Liputan6.com, Jakarta Donna Renata Founder Komunitas Tuli Peduli Bitung (Kaleb) menceritakan kisahnya saat terjun ke dunia disabilitas.
Kaleb sendiri adalah komunitas yang bergerak di bidang ekonomi kreatif beranggotakan teman tuli di Kota Bitung, Sulawesi Utara.
Baca Juga
Selain memiliki program kerja di bidang ekonomi kreatif, Kaleb juga bergerak di bidang pendidikan inklusif.
Advertisement
“Jauh sebelum Kaleb berdiri, itu awalnya saya bertemu dengan teman tuli di bangku kuliah di Jakarta,” ujar Donna dalam Kongkow Inklusif Konekin (18/7/2020).
Perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan seni rupa ini awalnya bertemu dengan seorang teman seangkatan yang menyandang tuli, Yuri. Saat itu, Donna melihat temannya itu kesulitan mengikuti pembelajaran karena disabilitas yang disandangnya.
“Dia kesulitan mengikuti pelajaran, mau bercerita pun susah karena siapa yang mau dengar. Aku putuskan untuk bertanya menggunakan ketikan di ponsel, ternyata dia susah membaca bibir dosen karena menghadap ke papan tulis saat menerangkan.”
Mulai saat itu, Donna meminta Yuri untuk mengajarkannya bahasa isyarat. Sejak saat itu, ia mengerti bahasa isyarat dan mulai memperluas pergaulan dengan teman tuli lainnya.
“Dengan menjelaskan kepada Yuri, materi-materi itu jadi lebih mudah saya ingat.”
Simak Video Berikut Ini:
Membangun Komunitas di Bitung
Pada 2013, tanpa sengaja Donna bertemu dengan siswa sekolah luar biasa (SLB). Mereka mengobrol dan saling bertukar nomor ponsel. Pada akhirnya, mereka sering bertemu dan melakukan kegiatan bersama.
“Ternyata kegiatan yang dilakukan bersama itu membawa perubahan yang baik padanya, akhirnya salah satu pengurus yayasan meminta saya menjadi pengajar di yayasan tempat siswa itu belajar.”
Kegiatan mengajar ini berakhir sampai kepindahan Donna ke Bitung. Namun, di kota tersebut lah ia berhasil mendirikan komunitas.
Berawal dari pertemuan dengan seorang penyandang tuli di sebuah tempat fotocopy. Mereka kemudian berbincang dan berkegiatan bersama.
“Saya minta dia untuk mengajak teman tuli lainnya dan saya kaget ternyata teman tuli di Bitung itu banyak juga.”
Akhirnya, mereka berkegiatan bersama dan mendirikan sebuah komunitas. Membuat Gerakan, membuat visi misi, program kerja, dan kontribusi bagi Kota Bitung.
“Jadi kami mengenal satu sama lain dulu sebelum membuat komunitas. Setelah saling mengenal, barulah Kaleb terbentuk.”
Advertisement