Indonesia Kecam Uji Coba Rudal Korut ke Perairan Jepang

Korea Utara menembakkan rudal balistik pada 3 Agustus 2018 yang terbang sejauh 1.000 kilometer dan jatuh di perairan Jepang.

oleh Citra Dewi diperbarui 04 Agu 2016, 18:47 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2016, 18:47 WIB
Rudal milik Korea Utara muncul dari dalam laut saat uji coba pada 23 April 2016
Rudal milik Korea Utara muncul dari dalam laut saat uji coba pada 23 April 2016 (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara kembali meluncurkan rudal balistiknya pada Rabu, 3 Agustus 2018. Kali ini peluru kendali tersebut terbang sejauh 1.000 kilometer dan jatuh di perairan Jepang.

Alhasil, tindakan negeri yang dipimpin oleh Kim Jong-un itu mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk Indonesia.

"Indonesia sangat prihatin dengan kembali dilakukannya uji coba rudal jarak jauh oleh Republik Demorkatik Rakyat Korea (Korut) yang kemarin mendarat di perairan ZEE Jepang," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir kepada awak media pada Kamis (4/8/2016).

"Tindakan tersebut tentunya sangat bertentangan dengan perjanjian komprehensif bebas nuklir dan juga berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB," imbuh pria yang akrab disapa Tata tersebut.

Seperti dilansir BBC, misil yang ditembakkan itu diduga merupakan rudal dengan jarak terpanjang yang pernah diluncurkan Korea Utara.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan, misil tersebut mendarat di dalam zona ekonomi eksklusifnya (ZEE)--wilayah bahari seluas 200 mil yang berada di bawah kuasa hukum Jepang.

"Percobaan tersebut menimbulkan ancaman untuk keamanan Jepang. Ini merupakan tindakan kekerasan yang tidak dapat dimaafkan. Tokyo jelas-jelas protes terhadap hal ini," kata Perdana Menteri Shinzo Abe.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah Indonesia mengimbau agar negara-negara di kawasan tak terprovokasi atas tindakan yang dilakukan Korea Utara.

"Kita tentunya meminta negara di kawasan untuk tidak terprovokasi dan berupaya untuk mengurangi tensi dengan tidak mengambil langkah-langkah yang dapat meningkatkan ketegangan," tutup Tata.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya