World Kidney Day, Gagal Ginjal Bisa Picu Disabilitas Jika Tak Ditangani Optimal

Menurut Ketua Umum PERNEFRI, Pringgodigdo Nugroho, kondisi disabilitas berhubungan dengan komplikasi yang dialami oleh pasien gagal ginjal.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Mar 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2024, 15:00 WIB
World Kidney Day, Dokter Ingatkan Gagal Ginjal Bisa Picu Disabilitas Jika Tak Ditangani dengan Baik
Menurut Ketua Umum PERNEFRI, Pringgodigdo Nugroho, kondisi disabilitas berhubungan dengan komplikasi yang dialami oleh pasien gagal ginjal (14/3/2024). Foto: Tangkapan layar Zoom Kemenkes.

Liputan6.com, Jakarta Gagal ginjal dapat berujung pada kondisi disabilitas jika tidak ditangani dengan baik.

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), Pringgodigdo Nugroho, kondisi disabilitas berhubungan dengan komplikasi yang dialami oleh pasien gagal ginjal.

“Disabilitas memang berhubungan dengan komplikasi dari pasien-pasien yang sudah gagal ginjal. Biasanya berhubungan dengan kardiovaskuler,” kata Pringgo kepada Disabilitas Liputan6.com dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia secara daring bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kamis (14/3/2024).

Disabilitas juga bisa terjadi karena ginjal memiliki hubungan dengan kekuatan dan kesehatan tulang.

“Ginjal juga berhubungan dengan kekuatan dan kesehatan tulang, bisa terjadi gangguan di tulang itu juga bisa dialami pasien-pasien gagal ginjal.”

Terkait angka kasus pasien gagal ginjal yang mengalami disabilitas, Pringgodigdo belum mendapatkan datanya.

“Berapa banyak angkanya, saya tidak hafal nanti mungkin kita bisa cari bersama. Tapi memang ini (gagal ginjal) berisiko disabilitas ya,” jelas Pringgo.

Kabar baiknya, kondisi disabilitas pada pasien gagal ginjal dapat dicegah dengan penanganan yang baik dan disiplin.

“Kalau pasien-pasien gagal ginjal ini menjalani pengobatan pengganti ginjal dengan baik, disiplin, mengikuti anjuran petugas kesehatan atau dokter, maka kualitas hidupnya jadi lebih baik.”

Cegah Gagal Ginjal dengan Layanan Kesehatan Optimal

Guna mencegah gagal ginjal dan disabilitas yang dapat dipicunya, maka pelayanan kesehatan ginjal harus optimal.

Untuk mendapat pelayanan optimal diperlukan upaya mengatasi hambatan di berbagai tingkatan sambil mempertimbangkan perbedaan konteks di seluruh wilayah dunia.

Menurut PERNEFRI, setiap negara memiliki hambatan masing-masing dalam akses layanan kesehatan ginjal. Hal ini mencakup:

  • Kesenjangan dalam diagnosis dini.
  • Kurangnya layanan kesehatan yang menyeluruh.
  • Cakupan asuransi.
  • Rendahnya kesadaran di kalangan petugas kesehatan.
  • Tantangan terhadap biaya pengobatan dan aksesibilitas.

Strategi Multi Cabang untuk Ciptakan Layanan Ginjal Optimal

Melihat masalah-masalah tersebut, strategi multi-cabang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa, ginjal, dan jantung. Strategi yang dimaksud yakni:

Kebijakan Kesehatan

Pencegahan penyakit ginjal kronik atau PGK primer dan sekunder memerlukan kebijakan kesehatan yang ditargetkan yang secara holistik dengan:

  • Mengintegrasikan perawatan ginjal ke dalam program kesehatan yang ada.
  • Menjamin pendanaan untuk perawatan ginjal.
  • Menyebarkan pengetahuan kesehatan ginjal kepada masyarakat dan tenaga kesehatan.

Akses yang adil terhadap skrining penyakit ginjal, alat untuk diagnosis dini, dan akses berkelanjutan terhadap pengobatan berkualitas harus diterapkan untuk mencegah PGK atau perkembangannya.

Pelayanan Kesehatan

Strategi berikutnya terkait dengan pelayanan kesehatan ginjal. Kurang optimalnya pelayanan kesehatan ginjal disebabkan oleh:

  • Terbatasnya fokus kebijakan.
  • Tidak memadainya pendidikan pasien dan penyedia layanan kesehatan.
  • Kurangnya sumber daya untuk layanan berkualitas tinggi.
  • Terbatasnya akses terhadap pengobatan yang terjangkau.

Agar strategi ini berhasil, penting untuk menerapkan pendekatan yang komprehensif, berpusat pada pasien, dan berorientasi lokal untuk mengidentifikasi dan mengatasi hambatan terhadap perawatan ginjal berkualitas tinggi.

Atasi Kekurangan Tenaga Kesehatan

Strategi ketiga adalah mengatasi kekurangan tenaga kesehatan primer dan spesialis ginjal.

Untuk mencapai hal ini, diperlukan beberapa upaya seperti:

  • Peningkatan pelatihan.
  • Meminimalkan kehilangan penyedia layanan kesehatan.
  • Membangun kapasitas di antara petugas kesehatan, termasuk dokter layanan primer, perawat, dan petugas kesehatan masyarakat.

Pendidikan tentang skrining penyakit ginjal kronik (PGK) yang tepat dan kepatuhan terhadap rekomendasi pedoman praktik klinis adalah kunci keberhasilan penerapan strategi pengobatan yang efektif dan aman.

Merangkul inovasi ilmiah dan memanfaatkan alat farmakologis dan non-farmakologis untuk pengobatan PGK, serta membina komunikasi yang efektif dan empati di antara para profesional akan sangat berdampak pada kesejahteraan pasien.

Libatkan Pasien dan Komunitas

Strategi keempat adalah pemberdayaan pasien dan komunitas. Secara global, pasien kesulitan mengakses layanan dan pengobatan karena tingginya biaya dan informasi yang salah. Ini berdampak pada perilaku dan kepatuhan mereka terhadap kesehatan.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan pasien dan komunitas agar strategi pengobatan semakin membawa manfaat besar, yakni:

  • Meningkatkan kesadaran tentang faktor risiko PGK seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.
  • Meningkatkan literasi kesehatan tentang pilihan gaya hidup sehat.
  • Perawatan diri.

Mendorong kepatuhan jangka panjang terhadap strategi pengobatan dapat membawa manfaat besar terutama bila dimulai sejak dini dan dikelola secara konsisten.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya