Polisi Meksiko Bebaskan 31 Imigran Kuba dari Penyanderaan

Sembilan perempuan dan 22 laki-laki yang merupakan imigran Kuba disandera kelompok bersenjata di Benito Juarez, Meksiko.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Mar 2017, 10:02 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2017, 10:02 WIB
Ilustrasi Penyanderaan 2
Ilustrasi Penyanderaan

Liputan6.com, Mexico City - Polisi federal Meksiko menyelamatkan 31 imigran Kuba yang disandera kelompok bersenjata di Benito Juarez, di selatan negara bagian Quintana Roo. 22 laki-laki dan sembilan perempuan tersebut ditahan di dalam sebuah rumah dengan kondisi berdesak-desakan.

Pembebasan para imigran ini berangkat dari informasi yang diberikan oleh penduduk setempat. Korban mengklaim sekelompok orang berpenutup kepala dan bersenjata menahan mereka dan menuntut tebusan.

Melalui sebuah pernyataan, para imigran itu mengakui mereka tidak memiliki dokumen untuk membuktikan status hukum mereka di Meksiko.

"Polisi federal menyediakan makanan dan minuman serta memindahkan mereka ke sebuah lokasi untuk evaluasi medis dan mendapat dukungan untuk menempuh jalur yang seharusnya," demikian pernyataan resmi otoritas Meksiko seperti dilansir CNN, Minggu, (5/3/2017).

Benito Juarez terletak di tenggara Meksiko, sekitar 300 mil dari Havana--Ibu kota Kuba.

Belum diketahui apakah Meksiko menjadi tujuan utama mereka atau sekadar sebagai tempat transit. Selama ini imigran Kuba meninggalkan negara mereka menyusul kondisi perekonomian yang sulit untuk pergi ke Amerika Tengah, khususnya Meksiko, namun tujuan akhir mereka adalah Amerika Serikat.

Selama ini, keinginan warga Kuba untuk menetap di Negeri Paman Sam dimudahkan oleh pemerintah AS. Namun di akhir masa jabatannya, Barack Obama menghentikan kebijakan yang memungkinkan imigran ilegal asal Kuba untuk diterima dengan mudah di AS.

Penghapusan kebijakan ini membuat imigran ilegal yang datang ke AS tidak mudah mendapatkan izin tinggal.

"Warga negara Kuba yang mencoba untuk memasuki Amerika Serikat secara ilegal dan tidak terkualifikasi untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan akan diusir, konsisten dengan prioritas penegakan hukum AS," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya