Liputan6.com, Berlin - Pada hari ini, 21 Oktober 1941, sejarah kelam terjadi di Perang Dunia II (PD II). Saat itu tentara Jerman mengamuk dan menewaskan belasan ribu warga Yugoslavia.
Lebih menyedihkan, korbannya mayoritas warga sipil. Yang terdiri dari anak-anak, perempuan dan laki-laki tidak berdosa.
Di kala PD II pecah, sebenarnya Yugoslavia terus berupaya menjaga sikap netral. Namun, sikap tersebut tak bertahan lama. Yugoslavia menyerah. Mereka pun setuju untuk menandatangani perjanjian persahabatan dengan Jerman di akhir 1940.
Advertisement
Penandatanganan perjanjian itu berlanjut ketika Yugoslavia setuju masuk dalam pakta tripartite yang dapat diartikan bahwa Yugoslvia setuju menjadi sekutu militer dari Jerman.
Masuknya Yugoslavia ke dalam kelompok itu mengundang guncangan politik hebat di dalam negeri. Gelombang penolakan aliansi dengan Jerman dan sekutunya terjadi hampir di seluruh wilayah.
Penolakan tersebut mendapat dukungan dari Putra Mahkota Yugoslavia, Pangeran Peter. Karena lantang meneriakan penolakan, Pangeran Peter didukung warga Yugoslavia untuk naik jadi Raja negara itu.
Naiknya Pangeran Peter yang menyebabkan Yugoslavia tidak lagi bersekutu dengan Jerman. Berlin pun marah besar. Mereka mulai kembali melancarkan serangan ke sana.
2 Kota besar Luftwaffe dan Beograd di bom. 17 Ribu orang tewas dalam peristiwa ini.
Pengeboman tersebut membuat Pemerintah Yugoslavia runtuh. Pangeran Peter yang sudah naik jadi Raja diasingkan ke London, pemerintahan darurat dari Ibukota Inggris pun tercipta.
Melihat kondisi itu, Pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler mencoba menduduki Yugoslavia dan membuat pemerintahan 'boneka'. Pemerintahan tandingan itu malah memecah etnis Yugoslavia.
Parahnya lagi, kekuasaan di Yugoslavia dibagi-bagikan oleh Jerman kepada sekutunya, Hungaria, Italia dan Bulgaria.
Penderitaan warga Yugoslavia atas pendudukan Jerman semakin parah ketika pada tanggal 21 Oktober, Jerman melakukan pembantaian di Kragujevac, Kraljevo dan Macva. Belasan ribu orang diketahui jadi korban pembantaian ini.
Yugoslavia tak tinggal diam atas pembantaian ini, tokoh sosialis mereka Josip Broz Tito, negara ini melawan pendudukan Jerman dengan bantuan Inggris dan Uni Soviet.
Jerman pun kembali marah. Mereka mencoba membunuh Tito tapi gagal dan malah membuat rakyat Yugoslavia semakin bersemangat mengusir Jerman dari tanahnya.
"Warga (Yugoslavia) tidak mengenal penguasa mereka (Jerman). Mereka telah mengikuti bandit komunis," ucap seorang pejabat Jerman yang namanya disamarkan karena geram melihat pengaruh sosialis di Yugoslavia, seperti dikutip dari History Channel.
Pada tanggal yang sama di 2010, Myanmar resmi mengganti bendera negaranya. Sementara itu di tanggal serupa pada 21 Oktober 1949. PM Israel Benjamin Netanyahu lahir ke dunia. (Tnt/Ado)