Liputan6.com, Jakarta - Eliza adalah seorang ibu asal Riau yang dikaruniai tiga anak Tuli, Habibi Ramadan, Rasyid, dan Fikri.
Sejak dulu, ia memiliki pandangan bahwa keterbatasan pendengaran bukan alasan untuk anak-anaknya berhenti meraih cita-cita.
Baca Juga
“Walaupun punya keterbatasan pendengaran, itu tidak menghalangi untuk terus berprestasi. Ketiga anak saya Tuli. Saya memberi pemahaman ke mereka bahwa dalam keadaan yang seperti itu tidak boleh menyerah. Saya juga membebaskan Habibi dan adik-adiknya untuk belajar atau berkegiatan. Tentu, saya tetap mendampingi,” jelas Eliza mengutip laman Dompet Dhuafa, Senin (10/3/2025).
Advertisement
Dahulu, setelah tau anak pertamanya menyandang disabilitas, Eliza giat untuk belajar bahasa isyarat. Mulai dari abjad sampai istilah keseharian. Dianugerahi anak istimewa membuat hidupnya berwarna, suka dan duka bergantian. Selain menjadi Ibu untuk tiga anak, ia juga bekerja sebagai pengasuh di Asrama Putra dan Putri Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Pekanbaru.
Habibi kecil pernah bersedih sebab menerima ejekan dari teman-temannya. Namun, Eliza tetap hadir menguatkan. Seiring bertambah usia, Habibi tumbuh sebagai anak berprestasi. Salah satunya ia berhasil menyabet Medali Emas Olimpiade Sains Bidang Sejarah dalam Kompetisi Indonesian Advance Science Competition (IASC) Tingkat Nasional 2023.
Habibi aktif dalam komunitas Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Riau, Dompet Dhuafa Volunteer Riau, dan Forum Anak Kota Pekanbaru. Saat ini ia mengenyam pendidikan sarjana Program Studi Sistem Informatika di Universitas Lancang Kuning (UNILAK) Riau. Habibi merupakan penerima beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi Disabilitas dari Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) 2024.
Aktif dan Miliki Rasa Penasaran Tinggi
Menurut Eliza, Habibi merupakan anak yang aktif dengan rasa penasaran tinggi. Dua adik Habibi, Rasyid dan Fikri juga giat berlajar. Masing-masing mengenyam pendidikan sekolah menengah dan pertama. Mereka bertiga bersekolah di SLB Pembina Pekanbaru sejak kelas 1 SD.
Selain aktif dalam berkegiatan di kampus dan komunitas, Habibi tak lupa menyempatkan membantu Ibunya di kediamannya, Asrama SLB Pembina, Pekanbaru, Riau.
Pemuda ini telah lulus ujian sertifikasi Al-Quran Isyarat dari Dompet Dhuafa. Ilmu yang didapat ia tularkan kepada adik-adiknya.
Untuk tahap awal, Habibi memberi pengajaran huruf hijaiyah menggunakan bahasa isyarat kepada kedua adiknya.
Selain cakap dalam bidang agama, ia juga menunjukkan keunggulannya pada minat robotik saat berhasil menyandang predikat Juara Harapan III Ajang Kreasi Basic Robotik dalam kompetisi AKA PDBK Tingkat Nasional pada 2024. Begitu banyak medali yang ia dapatkan selama ini.
Advertisement
Kata Guru Habibi
Gurunya semasa sekolah di SLB Pembina Pekanbaru, Reny Sriyanti bercerita tentang Habibi. Saat mata pelajaran agama, metode pembelajaran yang diterima oleh Habibi masih melalui verbal oral. Seperti membaca surat pendek, mendengar ceramah singkat dari guru agama. Habibi pun bisa menerimanya dengan baik.
“Kalau Habibi masih bisa menerima metode itu (verbal oral) dengan baik. Dia mengikuti gerak bibir pengajarnya. Walaupun masih surat pendek saja. Tapi kemarin saya lihat setelah dia ikut pelatihan membaca Al-Quran Isyarat dari Dompet Dhuafa, ia terlihat senang dan cepat memahaminya. Ya, karena itu bahasa utamanya dia,” kata Reny dalam keterangan yang sama.
“Saya berharap Habibi bisa ajarkan ilmu baru itu kepada adik-adiknya di SLB Pembina. Saya sering bilang ke dia, ‘Habibi bantu adik-adik, ya’, dan dia mengerti,” tambahnya.
Menebar Ilmu Baca Al-Quran Isyarat ke Teman Tuli Lain
Sederet prestasi yang diraih Habibi menjadi bukti bahwa keterbatasan berbicara dan mendengar tak menghalanginya untuk terus berkarya.
Pada Rabu (12/2/2025) hingga Kamis (13/2/2025), Habibi berhasil lulus ujian sertifikasi, juga mendapat Al-Quran Isyarat dari Pelatihan Al-Quran Isyarat hasil kolaborasi dari Dompet Dhuafa bersama ESQ Kemanusiaan di SLB Pembina, Pekanbaru, Riau.
Remaja yang bercita-cita menjadi programmer ini menyampaikan ketertarikannya mempelajari Al-Quran Isyarat karena memang lebih mudah dipahami bagi teman-teman Tuli. Selain itu ia juga berniat meningkatkan inklusivitas berbahasa di Pekanbaru melalui komunitas Gerkatin Riau dan DDV Riau.
“Setelah mendapat ilmu baru membaca Al-Quran dengan bahasa isyarat, saya berencana menginisiasi pengajaran ini ke komunitas-komunitas lainnya. Jika hari ini ada teman Tuli yang berhalangan hadir, saya siap mengajar kapan pun ada waktu,” ungkap Habibi.
“Saya berharap pelatihan ini dapat membantu meningkatkan pemahaman agama Islam, khususnya bagi Tuli. Karena mempelajari Al-Quran sangat penting dan harus menjadi bagian dari kehidupan di Kota Pekanbaru,” imbuhnya.
Habibi mulai menebar ilmu barunya ke adik-adik kelasnya di SLB Pembina, Pekanbaru, Riau pada Jumat (14/2/2025). Sementara, Dompet Dhuafa berhasil menyalurkan sebanyak 1.120 Al-Quran Isyarat di 16 SLB, termasuk komunitas di Riau.
Advertisement
