Liputan6.com, Paris- Pada Jumat 27 November 2015, warna biru, putih, dan merah mendominasi Prancis. Simbol patriotisme dan penghormatan pada 130 korban teror yang terjadi 2 minggu lalu di Paris.
Sekitar 2.600 tamu menghadiri upacara penghormatan untuk para korban yang digelar di pusat Kota Paris. Termasuk Presiden Francois Hollande, mereka yang selamat dari teror, dan keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih.
Mengheningkan cipta digelar selama semenit. Semua orang pun terdiam saat nama-nama para korban dibacakan. Dari Stephane Albertini (39) hingga Stella Verry (37).
Masih lekat dalam ingatan warga Prancis, kengerian yang terjadi pada Jumat, 13 November 2015 malam. Enam serangan teror dilakukan relatif serentak di wilayah ibu kota dan sekitarnya.
Para penyerang yang membawa senapan tempur AK, mengenakan rompi atau sabuk berisi bahan peledak, menebar angkara. ISIS ternyata di balik teror itu.
Sejumlah korban yang selamat dari teror datang ke upacara peringatan menggunakan kursi roda. Sementara petugas ambulans dan pemadam kebakaran mengenakan seragam saat menghadiri upacara yang digelar selama 45 menit di alun-alun bersejarah Les Invalides.
Baca Juga
"Mereka semua adalah simbol Prancis. Para korban ditembak mati karena mereka memilih merdeka," kata Presiden Hollande dalam pidatonya, seperti dikutip dari CNN, Sabtu (28/11/2015).
Advertisement
Baca Juga
Hollande juga menyampaikan duka cita dan simpati pada keluarga korban. "Pada mereka yang tak lagi bisa melihat buah hati mereka. Untuk anak-anak yang terpaksa tumbuh tanpa didampingi orangtuanya..."
Presiden Prancis juga menegaskan pihaknya tak akan tinggal diam.
"Saya berjanji pada Anda semua dengan sungguh-sungguh, Prancis akan melakukan segala cara untuk menghancurkan mereka yang melakukan kejahatan ini," dia menegaskan kepada keluarga korban.
"Itu akan dilakukan tanpa henti, untuk melindungi anak-anaknya (rakyat Prancis)."
Sejak 13 November yang nahas itu, Prancis telah mengobarkan perang pada ISIS. Hollande bersumpah akan menghancurkan kelompok militan itu.
Senin lalu, jet-jet tempur Prancis menyerang ISIS dari kapal induk Charles de Gaulle.
Diplomasi juga dilakukan untuk menggalang dukungan menghancurkan ISIS. Hollande melakukan pertemuan dengan PM Inggris David Cameroon dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Presiden Prancis juga bertemu dengan Barack Obama, Kanselir Jerman Angle Merkel, dan PM Italia Matteo Renzi.
Keluarga korban teror Paris yang berasal dari Inggris, Nick Alexander, juga hadir dalam upacara tersebut.
"Luapan cinta dari seluruh dunia menenangkan hati kami. Membuat kami bangga memiliki Nick sebagai anak kami," kata mereka. (Ein/Bob)**