik, telah merilis dokumen desain yang menggambarkan mata uang digital bank sentral potensialnya, yang disebut digital lilangeni.Â
Digital lilangeni akan menjadi mata uang digital atau CBDC ritel yang ditokenisasi yang dijalankan pada basis data terdistribusi, bukan buku besar terdistribusi.
Baca Juga
Seorang blogger dan konsultan CBDC, John Kiff, baru-baru ini mencatat dokumen desain tersebut. Central Bank Digital Currency (CBDC) adalah uang digital yang diterbitkan dan peredarannya dikontrol oleh bank sentral.Â
Advertisement
Dikutip melalui cointelegraph, Rabu (16/10/2024), mata uang digital ini akan menyediakan dompet online yang dikelola oleh lembaga keuangan serta dompet fisik, kemungkinan dalam bentuk kartu pintar, yang dapat berfungsi tanpa akses internet.
Menurut dokumen desain, digital lilangeni akan dimediasi, dengan lembaga keuangan mendistribusikan mata uang tersebut kepada pengguna menggunakan infrastruktur yang dioperasikan oleh bank sentral.
Mata uang digital ini akan memiliki pseudo-anonimitas yang menjaga privasi tanpa mengorbankan persyaratan Ketahui Pelanggan Anda (KYC) dan Pencegahan Pencucian Uang (AML). Pembayaran digital lilangeni akan dapat diprogram di tingkat dompet untuk memungkinkan pembayaran otomatis atau membatasi pengeluaran anak-anak, misalnya.
Uang tunai tetap menjadi bentuk pembayaran dominan di Eswatini meskipun upaya bank sentral untuk memajukan masyarakat "cash-lite" dan pertumbuhan layanan keuangan digital seperti uang seluler dan kartu bank. Bank sentral memutuskan untuk menghentikan cek pada tahun 2022.
Konteks CBDC Eswatini
Interoperabilitas akan menjadi isu kunci untuk digital lilangeni, yang harus berfungsi dalam kerangka uang elektronik yang ada dan standar internasional. Lilangeni dipatok pada rand Afrika Selatan.Â
CBDC ini dirancang bersama Giesecke+Devrient menggunakan teknologi Filia CBDC dan telah melalui uji coba konsep serta satu proyek percobaan dan satu proyek pilot yang berjalan. Pelatihan staf menjadi salah satu sumber keterlambatan dalam proyek tersebut dan harus ditangani secara lebih luas jika CBDC akan diimplementasikan.
Proposal CBDC Eswatini mirip dengan mata uang digital yang dibayangkan Rwanda dalam beberapa hal. Seperti franc digital Rwanda, CBDC Eswatini akan berbasis token dan beroperasi pada basis data terdistribusi, yang dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan blockchain.Â
Selain itu, CBDC Rwanda dan Eswatini memiliki fitur pemrograman, yang meskipun dipandang kurang menguntungkan di Global Utara, dapat memberikan keuntungan di ekonomi yang kurang berkembang. Di Kazakhstan, misalnya, CBDC yang dapat diprogram dianggap sebagai alat untuk melawan korupsi.
Advertisement