5 Cara Membuat Rumah Lebih Ramah Autisme, Salah Satunya Hindari Cahaya Berlebih

Penting bagi orangtua anak autisme untuk mempertimbangkan membuat rumah yang lebih ramah autisme. Bagaimana caranya?

oleh Chelsea Anastasia diperbarui 26 Jun 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2023, 13:00 WIB
Autisme (iStock)
Ilustrasi anak dengan autisme. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi anak penyandang autisme, melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana pun kadang terasa bagai tantangan.

Pergi ke sekolah, taman bermain, acara, dan bahkan pesta ulang tahun dapat membuat penyandang autisme mengalami sensory overload (kelebihan sensorik).

Sensory overload terjadi ketika satu atau lebih dari panca indera tubuh kewalahan menerima input dari luar, seperti melansir Medical News Today.

Kondisi ini bisa terjadi di restoran yang ramai, saat radio terlalu keras, atau saat orang yang lewat memakai parfum beraroma kuat. Sensory overload sendiri memang merupakan salah satu karakteristik anak dengan autisme.

Oleh sebab itu, menurut advokat autisme sekaligus penulis asal Amerika Serikat (AS), Lisa Jo Rudy, penting bagi orangtua anak autisme untuk mempertimbangkan membuat rumah yang lebih ramah autisme.

Bagaimana caranya?

Susun Jadwal Realistis yang Mudah Diikuti di Rumah

Rudy mengungkap, menyusun jadwal yang realistis dapat membantu anak autisme memahami hal-hal yang perlu ia lakukan tanpa kewalahan.

“Berikan jadwal realistis yang dapat Anda dan anak autisme Anda ikuti. Itu mungkin sesederhana ‘Pulanglah, ganti baju, tonton TV selama satu jam, makan malam, mandi, kerjakan pekerjaan rumah, pergi tidur’,” katanya kepada Very Well Health.

Lebih lanjut, Rudy menyarankan untuk menyusun jadwal ke dalam bentuk visual. 

“Pastikan anak memahami jadwal yang dibuat. Jenis jadwal dengan format visual biasanya cocok untuk saudara maupun anak-anak dengan spektrum autisme,” kata wanita lulusan Harvard University, AS itu.

Beri Ruang Sendiri yang Nyaman untuk Anak

Desain kamar anak autisme harus disesuaikan dengan kepekaan dan sensitivitasnya terhadap warna maupun cahaya. Photo by Huy Nguyen on Unsplash
Desain kamar anak autisme harus disesuaikan dengan kepekaan dan sensitivitasnya terhadap warna maupun cahaya. Photo by Huy Nguyen on Unsplash

Menurut Rudy, penting untuk memberi anak ruang dan waktu untuk bersantai sendirian. 

“Bagi banyak orang, terutama anak autisme, waktu istirahat dan waktu sendirian sangatlah penting,” katanya.

Sebab, keadaan anak autisme membuat mereka mudah merasa lelah, terutama secara mental dan emosional.

Pastikan Ada Stok Makanan yang Disukai Anak di Rumah

Lebih lanjut, Rudy menganjurkan untuk menyimpan makanan yang disukai anak di rumah.

“Sehingga anak dengan autisme dapat berharap untuk makan, setidaknya satu makanan yang dia sangat sukai,” ujarnya.

“Itu tidak berarti anak tak makan sesuatu yang baru, tetapi itu berarti anak dapat berharap untuk makan sesuatu yang diharapkan, enak, dan nyaman,” lanjut Rudy.

Hindari Cahaya Lampu, Bau, dan Suara Berlebih di Rumah

Ilustrasi anak autisme. Photo by Caleb Woods on Unsplash
Ilustrasi anak autisme. Photo by Caleb Woods on Unsplash

Tampaknya, cahaya lampu, bau, dan suara merupakan hal yang tak bisa dihindari sepenuhnya di rumah.

Namun, Rudy mengingatkan, meminimalisasi hal-hal tersebut di rumah merupakan hal yang sangat mungkin dilakukan orangtua.

“Ya, Anda perlu menggunakan tempat sampah, tetapi Anda mungkin dapat menemukan beberapa dengan sedikit bau. Ya, Anda dapat mendengarkan musik, tetapi mereka mungkin dapat menggunakan headphone,” katanya.

“Ya, Anda membutuhkan cahaya di rumah, tetapi lampu neon bisa sangat tidak nyaman bagi anak autisme karena adanya gangguan sensorik,” lanjut Rudy.

Waspada dengan Barang di Rumah yang Bisa Memicu Anak

Ilustrasi anak Autisme. Photo by Hunter Johnson on Unsplash
Ilustrasi anak Autisme. Photo by Hunter Johnson on Unsplash

Rudy juga menyarankan para orangtua untuk mewaspadai tanda-tanda stres pada anak autisme.

“Mereka mungkin tidak dapat mengomunikasikan dengan tepat apa yang mengganggu mereka,” katanya.

“Jadi, Anda mungkin perlu sedikit menelisik rumah Anda untuk menentukan penyebab pemicu,” Rudy melanjutkan.

Menurutnya, tentu hal ini bisa berkaitan erat dengan bau yang tajam dan suara yang terlalu keras.

“Misalnya, bau masakan kubis membuat mereka tak tahan, atau ponsel anggota keluarga lain yang terus-menerus berdengung,” tutur Rudy.

Dengan begitu, solusi sederhana dapat dilakukan oleh orangtua. Misalnya, dengan tak memasak kubis di dekat anak atau mengganti kubis dengan makanan sehat lain.

Banner Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Banner Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya