Liputan6.com, Brussels - Pesta pergantian tahun yang biasanya dimeriahkan oleh kembang api terpaksa dibatalkan di ibu kota Brussels, Belgia. Hal itu disebabkan pihak otoritas menerima ancaman teror.
Perdana Menteri Belgia, Charles Michel mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan informasi yang ia terima bahwa sejumlah aksi teror akan melanda Brussels saat pergantian tahun.
Minggu sebelumnya, polisi juga telah menahan 2 orang yang diduga akan membuat serangan teror di malam tahun baru. Belgia berada di tensi tinggi semenjak aksi teroris melanda Paris pada 13 November lalu karena ternyata diketahui para pelaku merupakan warga negaranya, dan merencanakan serangan teror itu dari Brussels.
Advertisement
Baca Juga
"Kota Brussels bersama seluruh jajaran Kementerian Dalam Negeri Belgia memutuskan untuk tidak mengadakan pesta malam tahun baru pada Kamis ini," kata Wali Kota Brussels Yvan Mayeur seperti dilansir dari BBC, Kamis (31/12/2015).
Tahun lalu lebih dari 100 ribu orang di Brussels merayakan malam pergantian tahun dengan meriah.
"Kali ini tidak, karena dengan situasi seperti ini, kami tidak bisa mengecek orang satu per satu," ia menambahkan.
Bulan lalu, Brussels terpaksa meminta warganya untuk tetap berada di rumah, menutup kampus, universitas, sekolah, jalur kereta selama 4 hari. Hal itu karena karena mereka tengah mencari salah satu pelaku teroris Paris --Abdelhamid Abaoud-- yang disinyalir siap meledakkan diri.
Penangkapan 2 Tersangka
Dua tersangka yang ditangkap polisi Brussels pada awal minggu ini ternyata tidak terkait dengan teror Paris. Hal itu dikemukakan oleh jaksa. Namun, mereka adalah kelompok geng motor Kamikaze Riders yang masih memiliki koneksi dengan Sharia4Belgium, kelompok radikal di Belgia.
Kedua pria itu merencakan serangan ke beberapa lokasi simbolik di kota itu, termasuk ke kantor polisi.
Di waktu yang sama juga, polisi melakukan penggerebekan di kota lain di Belgia. Mereka mendapati sebuah rumah penuh dengan benda-benda berbau propaganda ISIS , termasuk baju militer dan perangkat komputer. Empat orang sempat diinvestigasi, namun dibebaskan tanpa proses lebih lanjut.*