Singapura Bakal Menerapkan Rambu Lalu Lintas yang Dapat Didengar Tunanetra

Rambu lalu lintas yang dapat didengar akan dipasang di 325 penyeberangan pejalan kaki di 10 pusat kota di Singapura

oleh Fitri Syarifah diperbarui 22 Agu 2022, 19:09 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi rambu lalu lintas.Photo by Nout Gons/pexels.com
Ilustrasi rambu lalu lintas.Photo by Nout Gons/pexels.com

Liputan6.com, Jakarta Rambu lalu lintas bersuara akan dipasang di 325 penyeberangan pejalan kaki di 10 pusat kota Singapura. Dengan pertimbangan proporsi penduduk tunanetra yang lebih tinggi di sebagian kota, hal ini merupakan bagian dari master plan yang diluncurkan pada 17 Agustus untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif.

Sekitar 1.300 sinyal lalu lintas yang dapat didengar ini sudah dipasang di sekitar Singapura, tetapi yang baru ini akan menjadi yang pertama beroperasi 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Biasanya, yang lain hanya tersedia dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam.

Proyek tersebut rencananya akan dilaksanakan oleh Ministry of Transport and Land Transport Authority, yang merupakan bagian dari Enabling Masterplan 2030, menetapkan visi Singapura pada 2030 sebagai masyarakat inklusif, dan melayani kebutuhan penyandang disabilitas dan pengasuh mereka.

Inisiatif lain yaitu dengan menganjurkan semua pemilik bangunan untuk menyediakan fitur aksesibilitas dasar di seluruh bangunan setiap kali pekerjaan penambahan dan perubahan dilakukan, melalui undang-undang yang ditargetkan untuk awal 2023.

Master plan terbaru, Singapore’s fourth enabling master plan, disusun oleh steering committee beranggotakan 27 orang yang diketuai bersama oleh Eric Chua, Sekretaris Senior Parlemen (Pembangunan Sosial dan Keluarga), dan Gan Seow Kee, wakil ketua Federasi Bisnis Singapura.

Rencana tersebut menampilkan 29 rekomendasi di bawah tiga tema strategis di 14 area fokus.

Tiga tema tersebut adalah:

- Memperkuat dukungan untuk pembelajaran sepanjang hayat dalam ekonomi yang cepat berubah,

- Memungkinkan penyandang disabilitas untuk hidup mandiri, dan

- Menciptakan lingkungan fisik dan sosial yang inklusif bagi penyandang disabilitas.

 

 

 

 

Rambu bersuara bantu tunanetra

Pemasangan rambu lalu lintas baru yang dapat didengar adalah bagian dari tujuan master plan untuk meningkatkan aksesibilitas di seluruh bidang komunikasi, transportasi, ruang publik, perawatan kesehatan, olahraga, seni dan warisan, dan di dalam masyarakat.

Chong Kwek Bin, mantan kepala kelayakan kerja dan ketenagakerjaan dan advokasi di Asosiasi Penyandang Disabilitas Visual Singapura dan anggota steering committee, mengatakan rambu bersuara yang aktif 24 jam akan sangat bermanfaat bagi penyandang tunanetra, karena saat ini mereka baru dapat bergantung pada lalu lintas yang saat menyala setelah jam 7 pagi dan sebelum jam 9 malam.

“Masalahnya (pada periode lain) Anda tidak tahu di mana tiang lalu lintas ketika tidak ada suara sama sekali,” katanya.

“Untuk lampu lalu lintas yang ada dengan sinyal homing, kami mendengar sinyal berupa suara bip dan kami mengikutinya ke tiang lalu lintas. Tapi sinyal homing ini juga dimatikan di malam hari,” kata Chong, yang juga tunanetra.

Volume bervariasi

Kendati demikian, ada lebih sedikit masalah untuk persimpangan lalu lintas yang dipasang di dekat tempat tinggal. Ada yang mengeluh kebisingan sehingga mengganggu beberapa warga.

“Situasi mungkin muncul di mana penduduk terdekat menganggapnya terlalu keras sementara pengguna tunanetra merasa terlalu lembut, sehingga tingkat volume yang bervariasi dapat diatur sebelumnya, mungkin pada waktu yang berbeda,” tambahnya.

Sementara Ministry of Social and Family Development (MSF) dalam pernyataan persnya, mengatakan semua pemilik bangunan harus menyediakan fitur aksesibilitas dasar di seluruh bangunan setiap kali pekerjaan penambahan dan perubahan dilakukan, melalui undang-undang yang ditargetkan untuk awal 2023.

 

Peningkatan akomodasi penyandang disabilitas

Sherena Loh, salah satu pendiri dan direktur, Muscular Dystrophy Association Singapore, mengatakan bahwa ia ingin melihat peningkatan untuk akomodasi penyandang disabilitas, seperti membuat area kota lebih mudah diakses dan terhubung agar penyandang disabilitas mendapatkan pekerjaan. Ia juga menyoroti rumah warisan pra-perang yang menimbulkan tantangan karena trotoar yang tinggi dan tangga yang panjang.

Smart Nation dan Digital Government Group juga akan bekerja untuk memastikan bahwa semua situs web pemerintah dengan lalu lintas tinggi akan lebih mudah diakses oleh komunitas penyandang disabilitas pada tahun 2030, naik dari 61 persen saat ini.

Teknologi bantu, seperti mengaktifkan font yang lebih besar, teks alternatif untuk gambar, teknologi teks ke ucapan, dan ketersediaan teks dan subtitel yang lebih besar untuk video yang dihosting di situs web ini, akan digunakan untuk memenuhi berbagai disabilitas.

Berdasarkan upaya pemerintah untuk memberikan insentif keuangan dan dukungan praktis untuk menempatkan lebih banyak penyandang disabilitas dalam pekerjaan, steering committee juga merekomendasikan peningkatan dukungan bagi penyandang disabilitas untuk bekerja dalam pekerjaan sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

MSF mengatakan bahwa mereka akan bekerja dengan lembaga publik, lembaga layanan sosial disabilitas, dan para juara industri untuk mengembangkan model pekerjaan alternatif seperti pekerjaan mikro dan meningkatkan jumlah pemberi kerja yang inklusif disabilitas.

Masagos Zulkifli, Minister for Social and Family Development and Second Minister for Health, yang menerima laporan atas nama pemerintah, menggambarkan master plan itu sebagai “pekerjaan yang signifikan”.

Ia mengatakan itu menggambarkan bagaimana Singapura yang inklusif akan terlihat pada tahun 2030, dan menyediakan kerangka kerja untuk dapat melacak kemajuannya.

“Saya senang menerima rekomendasi atas nama pemerintah, dan telah memulai proses mewujudkan rencana ini,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya