Terkuak, Fakta Kedekatan Calon Menlu AS dengan Rusia

Sebuah dokumen yang bocor menunjukkan, Tillerson menduduki jabatan eksekutif di perusahaan minyak AS-Rusia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 19 Des 2016, 12:00 WIB
Diterbitkan 19 Des 2016, 12:00 WIB
Rex Tillerson dianugerahi gelar Order of Friendship dari Presiden Putin setelah membuat kesepakatan dengan perusahaan minyak milik negara, Rosneft
Rex Tillerson dianugerahi gelar Order of Friendship dari Presiden Putin setelah membuat kesepakatan dengan perusahaan minyak milik negara, Rosneft (Tass)

Liputan6.com, Washington, DC - Fakta baru terungkap tentang Rex Tillerson, sosok yang dipilih Donald Trump untuk mengisi pos menteri luar negeri di pemerintahannya kelak. Menurut sebuah dokumen yang bocor, Tillerson adalah direktur sebuah perusahaan minyak Amerika Serikat (AS)-Rusia di salah satu negara tax havens, Bahama.

Tillerson yang merupakan CEO Exxon Mobil juga pernah menjadi direktur anak perusahaan Rusia, Exxon Neftegas selama 18 tahun.

Surat kabar Jerman, Süddeutsche Zeitung mengutip dokumen yang bocor itu melaporkan bahwa ada catatan tahun 2001 yang memuat nama Tillerson sebagai eksekutif di perusahaan yang terdaftar di Bahama. Demikian seperti dilansir dari Daily Mail, Senin (19/12/2016).

Namanya di dokumen tersebut, RW Tillerson, berada sejajar dengan sejumlah nama direksi lainnya yang berbasis di Houston, Texas, dan Moskow. Fakta-fakta tersebut semakin menguak "kedekatan"nya dengan Negeri Beruang Merah.

Penunjukkan Tillerson sendiri sebagai Menlu AS telah memicu banyak tanda tanya. Sejumlah pihak meyakini masuknya ia dalam kabinet Trump akan menimbulkan konflik kepentingan.

Perusahaan yang kini dipimpinnya adalah perusahaan minyak terbesar di dunia. Saat ini Tillerson diketahui memiliki saham bernilai lebih dari US$ 200 juta di Exxon Mobil.

Posisi Tillerson sebagai direktur di anak perusahaan Rusia sempat diumumkan dalam keterangan resmi penunjukkannya.

"Pada Januari 1998, dia dipromosikan untuk menjadi Wakil Presiden Exxon Ventures (CIS) Inc dan Presiden Exxon Neftegas Limited," sebut pernyataan tersebut.

"Terkait peran tersebut, ia bertanggung jawab atas kepemilikan Exxon di Rusia dan Laut Kaspia serta operasi Sakhalin I di lepas pantai Pulai Sakhalin, Rusia," tulis pernyataan tersebut.

Selain itu, Tillerson disebutkan pula telah menjalin beberapa kali kontak dengan Presiden Vladimir Putin selama menegosiasikan kesepakatan energi dengan negara itu.

Ia juga pernah dianugerahi medali persahabatan dan pernah tertangkap kamera tengah menikmati sampanye dengan Putin setelah menandatangani sebuah kesepakatan.

Sosoknya diketahui dianugerahi gelar Order of Friendship dari Presiden Putin setelah membuat kesepakatan dengan perusahaan minyak milik negara, Rosneft.

Sementara itu, Trump dalam pengumumannya mengatakan bahwa karier Tillerson adalah "perwujudan dari impian Amerika."

"Keuletannya, pengalamannya yang luas, dan pemahaman geopolitiknya yang mendalam membuat dirinya menjadi pilihan terbaik untuk menjadi menteri luar negeri. Dia akan mempromosikan stabilitas regional dan fokus pada kepentingan nasional yang menjadi inti dari kepentingan AS," ungkap pernyataan Trump tersebut.

Sementara itu, sejumlah senator kunci di Capitol Hill disebut-sebut tak begitu yakin dengan penunjukkan Tillerson. Senator John McCain menjanjikan bahwa Tillerson akan "diselidiki" sehubungan kedekatannya dengan Rusia.

Ia bahkan mengkritik penghargaan yang diterima Tillerson dari Rusia, menyebut bahwa eksekutif perusahaan minyak itu telah meraih menerima "hadiah dari tukang jagal." Penolakan terhadap Tillerson juga dikemukakan oleh Senator Marco Rubio.

"Menjadi teman dari Vladimir bukan atribut yang kita harapkan dari seorang menteri luar negeri," cuit Rubio di media sosial Twitter.

Keberadaan Rusia terus membayang-bayangi kemenangan Trump bahkan upaya pembentukan pemerintahannya. Pasalnya, Negeri Beruang Merah itu diduga kuat melakukan intervensi dalam pilpres AS hingga berujung pada terpilihnya Trump sebagai presiden ke-45 AS.

Namun Rusia dengan tegas membantahnya. Belum lama ini, Juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov mengatakan AS harus berhenti menuduh Rusia ikut campur dalam pilpres AS atau mereka harus membuktikan tudingannya. 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya