Pengakuan Eks Prajurit: ISIS Pembohong dan Pembunuh

Eks prajurit itu mengungkapkan kebohongan dan alasan ia meninggalkan ISIS, kelompok yang mengaku membawa kekalifahan itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 01 Mei 2016, 20:15 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2016, 20:15 WIB
Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS

Liputan6.com, Berlin - Seorang bekas anggota ISIS yang pernah tampil di video propaganda kelompok teror itu berkisah tentang kekejaman ISIS. Eks prajurit itu mengungkapkan kebohongan dan alasan ia meninggalkan kelompok yang mengaku membawa kekalifahan itu.

Warga Jerman bernama Henry Sarfo sempat jadi warga Inggris dan pernah bekerja sebagai pengantar surat. Ia bergabung dengan ISIS pada April tahun lalu. Setelah bergabung, Safro diminta 'membintangi' video propaganda berisi eksekusi brutal yang disebarkan ke seluruh dunia.

Safro meninggalkan grup itu tak lama setelah ia menyaksikan lebih banyak kebrutalan daripada perdamaian. Ia ditahan saat memasuki Eropa dan kini menunggu persidangan.

"Aku menyaksikan hukuman rajam, orang dipenggal kepalanya, penembakan, tangan dipotong dan lainnya," kenang Sarfo seperti dilansir dari News.com.au, Minggu (1/5/2016).

"Aku juga melihat prajurit anak. Bocah 13 tahun dengan bom sabuk dan Kalashnikov. Beberapa anak bahkan sudah mengendarai mobil dan turut jadi juru eksekusi," lanjut Safro.

"Ingatan paling buruk adalah saat melihat eksekusi 6 pria dengan menembak kepala mereka... Lalu, seorang pria dipotong tangannya, dan dipaksa memegang potongannya di tangan satu lagi," ujarnya lagi.

Safro lantas sadar kalau apa yang digembor-gemborkan perang ISIS berbeda dengan selama ini yang ia dapatkan. Perang bukan untuk dirinya ataupun umat Islam. Safro menegaskan, apapun yang dijanjikan grup itu palsu, penuh kebohongan dan mereka semua pembunuh. 

Pengakuan Eks Prajurit: ISIS Pembohong dan Pembunuh (Independent)

"Negara Islam tidak hanya tidak Islam, tapi juga tidak manusiawi. Saudara kandung enteng saling membunuh karena curiga mata-mata."

Menurut harian Independent, Sarfo lahir di Jerman dan menghabiskan masa remaja di London. Di Inggris, ia sekolah di 3 lokasi dan pindah ke Islam saat berusia 20 tahun.

Ia dipaksa kembali ke Jerman untuk menjalani masa hukuman dipenjara karena perbuatannya melakukan perampokan. Selama menjalani masa hukuman, ia berada satu sel dengan perekrut Al Qaeda.

Pesan eks ISIS

Selain memberikan kesaksian tentangg kekejaman ISIS, Safro mewanti-wanti pasukan koalisi dalam melawan ISIS.

Ia mengatakan, serangan udara yang ditujukan kepada ISIS hanya akan membuat orang semakin ingin bergabung dengan merekaa.

"Serangan udara membuat lebih banyak lagi orang-orang sukarela bergabung dengan ISIS karena serangan menyebabkan mereka kehilangan sanak keluarganya," nasihat Safro.

"Ingat, tiap kali Barat jatuhkan bom, akan ada balasan setimpal pula di Barat. ISIS tahu, pasukan koalisi takut menjejakkan kakinya di medan perang, maka dari itu serangan dari udara," imbuhnya.

"Kalaupun sampai kejadian pasukan Barat turun ke lapangan, mereka punya banyak orang menanti prajurit. Karena, bagi mereka janji surga yang mereka inginkan," tandas Safro.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Jerman, menolak berkomentar sehubungan dengan kesaksian Safro selama kasus peradilan masih berlangsung.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya