Liputan6.com, Hanoi - Jelang akhir masa jabatannya sebagai menteri luar negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry memutuskan berkunjung ke Vietnam. Kedatangannya tak lepas dari upaya untuk merekonstruksi sejarah.
Seperti dikutip dari BBC, Minggu, (15/1/2017) di Vietnam, Kerry bertandang ke Delta Mekong, tempat di mana ia sempat diserang dengan tiba-tiba oleh Barisan Nasional untuk Pembebasan Vietnam Selatan atau dikenal pula dengan sebutan Viet Cong pada tahun 28 Februari 1969 silam, tepatnya pada era Perang Vietnam.
Di sana, Kerry yang merupakan eks letnan di AL AS bertemu dengan mantan anggota Viet Cong, Vo Ban Tam (70). Mengawali pertemuan tersebut, keduanya pun berjabat tangan.
Advertisement
Dalam peristiwa penyergapan tersebut, Kerry diketahui sempat menembak mati seorang anggota Viet Cong. Dan Vo yang kini berprofesi sebagai petani udang pun masih mengingat hal itu dengan jelas.
Vo mengaku kenal dengan korban tewas yang ditembak Kerry. Lebih lanjut dijelaskan Vo, kala itu pasukan Viet Cong memiliki peluncur roket yang menargetkan kapal patroli militer AS.
Namun Kerry saat itu mengambil langkah berani. Ia memilih loncat ke darat untuk mengejar para anggota Viet Cong sebelum akhirnya menembak operator peluncur roket.
Kerry masih berusia 26 tahun kala itu. Dan berkat keberaniannya tersebut ia dianugerahi medali Silver Star.
Berdasarkan keterangan Vo, anggota Viet Cong yang tewas saat itu bernama Ba Thanh, usianya 24 tahun. Penjelasan ini sekaligus menjawab spekulasi yang beredar selama ini.
"Ia adalah seorang prajurit yang baik," kata Vo kepada Kerry dengan bantuan seorang penerjemah.
Terkuaknya identitas korban menjadi penting bagi Menlu AS itu. Pasalnya, kendati dari peristiwa tersebut ia meraih medali berpuluh-puluh tahun silam, namun kejadian yang sama pula telah mendatangkan kritik ketika dirinya mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2004.
Kerry dituduh membunuh seorang remaja. Namun penjelasan Vo yang menyebut nama dan umur korban jelas mementahkan tudingan tersebut.
Kedatangannya ke Vietnam ini merupakan kunjungan keempat sekaligus terakhirnya sebagai menlu AS mengingat pada tanggal 20 Januari pemerintahan baru di bawah komando Donald Trump akan dilantik.
Sebagai diplomat, Kerry disebut telah meningkatkan hubungan AS-Vietnam.
Sementara itu, menurut salah seorang stafnya, Kerry menemukan lokasi penyerbuan itu dengan bantuan Google Maps.
Ternyata, selama bertugas di Vietnam semasa perang, Kerry juga dianugerahi tiga medali Purple Hearts. Sekembalinya ia dari negeri komunis itu, Kerry menjadi aktivis anti-perang.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Kerry mengatakan, kegagalan AS dalam Perang Vietnam dijadikannya pelajaran untuk membedah krisis yang berkembang belakangan ini.
"Ini mengesankan saya bahwa kita benar-benar harus menganalisis dan memahami apa maksud di balik setiap slogan," katanya kepada wartawan.
Kepada Vo yang notabene eks musuhnya, Kerry mengatakan, ia senang mereka berdua masih hidup.