Pengertian Makruh dalam Islam
Liputan6.com, Jakarta Makruh merupakan salah satu konsep penting dalam hukum Islam yang perlu dipahami oleh setiap Muslim. Secara bahasa, makruh berasal dari kata bahasa Arab "kariha" yang berarti tidak menyukai atau membenci. Dalam terminologi Islam, makruh mengacu pada tindakan atau perilaku yang tidak dianjurkan atau tidak disukai, namun tidak secara eksplisit dilarang.
Makruh menempati posisi di antara perbuatan yang wajib (fardhu) dan perbuatan yang dilarang (haram) dalam hierarki hukum Islam. Meskipun melakukan perbuatan makruh tidak mengakibatkan dosa, menghindarinya dianggap lebih baik dan terpuji. Dengan kata lain, makruh adalah sesuatu yang sebaiknya ditinggalkan, meski tidak ada konsekuensi hukuman jika dilakukan.
Beberapa ulama mendefinisikan makruh sebagai:
Advertisement
- Perbuatan yang dianjurkan untuk ditinggalkan, namun tidak berdosa jika dikerjakan
- Sesuatu yang dilarang oleh syariat, tetapi larangannya tidak bersifat pasti
- Tindakan yang jika ditinggalkan akan mendapat pahala, namun jika dilakukan tidak mendapat hukuman
Penting untuk memahami bahwa konsep makruh dapat bervariasi di antara berbagai mazhab dan interpretasi hukum Islam. Penentuan apakah suatu perbuatan termasuk makruh atau tidak biasanya didasarkan pada ajaran Al-Quran, Hadits (perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW), ijma' (konsensus ulama), serta ijtihad (penalaran hukum) para ahli fiqih.
Jenis-Jenis Makruh dalam Hukum Islam
Dalam kajian fiqih Islam, makruh dapat dibagi menjadi beberapa jenis atau tingkatan. Pemahaman tentang jenis-jenis makruh ini penting untuk mengetahui sejauh mana suatu perbuatan sebaiknya dihindari. Berikut adalah pembagian jenis makruh yang umum dikenal:
1. Makruh Tanzih
Makruh tanzih merupakan jenis makruh yang lebih ringan. Ini mengacu pada perbuatan yang sebaiknya dihindari, namun tidak terlalu dibenci. Melakukan perbuatan makruh tanzih tidak mengakibatkan celaan atau dosa, tetapi meninggalkannya dianggap lebih utama dan terpuji.
Contoh makruh tanzih antara lain:
- Makan bawang putih atau bawang merah mentah sebelum pergi ke masjid
- Berwudhu dengan air yang terlalu panas atau terlalu dingin
- Berbicara saat sedang berwudhu
2. Makruh Tahrim
Makruh tahrim adalah jenis makruh yang lebih berat dan mendekati haram. Perbuatan ini sangat tidak disukai dan sebisa mungkin harus dihindari. Meskipun tidak secara eksplisit diharamkan, melakukan makruh tahrim dapat mendekatkan seseorang pada perbuatan dosa.
Beberapa contoh makruh tahrim meliputi:
- Memakai perhiasan emas atau sutra bagi laki-laki
- Melakukan shalat sunnah tepat setelah terbitnya matahari atau saat matahari tepat di atas kepala (waktu istiwa)
- Menolak pemberian hadiah tanpa alasan yang jelas
3. Makruh yang Mendekati Mubah
Jenis makruh ini berada di antara makruh tanzih dan mubah (netral). Perbuatan dalam kategori ini tidak terlalu dibenci, namun tetap lebih baik untuk dihindari jika memungkinkan.
Contoh makruh yang mendekati mubah:
- Makan makanan yang baunya kurang sedap (selama bukan makanan haram)
- Tidur setelah Ashar (selama tidak mengakibatkan kelalaian dalam ibadah)
- Bercanda berlebihan (selama tidak sampai menyakiti orang lain)
Pemahaman tentang jenis-jenis makruh ini membantu seorang Muslim untuk lebih berhati-hati dalam tindakannya dan berusaha meningkatkan kualitas ibadahnya. Meskipun makruh tidak mengakibatkan dosa, menghindarinya dapat membawa seseorang pada tingkat ketakwaan yang lebih tinggi.
Advertisement
Dalil-Dalil tentang Makruh dalam Al-Quran dan Hadits
Konsep makruh dalam Islam didasarkan pada berbagai dalil dari Al-Quran dan Hadits. Meskipun tidak selalu disebutkan secara eksplisit dengan kata "makruh", banyak ayat dan hadits yang mengindikasikan adanya perbuatan yang tidak disukai namun tidak secara tegas dilarang. Berikut beberapa dalil yang berkaitan dengan konsep makruh:
Dalil dari Al-Quran
1. Surah Al-Isra ayat 38:
"Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu."
Ayat ini menunjukkan bahwa ada perbuatan-perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT, namun tidak secara tegas disebutkan sebagai haram.
2. Surah Al-Hujurat ayat 12:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa..."
Ayat ini menganjurkan untuk menghindari prasangka buruk, yang dapat dikategorikan sebagai makruh karena tidak secara langsung diharamkan namun lebih baik dihindari.
Dalil dari Hadits
1. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim:
"Sesungguhnya Allah membenci tiga hal bagimu: dikatakan dan dikatakan (gosip), banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta."
Hadits ini menunjukkan beberapa perbuatan yang dibenci oleh Allah, yang dapat dikategorikan sebagai makruh.
2. Hadits riwayat Abu Dawud:
"Rasulullah SAW melarang minum sambil berdiri."
Larangan ini tidak disertai ancaman dosa, sehingga banyak ulama mengkategorikannya sebagai makruh.
3. Hadits riwayat Tirmidzi:
"Janganlah kalian makan dengan tangan kiri, karena sesungguhnya setan makan dengan tangan kiri."
Larangan ini juga sering dikategorikan sebagai makruh, karena tidak disertai ancaman dosa yang tegas.
Dalil-dalil ini menunjukkan bahwa konsep makruh memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Meskipun tidak selalu disebutkan secara eksplisit, banyak perintah dan larangan dalam Al-Quran dan Hadits yang mengindikasikan adanya perbuatan yang sebaiknya dihindari namun tidak sampai pada tingkat haram.
Penting untuk dicatat bahwa interpretasi dalil-dalil ini dapat bervariasi di antara berbagai mazhab dan ulama. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang konteks dan tafsir dari dalil-dalil tersebut sangat penting dalam menentukan status hukum suatu perbuatan.
Contoh-Contoh Perbuatan Makruh dalam Kehidupan Sehari-hari
Memahami contoh-contoh perbuatan makruh dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu seorang Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah dan perilakunya. Berikut adalah beberapa contoh perbuatan yang umumnya dianggap makruh dalam berbagai aspek kehidupan:
Dalam Ibadah
- Melakukan shalat sunnah setelah shalat Ashar hingga terbenamnya matahari
- Membaca Al-Quran dalam posisi ruku' atau sujud saat shalat
- Berpuasa pada hari Jumat saja tanpa hari sebelum atau sesudahnya
- Mengangkat tangan terlalu tinggi saat takbiratul ihram dalam shalat
- Mengeraskan suara dalam berdoa setelah shalat fardhu
Dalam Adab Makan dan Minum
- Makan dan minum sambil berdiri
- Meniup makanan atau minuman yang panas
- Makan dengan tangan kiri (bagi yang bukan kidal)
- Makan sambil bersandar
- Membuang sisa makanan yang masih layak dimakan
Dalam Berpakaian dan Penampilan
- Memakai pakaian yang terlalu mencolok atau berlebihan
- Memakai cincin emas bagi laki-laki
- Mencukur sebagian rambut kepala dan membiarkan sebagian lainnya (qaza')
- Memakai pakaian yang bergambar makhluk bernyawa
- Memakai wewangian yang berlebihan saat pergi ke masjid
Dalam Interaksi Sosial
- Berbicara saat khatib sedang menyampaikan khutbah Jumat
- Menolak undangan tanpa alasan yang jelas
- Meludah di jalan atau tempat umum
- Bergosip atau membicarakan keburukan orang lain
- Bercanda berlebihan hingga menyakiti perasaan orang lain
Dalam Penggunaan Sumber Daya
- Menggunakan air secara berlebihan saat berwudhu
- Menyalakan lampu atau peralatan listrik yang tidak diperlukan
- Membuang-buang makanan
- Menggunakan plastik sekali pakai secara berlebihan
- Merokok (menurut sebagian ulama)
Penting untuk diingat bahwa status makruh dari perbuatan-perbuatan ini dapat bervariasi tergantung pada konteks, niat, dan keadaan. Beberapa ulama mungkin memiliki pendapat yang berbeda mengenai status hukum dari perbuatan-perbuatan tersebut. Oleh karena itu, selalu disarankan untuk merujuk pada sumber-sumber yang terpercaya dan berkonsultasi dengan ulama yang kompeten untuk pemahaman yang lebih mendalam.
Dengan menghindari perbuatan-perbuatan makruh ini, seorang Muslim dapat meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupannya, meskipun melakukannya tidak mengakibatkan dosa. Menghindari makruh juga dapat menjadi sarana untuk melatih diri dalam ketaatan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya setiap tindakan dalam pandangan Islam.
Advertisement
Perbedaan Makruh dengan Hukum Islam Lainnya
Untuk memahami konsep makruh dengan lebih baik, penting untuk membandingkannya dengan hukum-hukum Islam lainnya. Dalam syariat Islam, terdapat lima kategori hukum utama yang dikenal dengan istilah al-ahkam al-khamsah atau hukum taklifi. Berikut adalah perbandingan makruh dengan hukum-hukum lainnya:
1. Makruh vs Haram
Perbedaan utama antara makruh dan haram adalah:
- Haram: Perbuatan yang dilarang secara tegas dan pelakunya mendapat dosa jika melakukannya.
- Makruh: Perbuatan yang sebaiknya dihindari, namun tidak mengakibatkan dosa jika dilakukan.
Contoh: Meminum minuman keras adalah haram, sementara makan bawang putih sebelum ke masjid adalah makruh.
2. Makruh vs Wajib
Perbedaan antara makruh dan wajib:
- Wajib: Perbuatan yang harus dilakukan dan mendapat pahala jika dikerjakan, serta berdosa jika ditinggalkan.
- Makruh: Perbuatan yang sebaiknya ditinggalkan, namun tidak berdosa jika dilakukan.
Contoh: Shalat lima waktu adalah wajib, sementara tidur setelah Ashar adalah makruh.
3. Makruh vs Sunnah
Perbedaan antara makruh dan sunnah:
- Sunnah: Perbuatan yang dianjurkan dan mendapat pahala jika dilakukan, namun tidak berdosa jika ditinggalkan.
- Makruh: Perbuatan yang sebaiknya ditinggalkan, namun tidak berdosa jika dilakukan.
Contoh: Berpuasa Senin-Kamis adalah sunnah, sementara makan dengan tangan kiri adalah makruh.
4. Makruh vs Mubah
Perbedaan antara makruh dan mubah:
- Mubah: Perbuatan yang boleh dilakukan atau ditinggalkan tanpa konsekuensi pahala atau dosa.
- Makruh: Perbuatan yang sebaiknya ditinggalkan, dan akan mendapat pahala jika ditinggalkan karena ketaatan kepada Allah.
Contoh: Memilih warna pakaian adalah mubah, sementara berbicara saat khatib sedang berkhutbah adalah makruh.
Tabel Perbandingan Hukum Islam
Hukum | Jika Dilakukan | Jika Ditinggalkan |
---|---|---|
Wajib | Mendapat pahala | Mendapat dosa |
Sunnah | Mendapat pahala | Tidak berdosa |
Mubah | Tidak berpahala, tidak berdosa | Tidak berpahala, tidak berdosa |
Makruh | Tidak berdosa | Mendapat pahala (jika karena ketaatan) |
Haram | Mendapat dosa | Mendapat pahala |
Pemahaman tentang perbedaan antara makruh dan hukum-hukum Islam lainnya sangat penting dalam menjalankan syariat Islam. Hal ini membantu seorang Muslim untuk membuat keputusan yang tepat dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari, serta meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatannya kepada Allah SWT.
Penting untuk diingat bahwa dalam beberapa kasus, status hukum suatu perbuatan dapat berubah tergantung pada konteks dan keadaan. Oleh karena itu, selalu disarankan untuk mempelajari agama secara mendalam dan berkonsultasi dengan ahli agama yang terpercaya ketika menghadapi situasi yang kompleks.
Hikmah di Balik Konsep Makruh dalam Islam
Konsep makruh dalam Islam memiliki banyak hikmah dan manfaat bagi kehidupan umat Muslim. Pemahaman yang mendalam tentang makruh dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupannya secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa hikmah di balik konsep makruh:
1. Melatih Kesadaran dan Ketaatan
Makruh memberikan kesempatan bagi seorang Muslim untuk melatih kesadaran dan ketaatannya kepada Allah SWT. Dengan menghindari perbuatan makruh, seseorang belajar untuk lebih peka terhadap hal-hal yang mungkin tidak disukai oleh Allah, meskipun tidak secara eksplisit dilarang. Ini membantu dalam mengembangkan kepekaan spiritual dan meningkatkan kualitas hubungan dengan Allah.
2. Mengembangkan Sikap Kehati-hatian
Konsep makruh mendorong umat Islam untuk bersikap hati-hati dalam setiap tindakan mereka. Dengan menyadari bahwa ada perbuatan yang sebaiknya dihindari meskipun tidak haram, seseorang akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjaga Kesucian dan Kebersihan
Banyak perbuatan makruh berkaitan dengan kebersihan dan kesucian, baik secara fisik maupun spiritual. Misalnya, makruh menggunakan air berlebihan saat berwudhu atau makan bawang putih sebelum ke masjid. Hikmah di balik ini adalah untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan dalam beribadah dan berinteraksi dengan sesama.
4. Menghindari Hal-hal yang Berpotensi Mengarah pada Keburukan
Beberapa perbuatan makruh mungkin tidak berbahaya jika dilakukan sekali-sekali, namun jika dilakukan terus-menerus dapat mengarah pada keburukan atau bahkan perbuatan haram. Dengan menghindari makruh, seorang Muslim dapat menjaga diri dari potensi terjerumus ke dalam perbuatan yang lebih buruk.
5. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Menghindari perbuatan makruh dapat meningkatkan kualitas ibadah seseorang. Misalnya, menghindari berbicara saat khatib sedang berkhutbah Jumat dapat membantu seseorang untuk lebih fokus dan mendapatkan manfaat maksimal dari khutbah tersebut.
6. Mengajarkan Moderasi dan Keseimbangan
Konsep makruh mengajarkan moderasi dan keseimbangan dalam beragama. Tidak semua hal yang tidak disukai harus diharamkan, namun juga tidak semua hal yang tidak dilarang secara eksplisit boleh dilakukan tanpa batasan. Ini mengajarkan umat Islam untuk bersikap seimbang dan bijaksana dalam menjalani kehidupan.
7. Memberi Ruang untuk Perkembangan Spiritual
Dengan adanya konsep makruh, seorang Muslim memiliki ruang untuk terus berkembang secara spiritual. Menghindari perbuatan makruh menjadi sarana untuk meningkatkan ketakwaan dan kedekatan dengan Allah SWT secara bertahap.
8. Memfasilitasi Perbedaan Pendapat
Konsep makruh juga memberikan ruang untuk perbedaan pendapat di antara ulama dan mazhab. Beberapa perbuatan yang dianggap makruh oleh satu mazhab mungkin dianggap mubah atau bahkan sunnah oleh mazhab lain. Ini mengajarkan toleransi dan pemahaman bahwa dalam Islam ada ruang untuk interpretasi yang berbeda dalam hal-hal yang tidak fundamental.
Memahami dan menghayati hikmah di balik konsep makruh dapat membantu seorang Muslim untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan seimbang. Dengan menghindari perbuatan makruh, seseorang tidak hanya meningkatkan kualitas ibadahnya, tetapi juga mengembangkan karakter dan kepribadian yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam.
Advertisement
Penerapan Konsep Makruh dalam Kehidupan Modern
Meskipun konsep makruh berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW, penerapannya tetap relevan dan penting dalam konteks kehidupan modern. Berikut adalah beberapa cara bagaimana konsep makruh dapat diterapkan dan diinterpretasikan dalam kehidupan sehari-hari di era modern:
1. Penggunaan Media Sosial
Dalam era digital, penggunaan media sosial yang berlebihan atau tidak bijaksana dapat dianggap makruh. Ini termasuk:
- Membagikan informasi tanpa verifikasi (hoax)
- Menghabiskan waktu berlebihan di media sosial hingga melalaikan kewajiban
- Memposting hal-hal yang bersifat pamer atau riya
2. Konsumsi dan Gaya Hidup
Beberapa aspek konsumsi dan gaya hidup modern yang dapat dianggap makruh:
- Konsumsi makanan cepat saji secara berlebihan
- Penggunaan plastik sekali pakai yang tidak perlu
- Pembelian barang-barang mewah yang berlebihan (israf)
3. Etika Kerja dan Bisnis
Dalam dunia kerja dan bisnis modern, beberapa praktik yang dapat dianggap makruh:
- Bekerja lembur secara berlebihan hingga melalaikan ibadah atau keluarga
- Melakukan praktik bisnis yang cenderung eksploitatif meskipun tidak melanggar hukum
- Menggunakan taktik pemasaran yang berlebihan atau menyesatkan
4. Teknologi dan Privasi
Penggunaan teknologi yang tidak bijaksana dapat dianggap makruh, seperti:
- Mengakses informasi pribadi orang lain tanpa izin
- Menggunakan aplikasi yang berpotensi melanggar privasi
- Kecanduan gadget hingga mengganggu interaksi sosial
5. Pendidikan dan Pengembangan Diri
Dalam konteks pendidikan modern, beberapa hal yang dapat dianggap makruh:
- Mengejar gelar atau sertifikasi semata-mata demi status tanpa niat untuk mengembangkan ilmu
- Mengabaikan pendidikan agama dan moral demi fokus pada pendidikan akademis semata
- Plagiasi atau kecurangan akademik ringan
6. Kesehatan dan Kebugaran
Beberapa praktik kesehatan modern yang dapat dianggap makruh:
- Mengonsumsi suplemen atau obat-obatan yang tidak perlu
- Melakukan diet ekstrem yang membahayakan kesehatan
- Mengabaikan istirahat dan tidur demi produktivitas berlebihan
7. Hubungan Interpersonal
Dalam konteks hubungan modern, beberapa perilaku yang dapat dianggap makruh:
- Berlebihan dalam menggunakan aplikasi kencan online
- Mengabaikan silaturahmi langsung demi interaksi virtual
- Terlalu terbuka membagikan masalah pribadi di media sosial
8. Lingkungan dan Keberlanjutan
Beberapa praktik yang dapat dianggap makruh dalam konteks lingkungan:
- Penggunaan kendaraan pribadi untuk jarak dekat yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki
- Pemborosan energi listrik di rumah atau tempat kerja
- Mengabaikan praktik daur ulang dan pemilahan sampah
Dalam menerapkan konsep makruh di era modern, penting untuk mempertimbangkan konteks dan dampak dari setiap tindakan. Seorang Muslim modern perlu mengembangkan kesadaran kritis untuk mengevaluasi apakah suatu tindakan atau praktik sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, meskipun tidak secara eksplisit dilarang.
Penerapan konsep makruh dalam kehidupan modern juga memerlukan fleksibilitas dan pemahaman yang mendalam tentang maqashid syariah (tujuan syariah). Ini memungkinkan umat Islam untuk beradaptasi dengan perubahan zaman sambil tetap menjaga nilai-nilai inti ajaran Islam.
Dengan menerapkan konsep makruh secara bijaksana dalam konteks modern, seorang Muslim dapat menjalani kehidupan yang seimbang, etis, dan sesuai dengan ajaran Islam, sambil tetap aktif dan produktif dalam masyarakat kontemporer.
Kesimpulan
Pemahaman tentang makruh adalah aspek penting dalam menjalankan syariat Islam secara komprehensif. Konsep ini memberikan panduan bagi umat Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupan sehari-hari, meskipun tidak memiliki konsekuensi hukum yang tegas seperti halnya perbuatan haram.
Beberapa poin kunci yang perlu diingat tentang makruh adalah:
- Makruh merujuk pada perbuatan yang sebaiknya dihindari, namun tidak mengakibatkan dosa jika dilakukan.
- Terdapat berbagai jenis makruh, seperti makruh tanzih dan makruh tahrim, yang memiliki tingkat kebencian yang berbeda.
- Konsep makruh memiliki dasar yang kuat dalam Al-Quran dan Hadits, meskipun tidak selalu disebutkan secara eksplisit.
- Menghindari perbuatan makruh dapat meningkatkan ketakwaan dan kualitas ibadah seorang Muslim.
- Penerapan konsep makruh dalam kehidupan modern memerlukan pemahaman kontekstual dan fleksibilitas.
Dengan memahami dan menerapkan konsep makruh secara bijaksana, seorang Muslim dapat menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan selaras dengan ajaran Islam. Hal ini tidak hanya bermanfaat untuk peningkatan spiritual individu, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih baik dan harmonis.
Penting untuk terus mempelajari dan memahami nuansa-nuansa dalam hukum Islam, termasuk konsep makruh, agar dapat menjalankan agama dengan pemahaman yang mendalam dan kontekstual. Dengan demikian, umat Islam dapat menghadapi tantangan kehidupan modern sambil tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip ajaran agamanya
Advertisement