151 Tewas Terjebak, Oksigen Dipompa ke Kebakaran di Tambang Turki

Ribuan anggota keluarga dan rekan kerja panik menunggu informasi, berkumpul di luar rumah sakit kota itu.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 14 Mei 2014, 07:22 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2014, 07:22 WIB
Kebakaran tambang di Soma, Turki.
Kebakaran tambang di Soma, Turki. (Reuters)

Liputan6.com, Soma - Korban tewas akibat ledakan dan kebakaran di tambang batu bara di Turki barat bertambah. Kini jumlahnya dilaporkan mencapai 151 penambang, dari laporan awal hanya 20 orang.

Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (14/5/2014), banyaknya penambang yang terperangkap pada hari Selasa 13 Mei waktu setempat dikhawatirkan akan menambah jumlah korban tewas.

"787 Pekerja berada di tambang di Soma --sekitar 120 km arah timur laut dari kota pesisir Aegean di Izmir-- ketika ledakan itu terjadi," ungkap Menteri Energi Taner Yildiz.

"Mereka yang tewas, diduga kuat akibat keracunan karbon monoksida. Sementara 76 lainnya terluka dan dirawat di rumah sakit," sambungnya.

Petugas penyelamat kemudian memompa oksigen ke dalam tambang, untuk menjaga mereka terjebak oleh kobaran api tetap hidup. Sementara ribuan anggota keluarga dan rekan kerja panik menunggu informasi, berkumpul di luar rumah sakit kota itu. Sebuah garis polisi menahan kerumunan ketika ambulans tiba.

Ledakan itu diduga disebabkan oleh korsleting listrik, memicu pemadaman listrik, sehingga lift tidak dapat digunakan dan meninggalkan ratusan penambang terperangkap sekitar 2 kilometer di bawah tanah.

Belum diketahui apakah kobaran api yang enyala di tambang sudah dapat dipadamkan atau belum.

Sementara itu, menurut Walikota provinsi Manisa di Soma, Cengiz Ergun jumlah korban tewas berjumlah 157 orang.

"Di pintu masuk ke tambang 157 mayat telah dikeluarkan," ujar Ergun mengutip pejabat kesehatan setempat.

Akibat musibak tersebut, Perdana Menteri Tayyip Erdogan membatalkan perjalanannya ke Albania pada Rabu ini. "Ia akan mendatangi lokasi bencana," demikian ungkap sumber-sumber di kantor PM Erdogan.

"Upaya penyelamatan bagi saudara-saudara kita di tambang sedang berlangsung... Insya Allah, pada jam-jam mendatang saya berharap menerima berita menggembirakan," kata Erdogan dalam pidatonya pada upacara di ibukota Ankara.

Jumlah Korban Tak Pasti

Karena ledakan terjadi pada pergantian shift, jumlah korban tewas pun belum pasti dan masih simpang siur. Sebab bisa saja penambang yang berganti shift masih ada di dalam untuk beritirahat. Tapi Badan Manajemen Bencana Turki AFAD menyebut, jumlah penambang yang masih berada di dalam dan terperangkap lebih dari 200 orang.

Untuk itu, segala upaya agar para penambang yang masih hidup bisa bertahan di dalamnya, dilakukan oleh tim penyelamat.

"Udara segar, oksigen dipompa ke tambang. Ini adalah hal yang paling penting bagi para pekerja kita di sana," kata Menteri Energi Taner Yildiz.

"Kami menghadapi korban keracunan karbon dioksida dan karbon monoksida... Kami harus mengeluarkan teman-teman dari sana dengan cepat," tambah dia.

Kondisi pergantian shift saat kebakaran terjadi, juga membuat para pejabat pemerintah khawatir akan meningkatnya jumlah korban tewas.

"Sayangnya, kita melihat gambaran yang suram. Sepertinya itu akan menjadi malam yang sangat sulit. Jumlah korban tewas mungkin meningkat, tapi tim penyelamat bekerja keras," kata seorang pejabat yang tak disebutkan identitasnya.

Sejauh ini, 8 orang telah diselamatkan dalam kondisi hidup. Dari tayangan televisi terlihat, penambang yang berhasil diselamatkan langsung dipertemukan dengan keluarga. Haru pun menyambut para penambang itu, diiringi isak tangis.

Insiden kebakaran di tambang Soma, disebut-sebut sebagai kecelakaan pertambangan terburuk di negara itu, selama lebih dari dua dekade.

Sebelumnya, kecelakaan di pertambangan Turki terburuk, terjadi pada tahun 1992. Ketika itu sebuah ledakan gas menewaskan 263 pekerja di provinsi Laut Hitam Zonguldak. Negara ini memiliki catatan kesehatan dan keselamatan yang buruk di bidang pertambangan, khususnya batu bara.

Pada bulan Mei 2010, ledakan gas lain menewaskan 30 penambang, juga di provinsi Zonguldak.


* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya