Liputan6.com, Jakarta Disabilitas netra dapat dipicu berbagai hal salah satunya katarak. Kondisi ini dikenal sebagai kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan.
Lensa keruh akan menghalangi cahaya yang masuk ke mata, sehingga penglihatan menjadi buram. Lama- kelamaan bisa terjadi tunanetra akibat katarak.
Baca Juga
Selama ini, katarak acap kali dianggap sebagai penyakit lanjut usia (lansia). Artinya, penyakit ini hanya ditemukan pada orang yang sudah berumur. Padahal, menurut tulisan yang ditinjau oleh dokter spesialis mata, Maria Magdalena Purba, katarak juga bisa terjadi pada bayi.
Advertisement
“Pada dasarnya, katarak bisa menyerang siapa pun di segala usia. Dari sejak lahir, anak-anak, dewasa muda, dan lanjut usia,” mengutip keterangan pers KMN EyeCare yang ditinjau Maria, Kamis (25/5/2023).
Katarak yang terjadi pada bayi baru lahir disebut katarak kongenital. Hal ini dapat terjadi jika infeksi seperti rubella terjadi saat ibu sedang mengandung.
Infeksi Rubella pada Ibu hamil dapat menjadi penyebab utama terjadinya katarak kongenital pada anak yang dilahirkan. Katarak kongenital ini dapat terjadi pada salah satu mata anak atau keduanya.
Selain infeksi saat masa kehamilan, riwayat keturunan keluarga juga merupakan faktor risiko untuk mengalami katarak. Apabila seseorang memiliki riwayat keluarga yang mengalami katarak, maka ia juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami katarak.
Gejala Katarak yang Perlu Diwaspadai
Secara umum, gejala katarak tergantung pada derajat keparahannya. Pada katarak derajat awal, gejala yang dirasakan pasien tergolong sangat ringan sehingga tidak banyak orang yang sadar bahwa dirinya terkena katarak.
Gejala yang biasa muncul berupa pandangan kabur, cahaya yang terlihat terang atau silau dan penurunan kontras warna pada objek yang dilihat.
“Lama-kelamaan seiring dengan lensa yang bertambah keruh atau derajat katarak meningkat, maka tajam penglihatan akan semakin menurun bahkan dapat terjadi kebutaan.”
Berdasarkan data statistik, gejala katarak ringan biasanya timbul antara usia 40 - 50 tahun dan persentase kejadian katarak dilaporkan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Akan tetapi, katarak juga sangat mungkin terjadi pada usia dewasa muda bahkan sejak bayi.
Advertisement
Klasifikasi Katarak Berdasarkan Usia
Maria pun setuju bahwa semakin cepat pasien memeriksa mata, maka penyakit katarak dapat dideteksi dan ditangani lebih awal.
“Dengan penanganan yang cepat dan tepat dari dokter yang ahli di bidangnya dapat menghindari kebutaan permanen akibat katarak,” kata Maria.
Dia kemudian menjelaskan soal klasifikasi katarak. Menurutnya, ada tiga jenis katarak berdasarkan usia yakni:
Katarak Senilis
Katarak jenis ini biasanya terjadi karena proses degenerasi (penuaan) di mana lensa mata secara alami mengalami kekeruhan, penebalan, dan penurunan daya akomodasi.
Katarak Juvenil
Jenis kedua adalah katarak Juvenil, jenis ini menyerang pada usia yang lebih muda yaitu di atas satu hingga 23 tahun. Katarak ini biasanya terjadi akibat gangguan perkembangan normal lensa.
Katarak Kongenital
Seperti disebutkan sebelumnya, katarak kongenital terjadi pada bayi sedari lahir. Biasanya disebabkan karena infeksi yang dialami oleh ibu saat masa kehamilan seperti toksoplasma, rubella, dan sebagainya.
Pencegahan Katarak
Kabar baiknya, penyakit ini dapat dicegah. Pencegahan terbaik untuk mengurangi risiko katarak adalah dengan menjaga kesehatan mata secara keseluruhan. Termasuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin dan menghindari faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya katarak seperti merokok dan minum alkohol.
Jika mulai mengalami gejala-gejala katarak, segera periksa ke dokter mata. Terlebih lagi jika merasa memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko katarak seperti yang disebutkan di atas.
“Maka ada baiknya melakukan skrining katarak,” pungkas Maria.
Advertisement