Liputan6.com, Jakarta Individu dengan penerimaan diri yang baik tidak rentan terkena masalah kesehatan mental. Penerimaan diri atau kesadaran tentang karakteristik diri pada dasarnya memiliki lima tahapan.
Peneliti dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, Jawa Tengah, Dewantara Damai Nazar, mengutip pendapat ahli psikiatri Amerika, Elisabeth Kübler-Ross, tentang lima tahapan tersebut, yakni denial (penolakan), anger (marah), bargaining (tawar-menawar), depression (depresi), acceptance (penerimaan).
Advertisement
Baca Juga
Denial
Advertisement
Penolakan adalah sistem pertahanan (defense mechanism), di mana seseorang berusaha menghindari kenyataan dari suatu permasalahan biasanya berlangsung dalam beberapa hari.
“Saat seseorang mengetahui bahwa dirinya berada dalam titik terendah dalam hidupnya, mereka tidak mempercayainya, menjadi gelisah, menyangkal dan gugup,” tulis Dewantara dalam penelitian Penerimaan Diri Sebagai Penyandang Disabilitas Mental Dalam Proses Rehabilitasi di Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Mental (RPSDM) “Martani”, Kroya, Cilacap dikutip Kamis (25/2/2021).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa penolakan merupakan bentuk pertahanan diri yang primitif dan biasanya tidak pernah berhasil, karena hanya berfungsi sesaat dan menimbulkan kecemasan (anxiety).
Simak Video Berikut Ini
Anger
Apabila penolakan tidak dapat dipertahankan lagi, maka fase pertama berubah menjadi kemarahan. Individu akan mempertanyakan mengapa ia mengalami masalah yang menurutnya berat.
Keadaan ini membuat individu memiliki ketakutan yang beralasan tentang kemampuan dirinya dalam melewati masalah tersebut. Selanjutnya perasaan-perasaan seperti ini akan memicu timbulnya rasa marah.
Advertisement
Depression
Dewantara menambahkan, depresi biasanya terjadi saat stres yang dialami oleh individu tidak kunjung reda dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja menimpa individu itu.
Depresi adalah perasaan tak berdaya dan putus asa. Hal ini ditandai dengan kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sering menangis, tidur tidak nyenyak, kehilangan harga diri, kurang konsentrasi, kurang minat sosial, ragu-ragu dan kehilangan minat terhadap dunia luar.
Perasaan umum yang timbul bagi penyandang disabilitas mental adalah adanya kegelisahan yang diciptakan dari halusinasi, merasa tidak berharga, ketergantungan pada orang lain serta menyalahkan diri sendiri.
Bargaining
Dalam tahap tawar-menawar, individu mulai pasrah dan menyerahkan masalahnya kepada Tuhan.
Penawar dalam hal ini adalah sesuatu yang seringkali berbentuk kesepakatan dengan Tuhan, di mana individu menyetujui atau sepakat untuk terikat dalam suatu aktivitas religi atau setidaknya meninggalkan keegoisannya demi kembalinya kondisi baik seperti sebelumnya.
Advertisement
Acceptance
Individu yang dapat menerima dirinya akan lebih mudah untuk memahami keadaan dirinya, memiliki harapan, dan tujuan dalam hidupnya, dan dengan keinginan tersebut diharapkan dapat mewujudkan keinginannya.
“Menurut Kubler Ross akhir dari penerimaan diri yaitu dapat menerima nasib.”
Kelima tahapan tersebut adalah bagaimana seseorang dapat menerima dirinya dalam keadaan-keadaan tertentu. Seperti tahap denial, seseorang akan melakukan penolakkan ketika apa yang ia dapat atau harapkan diluar ekspektasinya.
lalu anger yang merupakan akibat dari penolakan tadi sehingga memicu emosi yang tidak terkontrol dan ditambah pikiran-pikiran negatif yang hadir ketika kondisi tidak stabil.
Kemudian depression, hal ini terjadi karena seseorang memiliki emosi yang tidak stabil dan terlalu banyak pikiran negatif dalam jangka waktu tertentu.
Bargaining, sebuah kepasrahan atau tawar menawar pada diri sendiri, biasanya hal ini berupa kesepakatan untuk turut andil dalam mentaati aturan agama.
Terakhir acceptance, di mana seseorang yang menerima dirinya dengan baik, telah mampu dan mau hidup dengan apa-apa yang ada pada dirinya, baik kekurangan maupun kelebihannya.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement