Plus Minus Jadikan Bitcoin Sebagai Aset Cadangan Negara

Amerika Serikat dan Brasil ingin bitcoin jadi cadangan aset negara. Berikut plus dan minus bitcoin jadi cadangan aset negara.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 06 Des 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 06 Des 2024, 13:00 WIB
Plus Minus Jadikan Bitcoin Sebagai Aset Cadangan Negara
Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya berencana menjadikan Bitcoin sebagai cadangan aset negara. (Foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya berencana menjadikan Bitcoin sebagai cadangan aset negara. Senator AS pro kripto, Cynthia Lummis ingin Federal Reserve menukar sebagian simpanan emasnya dengan Bitcoin. 

Di sisi lain, Kongres di Brasil mengusulkan Rancangan Undang-Undang (RUU) baru untuk membentuk Bitcoin Reserve federal yang berdaulat, yang berpotensi membentuk kembali pendekatan negara terhadap aset digital. 

Lantas apa saja dampak positif dan negatif menjadikan Bitcoin sebagai cadangan aset negara? Chief Operating Officer crypto exchange Upbit Indonesia, Resna Raniadi mengatakan menjadikan Bitcoin sebagai aset negara bisa-bisa saja, tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah pergerakan harga Bitcoin.

"Positifnya jika harga Bitcoin naik maka nilai simpanan aset Bitcoin milik negara tersebut akan meningkat, tetapi jika harga Bitcoin turun maka simpanan asetnya juga ikut menurun,” jelas Resna kepada Liputan6.com pada Selasa, 3 Desember 2024 di Jakarta. 

Resna menambahkan, hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan Bitcoin sebagai cadangan aset negara adalah menentukan asal dana yang ingin digunakan untuk membeli Bitcoin.

Kerangka Hukum Belum Jelas

Di sisi lain, pengamat kripto, Desmond Wira menjelaskan dampak negatif dari menjadikan Bitcoin sebagai cadangan negara adalah saat ini, banyak negara yang belum memiliki kerangka hukum yang jelas mengenai Bitcoin dan cryptocurrency lainnya. 

"Beberapa negara bahkan melarang penggunaan Bitcoin. Adopsi Bitcoin sebagai cadangan negara akan memerlukan perubahan besar dalam kebijakan dan regulasi, serta penerimaan dari masyarakat dan sektor keuangan,” kata Desmond kepada Liputan6.com, Jumat (6/12/2024).

 

 

Likuiditas Bitcoin

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)

Likuiditas Bitcoin Tak Sebesar USD atau Euro

Desmond menambahkan Bitcoin memang bisa digunakan untuk transaksi internasional, tetapi likuiditasnya tidak sebesar mata uang fiat seperti dolar AS atau euro. 

Ini dapat mempersulit negara untuk menggunakannya dalam perdagangan internasional atau memenuhi kewajiban luar negeri jika Bitcoin tidak diterima secara luas. Menurut dia, infrastruktur yang diperlukan untuk memelihara cadangan Bitcoin yang aman adalah faktor penting lainnya. 

"Penyimpanan Bitcoin yang aman membutuhkan teknologi dan prosedur yang tepat, seperti penyimpanan dingin (cold storage) dan perlindungan dari potensi peretasan. Hal ini juga bisa memerlukan biaya yang signifikan dan keahlian khusus,” pungkasnya. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Seperti Emas, Bitcoin Bisa Jadi Aset Cadangan Bank Sentral

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Sebelumnya, Bitcoin Policy Institute (BPI), sebuah lembaga nirlaba, menerbitkan sebuah makalah minggu lalu oleh ekonom Matthew Ferranti berjudul ”Kasus Bitcoin sebagai Aset Cadangan”. 

Makalah tersebut meneliti potensi bitcoin sebagai aset cadangan bank sentral, dengan membandingkan ketahanannya dalam krisis dengan emas. BPI berfokus pada edukasi pembuat kebijakan dan masyarakat tentang bitcoin dan teknologi digital disruptif lainnya.

“Saya berpendapat bitcoin adalah aset cadangan mirip dalam beberapa hal dengan emas dan beberapa bank sentral mungkin mempertimbangkan untuk menambahkan bitcoin ke cadangan mereka,” kata Ferranti dalam makalahnya, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (29/10/2024).

Ferranti mencatat bahwa, meskipun El Salvador saat ini merupakan satu-satunya negara yang secara resmi memegang bitcoin sebagai aset cadangan, negara-negara lain mungkin diam-diam mengeksplorasi strategi serupa di tengah meningkatnya ketegangan dan sanksi keuangan global.

Selain sifat lindung nilai krisisnya, Ferranti yakin BTC menawarkan manfaat diversifikasi yang dapat membantu mengatasi inflasi, sanksi, dan gangguan ekonomi global. 

Ia mencatat arsitektur bitcoin yang kuat membuatnya lebih sulit dipalsukan daripada emas, pasokannya yang terbatas berfungsi sebagai penyangga inflasi, dan likuiditasnya memenuhi kebutuhan transaksi, yang menambah daya tariknya sebagai aset cadangan. 

 

Ketahanan Bitcoin

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Selain itu, Ferranti berpendapat ketahanan bitcoin terhadap sanksi dapat bermanfaat bagi negara-negara yang menghadapi tantangan geopolitik. Namun, Ferranti menyarankan agar berhati-hati, dengan mencatat baik bitcoin maupun emas belum tentu cocok untuk setiap bank sentral, dan tidak termasuk dalam cakupan makalah ini untuk membuat rekomendasi investasi khusus. 

"Ada beberapa faktor yang memengaruhi komposisi mata uang cadangan bank sentral, di luar yang dibahas di sini yang menyoroti pentingnya situasi ekonomi dan kebutuhan mata uang unik setiap negara,” pungkasnya. 

Ferranti menyimpulkan Bitcoin memiliki kualitas investasi yang berbeda yang dapat mendukung bank sentral dalam melakukan diversifikasi terhadap berbagai risiko, seperti inflasi, ketegangan geopolitik, pengendalian modal, utang negara, ketidakstabilan perbankan, dan sanksi keuangan. Jika emas diterima sebagai aset cadangan, bitcoin layak mendapat pertimbangan serupa.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya