2 Fakta Menarik Bangunan Masjid di Dalam Kuil Dewi Athena

Bangunan Parthenon, kuil Dewa Athena di Yunani, pernah difungsikan sebagai gereja dan masjid.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 17 Jan 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2017, 07:21 WIB
Kuil Dewi Yunani Parthenon pernah difungsikan jadi gereja dan masjid
Kuil Dewi Yunani Parthenon pernah difungsikan jadi gereja dan masjid (Wikipedia)

Liputan6.com, Athena - Parthenon yang dibangun pada abad ke-5 Sebelum Masehi masih berdiri megah di puncak Bukit Acropolis, Yunani. Pada masa lalu, bangunan itu digunakan sebagai tempat pemujaan Dewi Athena.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa bagian signifikan dari ikon Yunani Kuno itu juga pernah difungsikan tempat ibadah umat Kristiani dan Islam. Pertama, Kuil Athena Parthenos dipakai sebagai gereja pada akhir abad ke-6 Masehi.

Kala itu, pada masa kekuasaan Bizantium, sejumlah patung pagan di kuil tersebut disingkirkan. Modifikasi arsitektur juga dilakukan, termasuk mengubah pintu masuk bangunan.

Pintu timur kuil diblokir, sehingga jemaat masuk dari Barat, sesuai standar tradisional Kristen. Sejumlah elemen gereja juga ditambahkan.

Sementara, pada abad ke-15 Masehi, bagian signifikan dari Parthenon difungsikan sebagai masjid oleh Kekaisaran Ottoman, Turki, yang kala itu menguasai Athena.

Namun, Parthenon itu kemudian hancur akibat pertempuran. Masjid baru kemudian didirikan di dalam puing kuil tersebut. 

Atau dengan kata lain, pernah ada dua masjid yang ada di Parthenon. 

Kuil Parthenon, pemujaan Dewi Athena di Yunani (Wikipedia)

Berikut dua fakta menarik tentang masjid di kuil Dewi Athena, Parthenon, Yunani:

1. Dari Kuil, Gereja, lalu Jadi Masjid

Kekaisaran Ottoman, Turki, menguasai Athena pada 1458. Sejak saat itu, penguasa baru itu mengubah Parthenon menjadi masjid.

Tak ada sumber sejarah autentik yang mengungkapkan niat sesungguhnya yang dimiliki Ottoman untuk mengubah Parthenon menjadi gereja.

Yang ada adalah spekulasi. Salah satunya menyebut bahwa Raja Ottoman, Mehmet II, memerintahkan hal itu untuk menghukum warga Athena yang berniat menggulingkan sang penguasa baru.

Bagian apse atau apsis gereja, termasuk altar, digantikan mimbar dan mihrab, tempat imam menyampaikan khotbah.

Karena lukisan manusia dan patung dilarang keras dalam muslim, tembok rumah ibadah itu dicat putih, meski tak secara keseluruhan.

Kuil Parthenon, pemujaan Dewi Athena di Yunani (Wikipedia)

Minaret atau menara masjid juga ditambahkan ke bangunan kuno yang didirikan lebih dari 1.000 tahun sebelumnya.

Salah satu aspek menarik Parthenon di masa Ottoman, meski ada pengaturan rumit dan menjadikannya masjid, keseluruhan struktur bangunan tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan.

Dalam catatan perjalanannya ke Parthenon, penjelajah sekaligus cendekiawan Turki terkenal era Ottoman, Evliya Celeb, mengungkapkan kekagumannya terhadap arsitektur megah itu.

"Dalam tulisannya yang bernada puitis, menggambarkan Parthenon sebagai sebuah benteng kokoh yang tak tertembus, yang seakan dibangun bukan oleh manusia melainkan oleh kepanjangan tangan Illahi," demikian seperti dikutip dari The Vintage News.

Sementara, seperti dikutip dari World Bulletin, Evliya Celeb yang datang pada 1669 juga menyebut ada 11 masjid, satu madrasah, tiga sekolah, dua penginapan, dan tiga pemandian umum yang tersebar di Athena saat itu.

2. Hancur Akibat Pemboman

Pada 1687, Parthenon menjadi pusat sebuah tragedi yang mengubah struktur bangunan itu untuk selamanya.

Kala itu, ia terjebak di tengah Perang Turki Besar (Great Turkish Wars).

Pertempuran tersebut berlangsung selama 16 tahun, dari 1683 hingga 1699, antara Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman) melawan kekuatan-kekuatan besar Eropa yang tergabung dalam Liga Suci.

Serangan pasukan Venesia yang dipimpin Jenderal Francesco Morosini pada 1687 menghancurkan Masjid Parthenon yang juga digunakan sebagai tempat penyimpanan amunisi.

Saat serdadu Venesia mengepung Acropolis, pihak Turki berlindung ke bukit itu. Sebagai bagian dari strategi, mereka menyembunyikan bubuk mesiu di dalam Parthenon, dengan harapan pihak lawan tak bakal tega menyerang warisan sejarah tersebut.

Seperti dikutip dari Gizmodo, setelah penyerangan yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut, sebuah mortar mengenai Parthenon dan meledakkan mesiu yang ada di dalamnya pada 26 September 1687.

Serangan terhadap Parthenon oleh pasukan Venesia

Catatan sejarah menyebut 300 orang tewas akibat kebakaran yang dipicu ledakan mortar dan bahan peledak yang disimpan dalam kuil kuno itu. Acropolis pun terbakar hebat selama dua hari setelahnya.

Masjid Parthenon juga hancur. Seperti dikutip dari World Bulletin, karena rusak parah, rumah ibadah itu tak dibangun lagi setelahnya.

Sebagai gantinya dibangun masjid yang lebih kecil di dalam reruntuhan tersebut.

Namun, masjid pengganti tersebut tak lagi bersisa saat ini. Bangunan itu dihancurkan setelah Yunani merdeka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya