Liputan6.com, Berlin - Di sebuah kamp luas di Kota Jerman Celle, pengungsi memakai sweater tebal. Mereka duduk-duduk dekat pemanas dan merokok untuk mengalahkan dinginnya udara yang saat itu menjelang musim dingin. Terlebih hujan berlangsung seharian. Tenda putih sempit itu satu-satunya tempat mereka berlindung dari serangan dingin telah menjadi rumah kedua.
Beberapa di antara mereka sakit dan khawatir turunnya salju.
Baca Juga
"Cuacanya sangat dingin. Aku bahkan tidak bisa meninggalkan tenda," kata Taher, seorang petani dari Suriah berusia 25 tahun. Duduk di tempat tidur kamp yang dikelilingi oleh cucian basah yang menggantung di tiang tenda, ia meraih sekotak obat batuk.
Advertisement
Dengan musim dingin di depan mata, pihak berwenang berjuang untuk menemukan tempat yang hangat untuk tinggal bagi ribuan pengungsi yang mengalir ke Jerman setiap hari. Dalam keputusasaan, mereka telah berpaling ke ruang olahraga, dan gedung perkantoran kosong.
Tetapi pilihan itu jumlahnya terbatas. Tenda masih dipakai untuk para pencari suaka. Meskipun suhu turun, sebuah survei oleh koran Jerman Die Welt menunjukkan setidaknya 42.000 pengungsi masih tinggal di tenda-tenda.
Tantangan untuk menemukan perumahan yang layak berubah menjadi salah satu tes terbesar bagi pemerintah Angela Merkel, yang telah terjebak untuk mantranya 'Wir schaffen das' ("kita bisa melakukan ini") dalam menghadapi kenaikan skeptisisme publik terhadap jumlah pencari suaka yang semakin meningkat.
Berjuang untuk mengatasi rekor masuknya migran yang bisa melebihi 1 juta tahun ini saja, para menteri kanselir mengatakan musim dingin menentukan apakah Jerman tetap punya pandangan bahwa krisis ini bisa dikelola atau tidak.
"Tentu saja, kita bisa mengelola ini," kata salah satu penasehat yang meminta anonimitas, seperti dilansir Reuters, Senin (19/10/2015)
"Tapi Anda bisa membayangkan skenario terburuk, di mana bisa terjadi kerusuhan selama musim dingin."
Dingin dan hujan
Ada rumah untuk 1.000 orang di kamp di pinggiran Celle, sebuah kota tua di Jerman utara yang selamat Perang Dunia II. Rumah besar berbingkai kayu mirip dongeng di abad ke-16.
Pemanas diesel, pompa udara menjalarkan kehangatan ke dalam tenda dengan biaya 4.000 euro per hari. Tapi para pengungsi memilih berjalan-jalan dengan sandal jepit, mengatakan mereka berjuang untuk tetap hangat.
"Masalah di musim dingin adalah aku harus pergi ke toilet, sering kali di malam hari, dan tiap malam kini hujan dan dingin," kata Shahad Alabadi, seorang dokter gigi dari Irak berusia 26 tahun. Ia mengetatkan mantelnya selagi makan malam di hanggar besar yang berfungsi sebagai kantin kamp.
Suhu turun ke posisi nyaris beku selama seminggu yang lalu. Salju telah jatuh di beberapa bagian Jerman dan tahun ini diperkirakan es akan jatuh lebih cepat di beberapa daerah dalam beberapa hari mendatang.
Michael Lukas, juru bicara Malteser, organisasi bantuan untuk kamp, mengatakan tenda-tenda yang kini ditempati para pencari suaka tidak terbukti untuk musim dingin dan terlalu tipis untuk orang yang ingin tinggal secara permanen.
Mereka dijadwalkan akan dipindahkan ke sebuah pondok, tetapi mereka belum juga dipindahkan meskipun perintah untuk menransfer sudah ada sejak minggu lalu. "Di mana-mana pondok semi permanen telah habis terjual," kata Lukas.
Bernd Mesovic, wakil direktur Pro Asyl, sebuah kelompok yang berkampanye untuk hak-hak pengungsi, mengatakan standar akomodasi yang disediakan di Jerman, ekonomi terkaya Eropa bak 'jauh panggang dari api'.
"Pada musim panas kebijakan resmi mengatakan kepada kami, bahwa sebelum musim dingin dipastikan pengungsi keluar dari tempat penampungan darurat, terutama tenda dan ruang olahraga. Tapi sekarang, Anda hanya harus beruntung punya akomodasi, apapun itu."
Di negara bagian Hesse, 380 pengungsi dievakuasi dari sebuah tenda pada hari Kamis dan dibawa ke akomodasi tetap. Semua itu dilakukan setelah kepala kamp mengatakan ia tidak bisa lagi bertanggung jawab, untuk orang-orang harus tidur di tenda-tenda di tengah cuaca musim dingin.
Dan di Hamburg, sekitar 100 pengungsi turun ke jalan Selasa lalu untuk memprotes aksi tidur di tenda-tenda tak berpemanas, membawa poster bertuliskan "kami dingin" menurut laporan media Jerman.
Walikota Hamburg Olaf Scholz mengatakan, upaya sementara yang dilakukan untuk membuat tenda tahan dingin atau menemukan alternatif. "Prioritas utama saat ini adalah untuk menghindari tunawisma," katanya.
Di Berlin, pihak berwenang mengatakan mereka akan menurunkan tenda tahan dingin di pusat-pusat akomodasi. Mereka juga berencana untuk menempatkan para pengungsi di bandara Tempelhof, sebuah bangungan yang dibangun pada zaman Nazi yang pernah berfungsi sebagai kelangsungan hidup bagi Berlin Barat selama blokade Soviet pasca-perang, dan di bekas pusat kongres ICC.
Di banyak daerah, orang-orang yang telah diberikan status pengungsi masih tinggal di bangunan yang ditujukan untuk pendatang baru karena kurangnya perumahan sosial bagi mereka untuk pindah, kata Mesovic. Ia percaya itu bisa mengambil waktu beberapa bulan untuk mereka pindah.
Harald Loehlein, kepala migrasi di Paritaetische, sebuah organisasi payung LSM Jerman, mengatakan masuknya pengungsi dengan tiba-tiba telah memaksa pihak berwenang untuk berimprovisasi. Baca: Ribuan Imigran Tiba di Jerman dengan Kereta Api
Tapi dia juga menyalahkan keterlambatan pengembalian dana kepada organisasi yang menjalankan pusat pengungsian. Itu jelas menghalangi organisasi untuk membuka akomodasi baru.
Advertisement
Risiko Perkelahian
Badan-badan amal prihatin penyakit musim dingin akan mudah menyebar di antara pengungsi. Herbert Hessler, seorang dokter di praktek medis di Cella mengatakan dua pertiga dari pengungsi terserang selesma.
Penyakit datang dari baju yang habis mereka cuci dan dijemur di dalam tenda dalam keadaan basah dan lembab. Ini membuat mereka mudah sakit, katanya.
Para lembaga bantuan juga telah memperingatkan akan ada peningkatan risiko konflik di kamp-kamp selama musim dingin karena para pengungsi akan menghabiskan lebih banyak waktu meringkuk di tenda-tenda dingin tanpa ada kegiatan apapun.
"Anda dapat pergi ke luar dan bergerak sedikit jika udara hangat, tetapi seluruh hidup Anda terjadi di dalam tenda selama musim dingin. Dan ini membuat hidup menyedihkan," kata Loehlein.
Selain itu, perkelahian dipicu oleh perebutan alkohol untuk menghangatkan badan kemungkinan besar terjadi.
"Orang-orang mengatakan bahwa aku akan ke surga dan Bibi Merkel akan membuat segala sesuatu yang baik," kata Khaldoon Kareem, seorang dokter gigi berusia 27 tahun dari Irak. "Namun, ketika aku melihat tenda, aku berpikir, Merkel ternyata buruk."
(Rie/Tnt)