Liputan6.com, Kathmandu - Ribuan sekolah yang rusak saat gempa bumi April lalu di Nepal telah mulai dibuka kembali. Lebih dari 25.000 ruang kelas di 8.000Â sekolah hancur pada gempa berkekuatan 7,8 skala Richter itu.
Usai gempa, banyak sekolah itu yang telah dibangun kembali secara sederhana menggunakan bahan seperti bambu, kayu dan terpal. Kelas awalnya akan fokus pada kegiatan kelompok untuk membantu anak-anak pulih dari trauma bencana.
Ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, dan banyak yang masih berjuang untuk membangun kembali kehidupan mereka. Di kabupaten yang paling parah terkena bencana, Sindhupalchok dan Nuwakot, diperkirakan bahwa lebih dari 90% sekolah di sana hancur.
Pemerintah setempat berencana untuk membuka 15.000 sekolah sementara.
Banyak murid akan mengikuti pelajaran di kelas yang dibangun di atas lapangan bermain atau di gedung-gedung yang ditandai kata "aman" setelah dilakukan inspeksi.
Belajar mengajar akan dilakukan dalam waktu yang singkat dan lebih fokus pada bermain game dan kegiatan budaya. PBB telah mendistribusikan alat pendidikan yang meliputi teka-teki dan buku gambar.
"Anak-anak sangat senang di sini untuk melibatkan diri dengan berbagai jenis bahan bermain," kata staf Unicef spesialis pengembangan ​​anak usia dini, Shiva Bhusal seperti dikutip BBC, Minggu (31/5/2015).
Tapi, banyak orangtua masih khawatir tentang keselamatan anak-anak mereka. "Gempa susulan masih terus. Sulit untuk tidak gugup tentang pengiriman anak-anak kembali ke sekolah lagi," kata Mina Shrestha, ibu dari seorang murid berumur 8 tahun Sahaj.
"Tapi para guru telah meyakinkan kami bahwa di sini aman, dan setidaknya pikirannya akan segar jika ia bertemu teman-teman dan studinya," tambah dia.
Namun, sejumlah sekolah tetap ditutup. "Tidak mungkin bagi saya untuk membuka kembali sekarang," ujar Lila Nanda Upadhyay, Kepala Sekolah Rupak Memorial International School Kathmandu, seperti dikutip AFP.
Menurut Unicef, tingginya angka putus sekolah di Nepal sudah menjadi perhatian utama sebelum gempa. Sekitar 1,2 juta anak-anak Nepal berusia antara 5 dan 16 tidak pernah bersekolah atau putus sekolah. (Ado)
Usai Digoyang Gempa, Ribuan Sekolah di Nepal Kembali Dibuka
Di kabupaten yang paling parah terkena bencana, Sindhupalchok dan Nuwakot, diperkirakan lebih dari 90% sekolah di sana hancur.
Diperbarui 31 Mei 2015, 23:27 WIBDiterbitkan 31 Mei 2015, 23:27 WIB
Warga berjalan melewati bangunan yang runtuh pascagempa susulan berkekuatan 7,3 SR melanda Kathmandu, Nepal, Selasa (12/5/2015). Sebelumnya, luka atas gempa dahsyat yang terjadi 25 April lalu di Nepal masih belum terobati. (REUTERS/Athit Perawongmetha)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
350 Ucapan Lebaran BBM Terpopuler untuk Idul Fitri
Tradisi Lebaran di Padang, Keunikan Budaya dan Kebersamaan Masyarakat
Contoh Ucapan Idul Fitri dalam Berbagai Dialek Arab dan Maknanya
6 Peristiwa Penting yang Terjadi di Bulan Syawal, Salah Satunya Pernikahan Nabi Muhammad SAW
Hari Kedua Lebaran, Tak Ada Ganjil Genap di Jakarta Selasa 1 April 2025
Tradisi Lebaran Orang Sunda, Keunikan dan Makna di Balik Perayaan Idul Fitri
Cara Meminta Maaf kepada Orang Tua saat Idul Fitri Bahasa Jawa, Sopan dan Penuh Makna
Tradisi Lebaran di Pontianak, Keunikan dan Keberagaman Budaya
Lebih dari 2.000 Orang Tewas, Pemerintah Myanmar Umumkan Seminggu Berkabung Nasional
Myanmar Gelar Masa Berkabung Nasional Sepekan, Korban Tewas Gempa Capai 2.056 Orang
Tradisi Lebaran Idul Fitri, Keunikan dan Makna di Indonesia
Ada Momentum Lebaran, Fundamental Ekonomi RI Semakin Menguat?