Kripto Jadi Alternatif Aset Investasi di Tengah Lesunya Pasar Saham

Di tengah ketidakstabilan pasar saham, diversifikasi aset investasi menjadi strategi bijak untuk menjaga kestabilan portofolio. Salah satu opsi yang semakin diminati adalah pasar kripto.

oleh Gagas Yoga Pratomo Diperbarui 21 Mar 2025, 18:10 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 18:10 WIB
Ilustrasi harga kripto. (Foto by AI)
Data dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak dari transaksi aset kripto mencapai Rp1,21 triliun hingga Februari 2025. Ilustrasi harga kripto. (Foto by AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham Indonesia, yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mengalami penurunan tajam dalam beberapa waktu terakhir. Pada 18 Maret 2025, IHSG bahkan sempat anjlok lebih dari 5% ke level 6.076,08, menyebabkan perdagangan terhenti sementara.

Namun, indeks saham berhasil bangkit kembali ke zona hijau setelah nilai tukar rupiah mengalami penguatan. Situasi ini membuat investor mulai mencari alternatif investasi lain, salah satunya adalah aset kripto.

Menanggapi kondisi ini, Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto, Wan Iqbal, menyoroti perbedaan dinamika antara pasar saham dan aset safe haven seperti emas serta Bitcoin.

"Bitcoin turun 5-10% dalam sehari adalah hal biasa, tetapi IHSG, yang mencerminkan saham-saham terbaik di Indonesia, jika turun 5% saja dampaknya sangat besar," ujar Iqbal dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (21/3/2025).

Ia juga menekankan IHSG merupakan indikator utama perekonomian nasional. Pergerakan indeks ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia sekaligus menjadi barometer stabilitas ekonomi negara.

Hal yang sama juga berlaku bagi pasar kripto, yang kini semakin berkembang sebagai alternatif investasi dan memiliki keterkaitan dengan dinamika ekonomi global serta perkembangan teknologi keuangan di Indonesia.

“Kami berharap perekonomian Indonesia terus berkembang secara berkelanjutan, didukung oleh kebijakan yang kondusif, inovasi di sektor keuangan, serta peningkatan literasi investasi di kalangan masyarakat,” tambahnya.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Promosi 1

Kripto sebagai Alternatif Diversifikasi Investasi

Ilustrasi tambang Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi tambang Kripto. (Foto By AI)... Selengkapnya

Di tengah ketidakstabilan pasar saham, diversifikasi aset investasi menjadi strategi bijak untuk menjaga kestabilan portofolio. Salah satu opsi yang semakin diminati adalah pasar kripto.

Keunggulan utama dari aset kripto adalah keberadaan stablecoin, yaitu aset digital yang nilainya mengikuti Dolar AS atau emas. Ini memberikan alternatif yang lebih stabil bagi investor pemula yang ingin masuk ke pasar kripto tanpa mengalami volatilitas ekstrem.

“Selain stablecoin, aset kripto dengan fundamental kuat seperti Bitcoin juga menjadi pilihan bagi investor yang ingin memulai dengan aset yang lebih stabil sebelum mengeksplorasi aset dengan volatilitas lebih tinggi,” jelasnya.

Menurut Iqbal, tren ini terlihat dari semakin banyaknya investor baru yang masuk ke pasar kripto Indonesia, biasanya dimulai dengan aset yang lebih aman sebelum mereka memperluas portofolio mereka.

 

Pertumbuhan Pasar Kripto Indonesia

Ilustrasi Kripto MovieBloc (MBL Coin) yang dikembangkan oleh Chris Kang, Jeffrey Jin, dan Peter Kim. di 2019. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto MovieBloc (MBL Coin) yang dikembangkan oleh Chris Kang, Jeffrey Jin, dan Peter Kim. di 2019. (Foto By AI)... Selengkapnya

Terlepas dari tantangan di pasar global, industri kripto di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan positif. Data dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak dari transaksi aset kripto mencapai Rp1,21 triliun hingga Februari 2025.

Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan sejak 2022, dengan rincian sebagai berikut: pada tahun 2022 sebesar Rp246,45 miliar, tahun 2023 sebesar Rp220,83 miliar, tahun 2024 mencapai Rp620,4 miliar, dan pada awal 2025 telah mencapai Rp126,39 miliar.

Dari sisi transaksi, nilai perdagangan aset kripto juga mengalami peningkatan signifikan. Pada Januari 2025, nilai transaksi tercatat mencapai Rp44,07 triliun, naik 104,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp21,57 triliun.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai pertumbuhan ini sebagai indikasi stabilitas pasar serta kepercayaan investor yang tetap kuat.

Meskipun pasar saham mengalami tekanan, bukan berarti investor harus menghindari investasi sepenuhnya. Menurutnya, diversifikasi ke aset lain seperti kripto bisa menjadi strategi untuk mengurangi risiko dan menjaga stabilitas portofolio.

“Dengan pertumbuhan positif yang terus berlanjut, pasar kripto bisa menjadi alternatif investasi yang menarik bagi mereka yang mencari peluang baru di tengah ketidakpastian ekonomi,” tutup Iqbal.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya