Kisah Awak Cantik Pertaruhkan Nyawa Demi Penumpang Kapal

`Pahlawan cantik` itu membantu beberapa penumpang kapal menyelamatkan diri. "Kru termasuk aku akan menjadi yang terakhir keluar dari kapal".

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 18 Apr 2014, 13:31 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2014, 13:31 WIB
Kisah Awak Cantik Pertaruhkan Nyawa Demi Penumpang Kapal
`Pahlawan cantik` itu membantu beberapa penumpang kapal menyelamatkan diri. "Kru termasuk aku akan menjadi yang terakhir keluar dari kapal".

Liputan6.com, Seoul - Beberapa korban selamat di kapal terbalik Sewol di Korea Selatan tak akan pernah melupakan jasa seorang awak kapal perempuan. Sebab karenanya mereka terselamatkan. Namun, tragisnya, mereka berhutang nyawa. Si cantik yang menyelamatkan mereka justru meninggal dunia

Dilansir dari Korea Herald, Jumat (18/4/2014), awak kapal cantik itu bernama Park Ji-young. Usianya 22 tahun, masih terlalu muda untuk mati.

Ji-young dilaporkan bertindak profesional saat Kapal Sewol yang mengangkut 476 orang terbalik dan karam ketika menempuh rute Incheong-Pulau Jeju, Rabu 16 April 2014 lalu. Ia berjuang untuk memastikan semua penumpang di dek ketiga dan keempat Sewol, mengenakan jaket dan menemukan jalan keluar.

Berawal dari jeritan minta tolong ketakutan para penumpang Sewol, Park disebutkan mendatangi mereka satu per satu, ia lali mengarahkan mereka yang berlarian mencari jalan keluar dari kapal itu. 'Pahlawan cantik' itu membantu beberapa penumpang kapal menyelamatkan diri, dari bencana maritim terburuk di negara itu sejak tahun 1993.

Ia bahkan tak memperdulikan kondisinya yang tak sama sekali mengenakan jaket penyelamat. "Saya berulang kali bertanya mengapa dia tidak menjadi orang pertama yang memakai jaket pelampung. Park hanya mengatakan dia akan keluar dari kapal, setelah memastikan semua penumpang keluar. Park mengatakan 'kru termasuk aku akan menjadi yang terakhir (untuk menyelamatkan diri)'," kata salah satu korban selamat kepada media.

"Park mendorong penumpang yang shock menuju pintu keluar, bahkan ketika air telah mencapai dadanya," jelas Kim Jong-hwang, korban selamat berusia 58 tahun yang ingat betul upaya evakuasi Park.

Sebagai orang yang tahu betul seluk beluk kapal Sewol, Park pun mencoba mengarahkan para penumpang untuk keluar dari jalur yang diberitahunya.

"Ketika kapal terbalik, penumpang ditempatkan sebuah pintu. Salah satu dari mereka jatuh, dan Park menyeret penumpang keluar, dan mendorong orang lain keluar dari dalam kapal," beber Kim.

Jeong Cha-woong, mahasiswa 17 tahun yang juga diselamatkan Park menyebutnya sebagai pahlawan. "Dia meninggal setelah memberikan rompi penyelamatnya sendiri untuk teman-teman yang tenggelam, dan menyelam ke dalam air untuk menyelamatkan orang lain,"ungkapnya.

Ketika jenazah Park tiba di rumah sakit, ibunya pun menyambut dengan sedih. " Aku tidak percaya kau meninggalkan kami," teriak si ibu histeris mendapati putrinya tak lagi bernapas.

Park bergabung dengan perusahaan feri itu pada tahun 2012. Ia bekerja untuk membantu keluarganya. Meskipun ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi di Provinsi Chungcheong Selatan tahun itu.

'Pahlawan Lain'

'Pahlawan' lain yang lebih beruntung dari Park adalah Kim Hong - gyeong.  Penumpang kapal berusia 59 tahun itu juga mempertaruhkan nyawanya, untuk menyelamatkan orang lain.



Kim membuat tali sepanjang 10 meter dengan tirai dari kabin kapal, dan menggunakannya untuk menyeret beberapa penumpang. Meskipun saat itu air sudah mencapai atas lututnya, ia tetap melanjutkan upaya penyelamatan dan menyelamatkan nyawa sekitar 20 orang.

Kim kemudian naik perahu nelayan yang menjadi relawan dalam operasi penyelamatan. Perahu seberat  9.77 ton itu milik Park Young-sup, nelayan 56 tahun. Ia juga bergabung dengan upaya penyelamatan itu.

Young-sup mengaku menerima sinyal untuk bantuan penyelamatan dari komunikasi maritim pemerintah setempat, saat itu ia dalam perjalanan pulang di atas kapal.

Lalu Young-sup pun mengemudikan kapalnya ke TKP. Bersama dengan staf penyelamat lainnya, ia menarik 27 korban hanyut di laut ke kapal, dan membawa mereka ke daerah yang lebih aman.

"Aku tahu persis ketakutan yang mereka rasakan, aku pernah mengalami situasi yang sama," kata Young-sup.

"Anda mungkin merasa seperti berada di ambang kematian. Itu sebabnya saya bergegas ke tempat kejadian untuk membantu menyelamatkan para korban," imbuhnya.

"Ratusan militer, polisi dan personel sipil dikerahkan untuk upaya penyelamatan itu. Banyak nelayan di perairan terdekat juga membantu secarasukarela dalam pencarian korban. Namun operasi penyelamatan bawah air terhalang oleh arus pasang surut dan visibilitas yang rendah," jelas dia.

Sejauh ini, kementerian Pertahanan telah menunjuk Laksamana Hwang Ki - chul, kepala operasi angkatan laut, untuk memimpin penyelamatan. Termasuk mengerahkan kapal pendaratan amfibu Dokdo seberat 14.000 ton, 3 pesawat militer dan ratusan pasukan komando angkatan laut dan tentara.

Pada Jumat pukul 04.40, 25 dari 475 penumpang kapal feri Sewol seberat 6.325 ton telah dikonfirmasi tewas. Seentara 179 lainnya telah diselamatkan. Kini tersisa 271 yang nasibnya masih belum diketahui.

Sebanyak 325 dari 476 penumpang kapal adalah mahasiswa dari Danwon High School di Ansan, tepat di sebelah selatan Seoul. Mereka sedang dalam perjalanan wisata sekolah ke Pulau Jeju.

75 Siswa dipastikan telah diselamatkan, 65 sedang dirawat di Korea University Ansan Hospital. Meskipun tidak ada cedera serius yang dilaporkan, siswa dideteksi mengalami tanda-tanda kecemasan yang ekstrim dan stres.

169 kapal dan 29 pesawat juga dikerahkan di daerah tersebut. Crane untuk membalikkan kapal juga telah dikerahkan perjalanan. Crane pertama dijadwalkan tiba pada Jumat pagi. (Elin Yunita Kristanti)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya