Liputan6.com, Beijing - Amerika Serikat (AS) berisiko terlibat perang skala besar dengan China. Hal itu akan terjadi jika Washington berupaya memblokade akses ke Laut China Selatan.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh kantor berita Tiongkok sebagai reaksi atas pernyataan Rex Tillerson, calon menteri luar negeri yang dipilih oleh Donald Trump.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya dilaporkan, China telah membangun sejumlah benteng dan pulau buatan di Laut China Selatan. Ketika Tillerson disinggung terkait hal ini ia mengatakan, akses ke lokasi tersebut tidak akan diizinkan.
Advertisement
Dalam pernyataannya, Tillerson tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana AS akan memblokade akses ke sana. Namun menurut para ahli, hal itu hanya bisa dilakukan melalui pengerahan kekuatan militer yang signifikan.
Menurut Tillerson yang merupakan eks CEO Exxon Mobil, keputusan Tiongkok untuk membangun pulau buatan di Laut China Selatan sama halnya dengan langkah Rusia mencaplok Krimea.
"Sebaiknya Tillerson memiliki strategi nuklir yang lebih baik jika dia ingin memaksa sebuah kekuatan nuklir besar untuk menarik diri dari wilayahnya sendiri," tulis Global Times di editorialnya seperti dikutip dari The Guardian, Jumat, (13/1/2017).
"China memiliki kebulatan tekad dan kekuatan untuk memastikan bahwa tindakan yang menganggu itu tidak akan berhasil. Setidaknya Washington harus berencana untuk mengobarkan perang skala besar di Laut China Selatan, karena selain itu pendekatan-pendekatan lain untuk menghalau akses ke Laut China Selatan tak lebih dari tindakan yang bodoh," muat media itu.
Di bawah pemerintahan Barack Obama, AS menunjukkan sikap netral terhadap konflik di Laut China Selatan yang melibatkan sejumlah negara. Namun tak dipungkiri, Negeri Paman Sam kerap menguji kesabaran China dengan berlayar melintasi wilayah itu dalam rangka latihan navigasi.
Sementara itu China Daily menuliskan dalam laporannya, jika kebijakan AS yang lebih konfrontatif termasuk blokade terhadap China menjadi kenyataan maka hal tersebut akan memicu konfrontasi yang menghancurkan antara China dengan AS.
Namun tanggapan resmi pemerintah dikabarkan jauh lebih lunak. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang mengatakan, hubungan China-AS didasarkan pada "non-konfrontasi, non-konflik, saling menguntungkan, dan kerja sama yang setara."
Meski demikian, kedua surat kabar Tiongkok ini pada dasarnya menilai pernyataan Tillerson tak perlu ditanggapi serius karena dianggap sebagai fantasi politik.
"Tapi jika dia mewujudkannya dalam tindakan nyata, maka itu akan memicu bencana," sebut China Daily.