Dubes Azerbaijan: Kami Menentang Standar Ganda Negara Barat

Dubes Tamerlan Qarayev dalam program The Ambassador menyebut Azerbaijan adalah mitra penting bagi Indonesia.

oleh Andreas Gerry TuwoAdanti Pradita diperbarui 27 Feb 2015, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2015, 09:00 WIB
Tamerlan Karayev
Tamerlan Karayev (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - "Tamu adalah raja", pepatah itu bukan sekedar basa-basi bagi orang Azerbaijan. Namun menjadi bagian dari tradisi yang sudah mendarah daging.

Tak hanya sambutan ramah, tim Liputan6.com yang berkunjung ke Kedutaan Besar negara Kaukasus tersebut di Kawasan Kuningan, Jakarta, juga disuguhi hidangan khas, yang dimasak oleh para staf Kedubes.

Ada Plov, nasi berempah berwarna kuning dengan lauk ayam bumbu kari, lengkap kismis, dan kurma. Juga Marjimak Shorbasi, sup berbahan dasar kacang lentil yang dimakan bersama Chorek atau roti. Hidangan lain, Dorga (makanan pembuka berbahan yoghurt), Dolma, dan Mangal Salati (salad) ikut memenuhi meja makan.

Dalam wawancara khusus yang dipandu presenter Adanti Pradita, Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia, Tamerlan Qarayev mengungkapkan kesannya selama bertugas di Indonesia selama hampir 3 tahun. "Penduduk di Indonesia ramah dan murah senyum," kata Pak Dubes.

Dubes Qarayev juga mengungkapkan, ada banyak kesamaan antara Indonesia dan Azerbaijan. Di antaranya, sama-sama merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, dan memiliki keberagaman etnis, juga agama.

"Azerbaijan sama seperti Indonesia, banyak etnis dan agama. Semua orang bisa menjalankan agama dan kepercayaannya dengan bebas," tambah Pak Dubes yang ramah itu.



Dan meski nama Azerbaijan jarang terdengar di telinga rakyat Indonesia, negara itu adalah mitra penting perdagangan bagi Nusantara. "Azerbaijan menjadi penyuplai minyak mentah terbesar bagi Indonesia," ungkap mantan Dubes Azerbaijan untuk China dan India itu.

Azerbaijan, ungkap Dubes Qarayev, juga berterima kasih atas dukungan dan sikap Indonesia terkait tragedi pembantaian Khojaly yang terjadi pada 25-26 Februari 1992.

Setidaknya 161 penduduk etnis Azerbaijan tewas oleh pasukan Armenia kala itu. Qarayev mengatakan, saat itu, negaranya baru merdeka, tak punya tentara, dan belum mapan secara ekonomi.

Kini, meski telah makmur dan punya angkatan bersenjata yang mumpuni, bagi Azerbaijan, perang bukanlah solusi untuk menyelesaikan konflik teritorial yang masih berlangsung lawan Armenia. Solusi damai tetap yang utama.

Azerbaijan, kata Dubes Qarayev, membutuhkan dukungan internasional untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan. "Kami menentang standar ganda, termasuk yang dilakukan negara-negara Barat dalam memandang sebuah konflik," tegas dia.

Berikut video wawancara khusus Liputan6.com dengan Dubes Azerbaijan, Tamerlan Qarayev:

(Ein/Tnt)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya