Badan Antariksa Eropa Buka Rekrutmen Astronot Penyandang Disabilitas

European Space Agency (ESA) mengumumkan pendaftaran terbuka untuk menjadi astronot dengan menyandang disabilitas pertama.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 08 Mar 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2021, 10:00 WIB
Ilustrasi astronaut.
Ilustrasi astronaut. (NASA)

Liputan6.com, Jakarta European Space Agency (ESA) mengumumkan pendaftaran terbuka untuk menjadi astronot dengan menyandang disabilitas pertama.

Pengumuman ini merupakan perekrutan pertama oleh agensi dalam lebih dari satu dekade. ESA mengumumkan akan merekrut empat hingga enam astronot, untuk dijadikan staf tetap ESA, dan sekitar 20 astronot cadangan untuk penerbangan yang lebih pendek, seperti tujuan ke International Space Station (ISS).

Bukan hanya itu, Direktur Jenderal ESA Jan Worner mengungkapkan bahwa agensi tersebut bertujuan untuk membawa "parastronaut" pertamanya, atau astronot dengan disabilitas fisik, ke dalam pesawat, dilansir dari SpaceNews.

Proyek yang ia sebut dengan Parastronaut feasibility project, atau kelayakan parastronot, menjelaskan, "ESA siap berinvestasi demi terwujudnya adaptasi di luar angkasa sehingga para profesional yang memiliki kualifikasi sangat baik ini memungkinkan untuk menjalani misi di luar angkasa yang aman dan berguna," kata agensi tersebut.

Sementara pemilihan parastronot ini oleh ESA menyeleksi individu yang secara psikologis, kognitif, teknis, dan profesional memenuhi syarat untuk menjadi astronot, tetapi memiliki disabilitas fisik yang biasanya mencegah mereka dipilih karena persyaratan yang diberlakukan oleh penggunaan perangkat keras luar angkasa saat ini," tambah ESA dalam pernyataan yang sama.

Dilansir dari New York Times, ESA sampai berkonsultasi dengan Komite Paralimpiade untuk menentukan dengan tepat disabilitas fisik seperti apa yang akan mampu secara konsisten menjalani misi luar angkasa.

Hingga saat ini, agensi tersebut menerima pelamar dengan amputasi kaki, perbedaan panjang kaki yang signifikan atau yang sangat pendek (biasanya, menurut Times, badan antariksa memiliki tinggi badan minimum untuk calon astronot).

Setelah direkrut, kandidat astronot yang dipilih sebagai bagian dari proyek ini akan bekerja dengan agensi untuk menentukan akomodasi fisik apa yang mungkin mereka perlukan untuk terbang ke luar angkasa.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini:


Mengapa penyandang disabilitas bisa ikut melamar?

Ada sejumlah alasan mengapa agensi tersebut berani memasukkan pelamar penyandang disabilitas fisik. Salah satunya yaitu karena "kami percaya bahwa eksplorasi adalah masalah upaya kolektif, kami perlu memperluas kumpulan bakat yang dapat kami andalkan untuk terus maju dalam upaya kami," kata ESA dalam pernyataan yang sama.

Alasan lainnya, menurut Worner, biasanya representasi yang tampak selalu paling penting, padahal tidak ada yang menghalangi atau mencegah agensi untuk menerbangkan astronot yang memiliki disabilitas fisik ke ISS.

Namun ESA sudah mewanti-wanti bahwa mereka tidak dapat menjamin penerbangan untuk setiap astronot yang terpilih. Namun agensi tersebut mengharapkan untuk merekrut satu parastronot sebagai astronot cadangan, kata direktur eksplorasi manusia dan robotik ESA, David Parker, dilansir dari SpaceNews.

Sementara itu, selain menjadi agensi pertama yang merekrut astronot dengan disabilitas fisik, ESA juga berbagi bahwa parastronot ini akan membawa inovasi dan manfaat lain bagi keselamatan dan efisiensi awak kapal di masa depan, kata agensi tersebut, dilansir dari MSN.

Selain itu, ESA berupaya meningkatkan keragaman di dalam kumpulan astronotnya dengan lebih dari satu cara. ESA baru-baru ini berbagi bahwa mereka juga ingin meningkatkan keragaman gender di dalam kumpulan astronotnya, dengan menyatakan bahwa mereka sangat mendorong wanita untuk melamar.


Infografis Waspadai 3 Gejala Khusus Covid-19 pada Lansia

Infografis Waspadai 3 Gejala Khusus Covid-19 pada Lansia. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Waspadai 3 Gejala Khusus Covid-19 pada Lansia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya