Eks Bos Exxon Mobil Resmi Jadi Menlu AS

Liputan6.com, Washington, DC - Senat Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi penunjukan Rex Tillerson sebagai menteri luar negeri yang baru. Pria asal Texas ini merupakan mantan bos perusahaan minyak terkemuka, Exxon Mobil.

Terpilihnya Tillerson dipastikan dalam sebuah pemungutan suara di Senat AS. 56 suara menyatakan dukungannya.

Tillerson pun mendapat 4 suara dari anggota senat Partai Demokrat. Semantara 43 suara lain menolak pria ini dijadikan Menlu AS.

Sebelum senat melakukan pengesahan, Presiden AS Donald Trump menunjukan kemarahannya atas sikap Partai Demokrat tidak sepenuhnya setuju penunjukkan Tillerson.

"Mereka menunda pembentukan kabinet saya, itu sepenuhnya didasari alasan politik," sebut Trump dalam twitternya, seperti dikutip dari Al Araby, Kamis (2/2/2017).

Partai Demokrat secara terang-terangan menentang penunjukan Tillerson. Alasannya, calon yang diinginkan Trump ini tak punya pengalaman dan bisa saja merusak kebijakan luar negeri AS.

Bukan hanya Partai Demokrat, Partai Republik yang sekarang merupakan penguasa perpolitikan AS beberapa politikusnya mengemukakan pendapat yang sama.

Kader senior dan berpengaruh seperti Senator John McCain, Marco Rubio, Lindsey Graham mengkhawatirkan kedekatan Tillerson dengan Rusia serta rekam jejak dukungannya atas penegakan HAM.

Namun, semua pendapat itu dimentahkan Senat AS. Kepala Komite Hubungan Luar Negeri AS, Bob Corker mengatakan Tillerson adalah pilihan tepat.

"Bapak Tillerson memimpin perusahaan global yang mempekerjakan 75 ribu pegawai, dia memiliki hubungan yang baik di seluruh dunia dan mengerti peran kepemimpinan AS," sebut Corker.

"Dia memperlihatkan komitmen menjaga nilai AS dan merestorasi kredibiltas AS dengan cara memperkuat sekutu lama kami dan membangun yang baru," ucap dia.

Pada Desember 2016, Presiden Donald Trump mengonfirmasi kabar bahwa ia menunjuk CEO Exxon Mobil, Rex Tillerson sebagai Menteri Luar Negeri AS. Ia memuji Tillerson (64) sebagai "pemimpin dan pengambil keputusan ulung dalam dunia bisnis".