Liputan6.com, Pyongyang - Para serdadu yang berbaris rapi, konvoi kendaraan-kendaraan tempur, tak ketinggalan rudal-rudal terbaru dipamerkan Korea Utara dalam parade militer di Pyongyang, Sabtu 15 April 2017.
Parade unjuk kekuataan itu diselenggarakan pada peringatan 105 tahun kelahiran sang pendiri negara, Kim Il-sung. Sekaligus di tengah spekulasi bahwa Kim Jong-un akan memerintahkan uji coba senjata nuklir yang bikin Semenanjung Korea kian membara.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahkan sampai merasa perlu mengirim armada tempurnya ke Semenanjung Korea.
Advertisement
Baca Juga
Bom GBU-43/B yang dikenal dengan julukan 'mother of all bombs' (MOAB) yang dijatuhkan AS ke basis ISIS di Afghanistan bahkan dilaporkan sebagai 'pesan terselubung' untuk Korea Utara.
Sebaliknya, Korut mengaku telah siap siaga. "Kami siap untuk menanggapi perang habis-habisan dengan perang habis-habisan," kata pejabat militer Korea Utara Choe Ryong-Hae, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (15/4/2017).
"Kami siap memukul balik dengan serangan nuklir versi kami terhadap setiap serangan nuklir," tambah dia.
Pernyataan diungkapkan pihak Pyongyang di tengah tabuhan band militer dan parade pasukan yang berbaris menuju Lapangan Kim Il-sung di jantung ibu kota.
Dalam parade juga ditampilkan apa yang diduga sebagai rudal balistik kapal selam atau submarine-launched ballistic missiles (SLBMs) -- yang bisa dikembangkan membawa hulu ledak nuklir yang mampu mencapai target di seluruh dunia.
Dunia khawatir jika Korut kian dekat dengan keberhasilan memproduksi senjata nuklirnya sendiri.
Sebaliknya, pihak Pyongyang beranggapan, program senjata nuklir penting untuk masa depan mereka -- sehingga mereka meneruskannya dengan mengabaikan tekanan dari AS.
Korea Utara telah melakukan lima uji coba nuklir dan serangkaian peluncuran rudal. Sejumlah ahli dan pejabat pemerintah berbagai negara percaya, rezim Kim Jong-un sedang mengembangkan rudal nuklir hulu ledak yang dapat mencapai Amerika Serikat.
China: Konflik Bisa Pecah Kapan Saja
Pada Jumat kemarin, Menteri Luar Negeri China Wang Yi memperingatkan, "konflik bisa pecah kapan saja."
Ia menambahkan, jika perang sampai bergelora, tak ada pihak manapun yang keluar jadi pemenang.
China, satu-satunya sekutu dekat Korut, khawatir jika konflik akan meruntuhkan rezim Kim dan menciptakan permasalahan di perbatasannya.
"Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dari memprovokasi dan mengancam satu sama lain, baik dalam kata-kata atau tindakan," kata Wang Yi. "Jangan biarkan situasi mencapai level tak bisa diubah dan dikendalikan."
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, jika China enggan, AS sendiri yang akan menyelesaikan masalah Korea Utara.
"Korea Utara sedang mencari masalah. Jika China memutuskan untuk membantu, itu akan luar biasa. Jika tidak, kita akan menyelesaikan masalah ini tanpa mereka! U.S.A," tulis Trump di akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump pada 11 April 2017.