Suriah Akan Gelar Pilpres di Tengah Perang Saudara

Aktivis oposisi Ahmad Alqusair menuding Assad menyelenggarakan pemilu di tengah-tengah penderitaan rakyat Suriah.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 22 Apr 2014, 09:57 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2014, 09:57 WIB
Suriah Akan Gelar Pilpres di Tengah Perang Saudara
Serangan bom di Suriah (Reuters)

Liputan6.com, Damaskus- Suriah, negeri yang dilanda perang saudara tak berujung, bakal menggelar pemilihan presiden (pilpres) untuk menentukan pemimpinnya yang baru.

Pemilu tersebut bakal digelar pada 3 Juni 2014 mendatang di tengah serangan persenjataan militer antara pasukan pemerintah dan kelompok oposisi.

Presiden Bashar al-Assad yang sudah menjabat 2 kali masa pemerintahan sejak tahun 2000 dikabarkan akan kembali mencalonkan diri menuju kursi Suriah1.

"Pemilihan umum presiden Republik Arab Suriah akan dilaksanakan pada 3 Juni dari pukul 07.00 hingga 19.00," kata juru bicara parlemen Muhammad al-Lahham, seperti dimuat Al-Arabiya, Selasa (22/4/2014).

Namun langkah ini ditentang pihak oposisi. Aktivis oposisi Ahmad Alqusair menuding Assad menyelenggarakan pemilu di tengah-tengah penderitaan rakyat Suriah.

Sebagian besar warga yang berpihak pada oposisi mengungsi ke luar negeri. Jadi kemungkinan besar hanya pendukung Assad yang bakal memilih. "Ketika kita sedang diblokade dan tidak bisa makan roti, bagaimana bisa memilih," ujar Ahmad, seperti dimuat BBC.

Penolakan pemilu juga dilayangkan oleh Sekjen PBB Ban Ki-moon. Dia mengutuk keras pelaksanaan pilpres di Suriah, sebab bila hal itu terjadi, upaya perdamaian bisa gagal.

"Ini bisa menggagalkan upaya untuk mengakhiri perang saudara 3 tahun yang telah menewaskan 150 ribu orang," ujar Ban.

Amerika Serikat dan Uni Eropa juga menentang pemilu Suriah. Pihak Barat menyebut penyelenggaran pemilu di negara Timur Tengah itu sebagai 'parodi demokrasi'. "Dengan masih adanya rezim pembantaian," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki.

Sekitar 150 ribu orang tewas dalam perang yang terjadi sejak Maret 2011 itu. Sekitar 2,6 juta orang lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga. Krisis itu juga menelantarkan lebih dari 6,5 juta orang di dalam negeri.

Presiden Bashar al-Assad berkuasa sejak tahun 2000, menggantikan ayahnya, Hafez al-Assad yang meninggal dunia. Hafez telah memerintah Suriah selama hampir 30 tahun sejak 1971.

Bashar al-Assad meraih masa jabatan kedua pada tahun 2007 dengan perolehan 97 persen suara dalam pemilu yang diboikot oleh oposisi, di mana ia menjadi satu-satunya calon dalam surat suara.

Kepada mantan Perdana Menteri Rusia Sergei Stepashin, Assad mengatakan, pihaknya akan menghentikan serangan militer ke oposisi pada akhir 2014. Perang saudara dijanjikan akan berakhir akhir tahun ini. (Elin Yunita Kristanti)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya