Liputan6.com, Jakarta Mengingat pengaruh penting Indonesia di kawasan dan dalam kancah internasional, pemilihan umum Indonesia menarik perhatian dari negara-negara tetangga. Walaupun hubungan bertetangga antara Indonesia dan Australi bukan dalam keadaan yang baik, negara tetangga itu pasti berkepentingan untuk mengerti apa yang terjadi dengan Indonesia yang menjadi tetangga dekatnya.
Sebagaimana dilansir dari Sydney Morning Herald, 23 Juni 20140, disebutkan bahwa Australia memiliki “fobia” (ketakutan yang tidak beralasan) terhadap Indonesia dan dipersalahkan sehubungan dengan buruknya hubungan antara dua negara tetangga, demikian diucapkan oleh calon presiden Prabowo Subianto dalam debat yang disiarkan secara nasional hari Minggu lalu.
Calon presiden lainnya, Joko Widodo, mengusulkan membawa Australia ke pengadilan internasional untuk urusan pencari suaka jika diplomasi gagal menghasilkan kesepatakan.
Advertisement
Pembicaraan tentang Australia muncul dua kali salam debat hubungan internasional dan pertahanan antara Prabowo dan Jokowi. Debat ini hanya dua minggu sebelum pemilu tanggal 9 Juli nanti.
Kedua capres sepakat bahwa hubungan dua negara ini tidak baik, tapi ketika Jokowi bertanya kepada lawannya mengenai alasan buruknya hubungan itu, Prabowo menjawab: “Sejujurnya, saya kira persoalan ada di Australia, bukan di kita.”
“Mungkin ada kecurigaan atau fobia terhadap kita, atau karena kita adalah negara besar dengan jumlah penduduk yang besar, dan kadang-kadang kita dianggap emosiaonal,” katanya.
“Kita juga beberapa kali terlibat dalam tindakan militer, sehingga mereka kira kita adalah masalah.”
Prabowo, seorang mantan jenderal pasukan khusus yang maju mencalonkan diri sebagai bentuk kepemimpinan yang tegas, mengatakan bahwa ia ingin kedua negara menjadi tetangga-tetangga yang baik dan untuk “meyakinkan Australia bahwa kita bukanlah ancaman”.
“Namun demikian kita harus tegas dalam melindungi kepentingan utama nasional kita…Kalau dalam permainan catur, kita memiliki sejumlah buah catur di papan, tapi ketika kita membicarakan suatu negara, kita bicara tentang berapa pesawat terbang yang kita miliki atau berapa banyaknya kapal selam,” kata Prabowo.
Ia menjanjikan memperkuat angkatan bersenjata Indonesia menggunakan uang yang diselamatkan dari pembasmian korupsi dan dari para pedagang neoliberal internasional yang “mencuri” dari Indonesia.
Prabowo juga mengatakan dalam debat itu bahwa Indonesia tidak boleh “menyerahkan satu centimeterpun wilayahnya” kepada musuh.
Jokowi, yang sekarang ini adalah gubernur DKI Jakarta, sepakat bahwa ada “kurangnya rasa percaya” antara Indonesia dan Australia, sebagaimana dibuktikan dalam isu penyadapan telepon di akhir tahun lalu. Menurutnya, hal ini bermula dari kurangnya rasa hormat pada Indonesia secara umum.
“Saya kira kita selalu dianggap negara yang lemah…kita harus menunjukkan bahwa kita adalah negara dengan harga diri dan tidak membiarkan negara-negara lain memperlakukan kita sebagai pihak yang lemah,” ujarnya.
Ia menginginkan hubungan yang lebih baik antar pemerintah, bisnis, dan masyarakat dengan Australia, termasuk melalui pertukaran pendidikan dan kebudayaan.
Bicara soal masalah pencari suaka, Jokowi mengatakan bahwa jika pertikaian ini tidak dapat diselesaikan melalui dialog, “kita dapat menyeret mereka ke pengadilan internasional jika memang diperlukan”. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai pengadilan atau yurisdiksi mana yang berlaku.
Prabowo menolak untuk terpancing urusan penyelundupan manusia dan mengulangi tekadnya untuk tidak meruntuhkan integritas wilayah Indonesia dan mengatakan bahwa “kekuatan nasional kita adalah kuncinya.”
Ia ingin meneruskan kebijakan luar negeri Indonesia sekarang ini untuk “memiliki seribu teman dan tanpa musuh”.
Sesudah ini, masih ada lagi dua debat pemilu presiden sebelum hari pemungutan suara. Presiden SBY akan turun jabatan tahun ini karena sudah memasuki masa kepresidenannya yang ke dua sehingga dilarang undang-undang untuk mencalonkan diri lagi. (Ein)