Liputan6.com, Moskow - Sejak tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menunda beberapa kunjungan resmi ke Turki. Banyak alasan yang dikemukakan oleh para pejabat.
Beberapa menyebutkan Putin menghindari negara-negara yang bukan bagian dari Uni Soviet sejak perang Ukraina dimulai. Yang lain mengaitkannya dengan pilpres Rusia pada awal tahun ini.
Advertisement
Baca Juga
Namun, sejumlah sumber yang memahami pemikiran Rusia mengatakan kepada Middle East Eye (MEE) bahwa syarat Putin untuk mengunjungi Turki adalah alasan utama penundaan terus-menerus tersebut. Demikian seperti dikutip, Kamis (11/9/2024).
Advertisement
Putin ingin terbang ke Turki dengan pengawalan jet tempur Rusia, kata sumber-sumber tersebut, mungkin karena khawatir dengan kemampuan Ukraina untuk menembak jatuh pesawat di rute penerbangan tersebut.
Permintaan Moskow untuk terbang dengan jet tempur Rusia dan juga mungkin mendaratkannya di wilayah Turki merupakan masalah yang rumit. Pasalnya, sistem pertahanan udara NATO di negara tersebut dapat menganggap pesawat tersebut sebagai target musuh.
Seorang yang memahami isu ini mengatakan Turki kemungkinan tidak akan menutup sistem NATO untuk mengakomodasi permintaan Rusia.
Dalam pertimbangan terbaru mengenai kunjungan tersebut, pejabat Rusia dan Turki telah membahas kedatangan Putin pada pekan pertama bulan Oktober.
Namun, permintaan jet tempur yang spesifik membuat penjadwalan dan pengaturan kunjungan tersebut sangat tidak mungkin.
Permintaan yang Tidak Biasa
Dua mantan duta besar Turki, yang sebelumnya terlibat erat dalam protokol diplomatik seputar kunjungan kepala negara asing, mengatakan kepada MEE bahwa permintaan Rusia tersebut sangat tidak biasa.
"Pemerintah Turki mungkin akan mengirim jet tempur untuk mengawal kepala negara asing sebagai isyarat," kata salah satu mantan duta besar. "Meskipun demikian, saya tidak dapat mengingat kunjungan di mana kepala negara asing ingin membawa serta jet tempur negaranya."
Mantan duta besar Turki lainnya menuturkan tidak ada protokol khusus yang mengatur permintaan tersebut, sehingga masih perlu diperdebatkan. Namun, permintaan Rusia dikabarkan tidak hanya terbatas pada jet tempur.
Pejabat Rusia juga mengeluhkan bahwa tiga lokasi hotel terbesar di Ankara, yakni Hilton, Sheraton, dan JW Marriott adalah bisnis milik AS.
Rusia, menurut orang-orang yang paham dengan masalah ini, menganggap jaringan hotel AS tidak aman bagi Putin. Isu ini menimbulkan kemungkinan apakah Turki dapat menyediakan wisma tamu pemerintah untuk menjamu Putin, sebuah protokol yang sangat tidak biasa yang belum pernah ada bandingannya.
Tahun lalu, sejumlah sumber memberi tahu MEE bahwa kekhawatiran keamanan Putin mungkin menjadi alasan penundaan perjalanannya ke Ankara. Karena Turki adalah anggota NATO, kata sumber tersebut, para pejabat Rusia secara khusus mengkhawatirkan kemungkinan upaya pembunuhan terhadapnya atau rombongannya.
Sekilas, kekhawatiran Rusia tentang jaringan hotel dinilai valid, namun Putin bisa saja tidak perlu menginap di hotel jika dia hanya singgah di Turki selama sehari.
Rusia belum berkomentar hingga berita ini diterbitkan. Demikian pula dengan Kementerian Luar Negeri Turki. Turki dan Rusia menikmati hubungan strategis yang berbasis pada energi, perdagangan, dan pariwisata, namun pasang surut tentunya tidak luput.
Awal tahun ini, Putin mengkritik Turki karena memasok senjata ke Ukraina.
Rusia juga merasa tidak senang dengan sistem perbankan Turki, yang sebagian besar menghentikan transaksi dengan Rusia setelah sanksi sekunder AS diberlakukan pada bulan Desember yang mengancam lembaga keuangan yang berdagang dengan bank-bank Rusia. Langkah tersebut mengakibatkan hilangnya sebagian perdagangan bilateral.
Namun, yang juga penting, beberapa pejabat tinggi Rusia telah berulang kali mengatakan bahwa pihaknya ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir kedua di Sinop, Turki, setelah yang dibangunnya di Akkuyu.
Kedua negara juga membahas pembangunan pusat gas di Turki bagian barat.
Advertisement