Roti Panggang yang Berwarna Kecokelatan Berisiko Picu Kanker?

Keripik, kentang, dan roti yang dipanggang dalam suhu tinggi hingga berwarna kecokelatan dapat meningkatkan risiko kanker. Apa sebabnya?

oleh Jeannette Kifli diperbarui 24 Jan 2017, 12:40 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2017, 12:40 WIB
Roti yang dipanggang hingga berwarna terlalu kecoklatan disebut berisiko sebabkan kanker
Roti yang dipanggang hingga berwarna terlalu kecoklatan disebut berisiko sebabkan kanker (Itv)

Liputan6.com, London - Keripik, kentang, dan roti yang dipanggang dalam suhu tinggi hingga berwarna kecokelatan dapat meningkatkan risiko kanker. Demikian disampaikan sebuah kampanye kesehatan di Inggris yang mendesak masyarakat untuk mengubah kebiasaan makan dan memasak.

Badan Standarisasi Makanan Inggris (FSA) mengatakan, selama ini orang-orang mengonsumsi terlalu banyak akrilamida. Itu adalah bahan kimia yang diproduksi secara alami ketika memasak makanan bertepung dengan suhu tinggi.

Akrilamida telah terbukti menyebabkan kanker pada hewan, sementara belum dipastikan memiliki efek yang sama pada manusia. Namun konsensus ilmiah menyatakan bahwa hal itu mungkin saja terjadi.

FSA menegaskan bahwa pihaknya tidak ingin menakut-nakuti siapa pun juga tidak akan menggambarkan risiko yang signifikan. Namun demikian, peringatan ini merupakan salah satu cara agar masyarakat dapat dengan mudah mengurangi risiko tersebut.

"Anda tidak dapat menunjuk seseorang dan mengatakan bahwa orang tersebut menderita kanker karena jumlah akrilamida dalam diet mereka, tetapi karena mekanisme yang berefek pada hewan itu ternyata mirip dengan mekanisme yang dapat terjadi pada manusia, tentunya itu bukan sesuatu yang kita dapat hindari," Direktur kebijakan FSA, Steve Wearne mengatakan seperti dikutip dari The Guardian, Selasa, (24/1/2017).

"Kami tidak mengatakan, hindari makanan atau kelompok makanan tertentu, tetapi variasikan diet Anda sehingga Anda dapat mengurangi risiko. Ini soal mengendalikan risiko di seumur hidup anda," tambahnya.

Peringatan itu tidak hanya berkaitan dengan makanan yang tinggi zat tepung seperti kentang dan ubi jalar, namun juga mencakup umbi-umbian lainnya, kerupuk, sereal, termasuk makanan bayu, roti, biskuit, dan kopi.

Tidak ada batas aman yang ditetapkan pada manusia, namun penelitian FSA menunjukkan banyak orang di semua kelompok umur, makan dengan jumlah yang lebih dari yang dipikirkan dan merasa nyaman dengan tidak menyadari risiko yang akan dihadapinya.

"Jika Anda hidup dengan makan keripik, roti panggang, apa pun itu, hal tersebut akan memicu risiko yang lebih tinggi daripada diet sehat," jelas Cath Mulholland, penasihat senior di FSA.

Kampanye "Go for Gold" yang dilakukan FSA sendiri bertujuan untuk merekomendasikan agar makanan yang mengandung zat tepung digoreng atau dipanggang cukup sampai warnanya menjadi kuning keemasan atau lebih terang.

Wearne menjelaskan, merebus, mengukus, dan memasak menggunakan microwave dapat mengurangi warna makanan yang kecokelatan sehingga berujung pada menurunnya kadar akrilamida.

Masyarakat juga disarankan untuk memakan makanan yang bervariasi, mengikuti petunjuk memasak dengan seksama dan tidak menyimpan kentang mentah di kulkas jika kentang tersebut akan dipanggang atau digoreng karena hal tersebut dapat meningkatkan kadar akrilamida. Sebaliknya, kentang mentah harus disimpan dalam suhu yang dingin di atas 6 derajat Celcius.

Kandungan akrilamida pada makanan yang berpotensi memicu kanker pertama kali disorot melalui sebuah penelitian di Swedia pada tahun 2002.

Sementara itu, FSA mengatakan telah bekerja sama dengan industri makanan, termasuk produsen makanan olahan dan pemilik restoran, selama satu dekade untuk mengurangi akrilamida.

"Meski pun akrilamida tidak sepenuhnya bisa dihilangkan dari dapur, pabrikan makanan di Inggris telah bekerja sama dengan mitra suplai, regulator, dan pihak-pihak lainnya baik di dalam mau pun luar negeri untuk mengurangi keberadaannya selama beberapa tahun," terang Helen Munday, Kepala Federasi Makanan dan Minuman.

"Produsen juga memberikan petunjuk yang jelas bagi konsumen dan pelanggan katering untuk memasak di rumah," imbuhnya.

Tidak ada batas maksimum untuk jumlah akrilamida di dalam makanan. Pada tahun 2016, upaya untuk menetapkan aturan tersebut dimentahkan oleh komisi Eropa menyusul lobi industri.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya