Liputan6.com, Kiel - Sejumlah gunung berapi yang paling terkenal di dunia, misalnya Vesuvius dan Mauna Loa, berada di atas permukaan daratan.Tapi ternyata banyak juga gunung berapi yang terletak di dasar lautan.
Karena letak gunung-gunung berapi itu terpencil, penelitian tentangnya pun mensyaratkan perlengkapan selam khusus, sehingga tidak banyak yang diketahui.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Daily Mail pada Sabtu (13/8/2016), para peneliti sekarang dapat menggunakan teknologi baru untuk mengintip aliran lava dari gunung-gunung bawah laut itu.
Hampir 70 persen lempeng bumi terbentuk di tebing-tebing tengah laut, yaitu tempat pertemuan lempengan-lempengan tektonik planet bumi.
Ketika lempengan-lempengan itu bergerak saling menjauh, maka lahar (magma) mengisi celah yang ada di antaranya sehingga menjadi sebuah gunung berapi besar di dasar laut.
Kejadian sangat tersembunyi itu hanya bisa dipelajari menggunakan kapal selam khusus atau robot jelajah laut dalam. Baru-baru ini, para ilmuwan dari GEOMAR Helmholtz Centre for Ocean Research Kiel, Jerman, mencoba mencari cara untuk melakukan penelitian tersebut.
Dr. Isobel Yeo, yang terlibat dalam penelitian, mengatakan, "Penting agar kita mengerti proses-proses ini supaya kita mengetahui apakah yang menjadikan lempengan-lempengan planet kita, sehingga kita menduga apa yang terjadi di masa depan."
"Menurut pendapat kami, sepertinya Tebing Atlantik Tengah bercirikan dengan aktivitas vulkanik besar, yaitu saat-saat adanya letusan vulkanik besar dalam waktu bersamaan."
Pada 2012, para peneliti mengunjungi aliran-aliran lava di suatu bagian Tebing Atlantik Tengah di utara Islandia, yang dikenal sebagai Tebing Kolbeinsey Utara. Mereka memanfaatkan sebuah robot torpedo laut dalam.
Dr. Yeo mengatakan, "Pada 2012, kami berhasil memetakan banyak kegiatan vulkanik yang ada sejak ribuan tahun lalu dan kami temukan menggunakan metode baru yang kami kembangkan."
"Tapi aliran-aliran lava ini masih belum cukup untuk mengisi celah di antara lempengan-lempengan yang tercipta, karena menjauhnya lempengan-lempengan itu."
Artinya, di masa lalu pernah terjadi aktivitas vulkanik dengan aliran-aliran lava lebih dahsyat yang bisa juga terjadi di masa depan."
Pengamatan dengan Perangkat Baru
Pada Juli lalu, para peneliti kembali mengunjungi tempat yang sama, dan kali ini mereka membawa kamera-kamera video dan sebuah sistem kamera digital baru untuk gambar diam yang dipasangkan pada sebuah robot jelajah laut dalam.
Dengan demikian, para peneliti berhasil untuk pertama kalinya melihat aliran-aliran lava laut dalam dalam resolusi gambar yang jauh lebih tinggi daripada yang biasanya.
Kata Dr. Yeo, "Menakjubkan sekali melihat aliran-aliran lava sedemikian rinci untuk pertama kalinya."
"Seperti diduga, kami menemukan banyak aliran-aliran yang masih muda, dan morfologi serta struktur corongnya sepertinya jauh lebih rumit daripada yang kami duga pada awalnya."
Para peneliti juga mengamati adanya bukti kegiatan hidrotermal, yaitu ketika cairan yang terpanaskan oleh kegiatan vulkanik menembus lempengan permukaan.
Gambar-gambar yang terkumpul akan digunakan untuk menciptakan model-model 3 dimensi resolusi tinggi dasar laut, supaya bisa memberikan petunjuk-petunjuk struktur dan usia gunung berapi.
Puncak gunung berapi ini menjulang hingga 20 meter di bawah permukaan laut. Menurut para peneliti, gunung berapi itu jelas aktif. Dr. Yeo menambahkan, "Tunggulah beberapa ratus tahun lagi dan gunung itu mungkin akan menjadi suatu pulau baru."
Advertisement