Terkuak, Misteri 'Kabut Pembunuh' 12.000 Jiwa di London pada 1952

Setelah sekian lama tak diketahui penyebab pastinya, sejumlah peneliti mengaku berhasil memecahkan misteri kabut pembunuh di London.

oleh Citra Dewi diperbarui 16 Nov 2016, 19:07 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2016, 19:07 WIB

Liputan6.com, London - Pada 1952, sebuah kabut misterius menyelimuti London, menutup kota itu dengan lapisan tebal polutan yang mencekik jalan napas, lalu membunuh ribuan orang dan hewan.

Selama ini penyebab pasti maut yang menyebar lewat udara tersebut belum diketahui. Namun, belakangan sebuah tim peneliti internasional mengatakan bahwa mereka telah memecahkan misteri tersebut.

Dalam analisis baru, para peneliti menitikberatkan proses kimia yang berkombinasi dengan kabut alami sebagai akibat dari pembakaran batu bara, di mana proses tersebut menciptakan kabut asam mematikan yang mengubah langit menjadi gelap.

Dikutip dari Daily Mail, Rabu (16/11/2016), ketika kabut tersebut pertama kali menyelimuti London pada Desember 1952, warga tak begitu memperhatikannya.

Namun beberapa hari kemudian, jarak pandang berkurang hingga menjadi 1 meter di beberapa tempat, transportasi ditutup, dan ribuan orang menderita masalah pernapasan.

Pada awalnya diperkirakan 4.000 orang meninggal karena kabut tersebut, di mana 150.000 lainnya harus menjalani perawatan di rumah sakit. Namun menurut studi lain, diperkirakan kematian akibat peristiwa itu mencapai 12.000 jiwa.

Dengan menggunakan data populasi modern di China, peneliti menentukan bahwa peristiwa itu merupakan hasil dari percampuran partikel asam sulfat dengan kabut alami yang menutupi seluruh London.

"Orang-orang tahu bahwa sulfat adalah kontributor besar untuk kabut tersebut, dan partikel sulfat terbentuk dari sulfur dioksida yang dilepaskan oleh pembakaran batu bara yang digunakan di rumah dan pembangkit listrik, serta sarana lain," ujar Profesor Kimia di Texas A&M University, Renyi Zhang.

"Tapi cara sulfur dioksida berubah menjadi asam sulfat belum jelas," imbuh Zhang.

"Hasil kami menunjukkan bahwa proses ini difasilitasi oleh nitrogen dioksida, yang merupakan produk lain dari hasil pembakaran batu bara, dan awalnya terjadi pada kabut alami," jelas dia.

Zhang mengatakan, aspek kunci lainnya dalam perubahan sulfur oksida menjadi asam sulfat adalah, ia menghasilkan partikel asam yang kemudian menghambat proses tersebut.

"Kabut alami mengandung 10 kali partikel mikrometer lebih besar, dan bentuk asam cukup tipis. Penguapan dari partikel kabut itu menyebabkan partikel kabut asam lebih kecil yang menutupi kota " jelas Zheng.

Polusi Udara di China

Menurut para peneliti, reaksi kimia serupa sering terjadi di China saat ini--negara yang memiliki 16 kota dengan polusi terparah di dunia.

Namun, masalah polusi China tidak sepenuhnya sama.

Negara tersebut telah mengalami pertumbuhan industri dan manufaktur besar-besaran selama beberapa dekade, di mana sebagian besar emisinya berasal dari pembangkit listrik, mobil, dan pupuk.

"Perbedaannya di China adalah kabut tipis dimulai dari nanopartikel yang lebih kecil, dan proses pembentukan sulfat hanya bisa terjadi dengan amonia untuk menetralisir partikel," ujar Zhang.

"Di China, sulfur dioksida biasanya dihasilkan oleh pembangkit listrik, nitogren dioksida dari pembangkit listrik dan mobil, sera amonia berasal dari penggunaan pupuk dan mobil."

Warga mengenakan masker saat kabut asap menyelimuti Beijing, China, Senin (30/11). Pemerintah setempat mengumumkan keadaan siaga dan menyarankan warga Beijing untuk berada dalam rumah karena kandungan polusi udara yang berbahaya. (AFP PHOTO/ FRED DUFOUR)

"Sekali lagi, proses kimia yang tepat harus saling mempengaruhi dalam kabut mematikan yang terjadi di China. Sementara kabut London memiliki tingkat keasaman tinggi, kabut China pada dasarnya netral," tambah dia.

Kabut mematikan yang terjadi di London pada 1952 dianggap polusi udara paling mematikan sepanjang sejarah Eropa. Peristiwa itu mendorong penerimaan Clean Air Act pada 1956 oleh Parlemen Inggris.

Dengan memecahkan misteri kabut di London, para peneliti mengatakan bahwa itu juga bisa menambah wawasan yang dapat membantu mencari solusi adanya polusi udara di China.

"Adanya pemahaman yang lebih baik tentang kimia udara memegang kunci untuk mengembangkan tindakan peraturan yang efektif di China," ujar Zhang.

"Pengurangan emisi nitrogen oksida dan amonia tampaknya efektif dalam memutuskan proses pembentukan sulfat," imbuh dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya