Liputan6.com, Munich - Hari itu, 25 September 1937, diktator fasis Italia Benito Mussolini tiba di Munich Jerman untuk melakukan pembicaraan selama 5 hari dengan pemimpin Nazi Adolf Hitler. Demikian dimuat situs Historynet.com.
Keberangkatan Mussolini dilepas ribuan pendukung. "Segera kembali!," teriak kaum fasis saat kendaraan yang membawa pemimpin mereka melaju menuju stasiun -- di mana kereta api dengan gerbong anti-peluru menunggunya.
Keberangkatan Mussolini ke Jerman dijaga para prajurit Fasis. Pesawat militer mengawal kereta hingga tujuan. Seperti dimuat koran terbitan Melbourne, The Argus terbitan tahun 1937.
Sebelum kunjungan akbar di lakukan, para diplomat Jerman dan Italia berusaha mengatasi perbedaan-perbedaan untuk memperkuat poros Roma-Berlin. Di balik pintu yang tertutup rapat
Karena 2 negara yang sama-sama fasis itu telah menyamakan pandangan terkait isu geopolitik yang melibatkan Asia, negara-negara Balkan, perang sipil di Spanyol, dan Uni Soviet - -sebelum kunjungan dilakukan, maka perhatian Jerman bisa dipusatkan untuk menerima 'tamu agung' itu.
"Tak ada yang mengganggu persiapan peristiwa besar, dengan semua kemegahan dan kondisi yang dimungkinkan untuk memberikan dampak maksimal pada Duce (Mussolini) selama kunjungannya ke Jerman," tulis penulis biografi Hitler, Ian Kershaw, seperti dikutip dari situs World Socialist Web Site (WSWG).
Mussolini diperlakukan sebagai tamu sangat terhormat. Di Jerman, ia menghadiri serangkaian jamuan makan, kunjungan, inspeksi, dan konferensi. Untuknya juga digelar manuver militer Jerman terbesar dan termegah yang pernah disaksikan.
Semua itu dilakukan Hitler untuk merayu Mussolini, mati-matian mencegah agar Italia tak ditarik ke dalam aliansi Inggris dan Prancis.
Kala itu Paris yang berperang dengan Jerman, masih berharap agar Italia menjadi negara netral.
Di bawah Pakta Locarno pada 1926, Italia berkewajiban membantu Prancis jika di masa depan negara itu diserang Jerman.
Kalah Telak
Setelah kunjungan itu Mussolini dan Hitler bersahabat. Keduanya membuat aliansi yang menyeret Italia ke pusaran Perang Dunia II di pihak Jerman pada 1940.
Advertisement
Namun, pasukan aliansi akhirnya kalah di Yunani, Afrika, dan Uni Soviet (Rusia), dan Italia sendiri akhirnya diserbu oleh pasukan Britania Raya dan Amerika Serikat pada 1943. Pada saat itu Mussolini telah diturunkan dari jabatannya oleh Raja Victor Emmanuel III dan ditahan di Campo Imperatore, sebuah resor pegunungan terpencil di Abruzzo.
Tak lama kemudian, pasukan khusus Jerman berhasil membebaskan dan mengembalikannya berkuasa di Italia Utara. Nyatanya, ia adalah pemimpin boneka. Yang sebenarnya berkuasa adalah orang-orang Nazi.
Baik Hitler maupun Mussolini pernah menjadi orang berkuasa yang bikin ngeri dunia. Tapi keduanya berakhir tragis. Dalam waktu berdekatan.
Mussolini, gundiknya Clara Petacci, dan sejumlah pendukungnya ditangkap di sebuah desa bernama Dongo pada 27 April 1945. Oleh kelompok perlawanan berhaluan komunis. Kala itu mereka sedang menuju Swiss, sebelum naik pesawat untuk melarikan diri ke Spanyol. "Tujuh tahun lalu, aku adalah sosok yang menarik. Kini, tak lebih sekedar mayat," kata dia beberapa bulan sebelum tewas.
Pada 28 April 1945, mereka diberondong peluru hingga tewas di desa kecil Giulino di Mezzegra. Hari berikutnya, jasad Mussolini dan pendukungnya digantung terbalik dan dipertontonkan kepada publik di sebuah pompa bensin Esso di Piazza Loreto, Milan.
Sementara itu di Jerman, kekalahan telak membayangi Hitler. Sore itu, 29 April 1945, kabar tewasnya Mussolini sampai ke telinga pemimpin Nazi tersebut.
Hari berikutnya, kala tentara Rusia mendekati Reichskanzlei -- kantor Kanselir Jerman -- Eva Braun menggigit kapsul sianida, Hitler menembak kepalanya. Konon, jasad keduanya lalu dibawa ke atas, melalui tangga pintu darurat ke taman, disiram bensin dan dibakar oleh Tentara Merah Uni Soviet. Meski tak semua orang mempercayai informasi itu. (Baca juga: Misteri Kematian Hitler: `Sang Fuhrer` Lari ke Argentina?)