Liputan6.com, Shanghai - Keluarga yang kehilangan sanak saudara tentu bersedih karena kehilangan seseorang yang dicintai. Terlebih lagi jika kehilangan itu melibatkan kecelakaan, kebakaran, ataupun bencana alam. Jasad orang yang dicintai mungkin bisa rusak.
Baca Juga
Dikutip dari Shanghai Daily pada Senin (4/4/2016), sebuah rumah duka di Shanghai mencoba ‘memperbaiki’ tampilan jenazah yang rusak dengan menggunakan teknologi pencetakan 3 dimensi (3D printing).
Begini alasannya: Liu Fengming, pejabat dinas pemakaman umum di Shanghai (bagian dari Biro Urusan Sipil Shanghai) mengatakan, “Sukar rasanya bagi para kerabat menyaksikan wajah atau tubuh orang-orang yang dicintai dalam keadaan tidak lengkap ketika mereka sedang melakukan perkabungan. Make up tidak selalu bisa mengatasi hal itu.”
Advertisement
Longhua Funeral Parlor yang terletak di distrik Xuhui kemudian meresmikan studio pencetakan 3D pada 30 Maret lalu guna mengatasi masalah yang dimaksud. Liu mengatakan bahwa teknologi pencetakan 3D ini dapat memperbaiki penampilan jenazah dengan tingkat keberhasilan 95 persen.
Pada Agustus tahun lalu terjadi ledakan di Pelabuhan Tianjin. Dinas pemakaman pun mengirim para pakarnya untuk membantu memperbaiki wajah-wajah para anggota pemadam kebakaran yang gugur dalam melakukan tugas saat itu.
Selain itu, Liu melanjutkan, teknologi pencetakan 3D juga dapat dipakai untuk memperbaiki jasad orang yang dicintai agar tampak lebih muda atau lebih cantik atau tampan sebelum dimakamkam. Ongkos perbaikan sebagian tidak sampai 10 ribu yuan atau Rp 20 juta.
Jasad Manusia Jadi Perhiasan
Menjadi perhiasan
Selain pencetakan 3D, ada lagi cara penanganan jenazah kaum kerabat yang dicintai.
Tahun lalu, sebanyak 129 ribu orang meninggal di kota itu, dan angka itu telah bertambah dalam 5 tahun belakangan ini. Artinya, banyak tempat pemakaman umum (TPU) yang kekurangan lahan. Rumah Duka Yishan di distrik Minhang pun memutar akal.
Pihak yang berduka diberikan pilihan untuk mengubah abu jenasah hasil kremasi menjadi perhiasan. Proses bersuhu tinggi selama kremasi mengubah abu menjadi sekitar 100 “kristal kehidupan” yang dapat dijadikan perhiasan.
Layanan dengan ongkos 17.900 yuan atau Rp 34 juta ini sedianya akan tersedia juga di rumah duka lain di kota itu jika terbukti populer.
“Saya akan menjaga kristal-kristal dari anggota keluarga di karangan bunga dekat tempat tidur saya, sehingga rasanya mereka masih bersama dengan saya," kata Zhou Fei, warga setempat berusia 20-an.
Tapi, mereka yang berusia paro baya, kurang yakin. Kata Chen Hong, seorang wanita berusia 50-an, “Konsep itu terlalu baru bagi saya dan orangtua saya, dan pemakaman tradisional lebih dapat diterima bagi kami.”
Advertisement