Terkuak, Desa Berusia 14.000 Tahun yang Bisa Ubah Sejarah Amerika

Menurut peneliti Hakai Institute, desa 14.000 di Kanada diperkirakan usianya tiga kali lebih tua dari Piramida Besar di Giza.

oleh Citra Dewi diperbarui 10 Apr 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2017, 18:00 WIB
Desa berusia 14.000 tahun
Penemuan desa 14.000 tahun di Pulau Triquet mengonfirmasi keberadaan Bangsa Heiltsuk yang selama ini diketahui hanya melalui kisah dari lisan. (Hakai Institute)

Liputan6.com, Pulau Triquet - Sebuah penemuan arkeologi kuno di Pulau Triquet mengonfirmasi keberadaan Bangsa Heiltsuk yang selama ini diketahui hanya melalui penuturan lisan.

Menurut peneliti dari Hakai Institute, desa yang baru ditemukan tersebut diperkirakan usianya tiga kali lebih tua dari Piramida Besar di Giza dan merupakan salah satu pemukiman paling kuno di Amerika Utara.

"Kisah lisan tentang Heilstuk bercerita tentang di sebuah lahan di daerah di mana ekskavasi itu berlangsung. Itu adalah tempat yang tak pernah membeku selama zaman es dan merupakan wilayah yang didatangi oleh nenek moyang kita untuk bertahan hidup," ujar seorang anggota dewan direksi Heiltsuk Resource Management Department, William Housty, kepada CBC News.

Dikutip dari Ancient Origins, Senin (10/4/2017), menurut analisis arang dari perapian yang terletak 2,5 meter di bawah permukaan tanah, diyakini bahwa desa tersebut pernah dihuni pada 14.000 tahun lalu.

"Temuan ini sangat penting karena menegaskan kembali sejarah yang telah diperbincangan orang-orang selama ribuan tahun," ujar Housty.

Melalui ekskavasi di Pulau Triquet yang terletak di Bristish Columbia, Kanada, ditemukan sejumlah artefak unik, termasuk alat pelontar proyektil kayu yang disebut atlatl, kait ikan, dan alat untuk menyalakan api.

Mahasiswa PhD di Univeristy of Victoria yang berkontribusi menemukan artefak tersebut, Alisha Gauvreau, mengklaim bahwa situs tersebut dapat memberikan pemahaman baru atas konsep First Nation--suku-suku asli yang tinggal di Kanada.

Gauvreau menjelaskan bahwa penemuan tersebut dapat mengubah sejarah, termasuk sejarah Amerika Utara.

Berdasarkan teori yang yang selama ini dikenal, diyakini bahwa orang pertama yang "menginvasi" Amerika datang dari Asia melalui daratan Alaska dan akhirnya menetap di Kanada. Namun, dengan adanya penemuan tersebut, Gauvreau berpendapat bahwa teori itu bisa saja salah.

Housty menunjukkan signifikansi ilmiah temuan baru dan bagaimana hal itu bisa memainkan peran penting dalam negosiasi di atas kepemilikan dan hak tanah.

"Ketika kita bernegosiasi, kita membawa sejarah yang diceritakan secara lisan. Jadi sekarang kita tak hanya memiliki sejarah lisan, kita memiliki informasi arkeologi ini. Ini bukan hanya sebuah hal yang dibuat-buat...kita saat ini memiliki sejarah yang didukung oleh ilmu pengetahuan Barat dan arkeologi," ujar Housty.

Gauvrea telah mempresentasikan temuan timnya di konferensi Society for American Archeology.

 

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya