Liputan6.com, Jakarta - Ketegangan di Suriah dan tensi yang melonjak naik di Semenanjung Korea menimbulkan kekhawatiran, konflik skala global, bahkan Perang Dunia III akan menjelang.
Salah satu aspek yang paling dikhawatirkan adalah penggunaan senjata pemusnah massal, terutama senjata nuklir.
Sejarah telah memberikan pelajaran, betapa mengerikannya efek senjata nuklir -- yang kali pertama dan terakhir pernah digunakan selama Perang Dunia II.
Advertisement
Pada 6 Agustus 1945, bom atom 'Little Boy' dijatuhkan dari pesawat bomber EB-29 Superfortress Enola Gay ke Hiroshima, Jepang. Kekuatannya 'hanya' 16 kiloton, namun, akibatnya sungguh luar biasa.
Advertisement
Baca Juga
Saat jarum jam menunjuk pukul 08.15, muncul kilatan cahaya amat terang yang menyilaukan mata. Lalu, panas dan gelombang kejut bola api raksasa dari reaksi nuklir menghancurkan apapun dalam radius 2 kilometer dari titik ledak.
Sekitar 20 menit kemudian, api menjalar ke seluruh kota menghanguskan apapun yang bisa terbakar. Hiroshima luluh lantak.
Tiga hari kemudian, giliran Nagasaki yang target, ketika 'Fat Boy' dijatuhkan ke kota pelabuhan tersebut. Sekitar 240 ribu orang tewas dalan dua insiden itu -- belum termasuk mereka yang terdampak radiasi nuklir.
Waktu berlalu, 'hantu' senjata nuklir masih membayangi. Tak terbayang apa yang bakal terjadi jika amunisi itu kini digunakan.
Jika pada tahun 1945 kekuatan bom atom dalam hitungan 'kiloton', kini bisa jadi meningkat hingga 'megaton'.
Seperti dikutip sebagian dari The Richest, Rabu (12/4/2017), berikut 6 fakta mengerikan senjata nuklir yang harus diketahui banyak orang, terutama para pemimpin dunia -- yang keputusannya bisa menyelamatkan atau membunuh jutaan nyawa manusia:
1. Satu Senjata Nuklir Bisa Musnahkan Manusia
Pada tahun 1950, Leo Szilard -- ilmuwan yang menemukan reaksi berantai nuklir -- mencetuskan teori bahwa sebuah bom termonuklir tunggal yang besar, yang memiliki desain yang tepat, mungkin bisa memusnahkan kehidupan seluruh manusia.
Sejumlah ilmuwan skeptis dengan teori itu. Namun, sebuah studi yang dilakukan atas inisiasi The Bulletin of Atomic Scientists menyimpulkan, gagasan Szilard bukan hal mustahil.
Teknologi di balik senjata nuklir telah meningkat pesat. Dampak dari senjata nuklir yang ada saat ini saja tak terbayangkan -- dibandingkan yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki.
Kian memungkinkan satu senjata nuklir yang ada saat ini bisa memusnahkan hampir semua kehidupan di planet kita. Itulah kekuatan dari senjata nuklir.
Parahnya lagi, ukuran mungkin bukan penentu. Sejumlah ilmuwan mengatakan, beberapa senjata nuklir yang lebih kecil --dari jenis yang tersedia saat ini -- bisa membawa kehancuran di seluruh dunia dan dapat menghapus semua kehidupan di planet kita.
Bayangkan jika sebuah negara meluncurkan senjata nuklir ke bangsa lain, aksi pembalasan pun akan dilakukan. Selain kehancuran, efek samping lain adalah dapat menyebabkan musim dingin nuklir.
Asap yang timbul pasca ledakan nuklir akan naik ke atmosfer dan menghalangi cahaya matahari sampai ke permukaan bumi.
Jika terus berlanjut, musim dingin nuklir akan menghapus semua kehidupan.
Menakutkan, bukan?! Tak heran, banyak ilmuwan terkemuka dan ahli mendorong penghapusan semua senjata nuklir dari muka Bumi -- sebelum kebalikannya yang bakal terjadi.
Advertisement
2. AS hingga Israel Punya Senjata Nuklir
Senjata nuklir adalah ancaman nyata. Salah satu sebabnya adalah, ada sejumlah negara yang terang-terangan mengaku memilikinya.
Secara resmi, ada delapan negara yang punya senjata nuklir dan melakukan uji coba, yakni Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, India, Pakistan, dan Korea Utara.
Selain itu, Israel juga disebut-sebut punya senjata nuklir, meski pihak Tel Aviv mati-matian merahasiakannya.
Tak hanya itu, Afrika Selatan juga diyakini pernah mengembangkan senjata nuklir, meski akhirnya melucutinya.
Negara lain yang diduga berupaya memiliki senjata pemusnah massal itu adalah Iran.
Sebuah kejadian menguatkan dugaan sejumlah negara sedang mengembangkan nuklirnya untuk tujuan perang.
Salah satunya insiden pada 22 September 1979. Kala itu dilaporkan ada dua kilatan cahaya dekat Prince Edward Islands di lepas pantai Antartika.
Kilatan misterius tersebut dideteksi oleh kumpulan satelit Vela Hotel milik Amerika Serikat.
Temuan tersebut memicu spekulasi, uji coba nuklir dilakukan di wilayah tersebut. Dan yang mengerikan, tak ada satu negara pun yang menyatakan bertanggung jawab.
Dugaan pun liar menyebar. Awalnya Israel dan Afsel jadi tersangka. Teori lainnya kemudian menyebut Uni Soviet, Prancis, India, atau Pakistan. Spekulasi lain menyebut, satelit tersebut salah.
Apapun, uji senjata nuklir telah dilakukan lebih dari 2.000 di seluruh penjuru Bumi.
AS sejauh ini melakukan 1.054 uji coba, Uni Soviet 715 kali, Prancis 201 tes, Inggris dan China masing-masing 45 kali.
Sementara, India dan Pakistan melakukan 6 tes, sementara, Korea Utara 5 kali.
Dampak uji coba nuklir tak kalah bahaya. Pada 1961, studi yang dipimpin Dr. Louise Reiss menyimpulkan, anak-anak yang lahir setelah serangkaian tes pertama di AS punya level strontium 90, isotop radioaktif yang bisa menyebabkan kanker.
3. Tsar Bomba, Raja dari Segala Bom
Pada 30 Oktober 1961, pesawat TU-95 milik Uni Soviet terbang perlahan di atas Pulau Novaya Zemlya, yang dikelilingi Laut Arktik. Jet pengebom terbesar pada masanya itu mengangkut kargo yang lebih luar biasa: bom nuklir seberat 27 ton.
Saking besarnya, pintu pesawat harus dipotong agar bom hidrogen jenis AN602 itu bisa masuk.
Bom nuklir itu resminya dinamakan bom hidrogen RDS-220, namun pihak Barat menjulukinya Tsar Bomba, 'Raja atau Kaisar dari Segala Bom'.
total bom yang meledak pada Perang Dunia II, atau 1.400 kali lebih dahsyat dari gabungan bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Jika diledakkan di daratan, negara pun bisa hancur karenanya.
Senjata berkode Vanya itu adalah senjata nuklir paling kuat yang pernah diledakkan.
Pada pukul 11.31 waktu setempat, bahan peledak itu dijatuhkan dari kapal terbang yang langsung bergegas menjauhi lokasi. Pilotnya hanya punya 188 detik untuk lolos dari efek ledakan bom.
Sesaat setelah meledak, awan jamur mengepul setinggi 64 kilometer. Ionisasi dari ledakan menyebabkan gangguan radio komunikasi selama berjam-jam.
Semua bangunan di desa Severny -- baik terbuat dari kayu ataupun bata-- yang terletak pada 55 km dari lokasi uji coba ikut hancur.
Getaran dari uji coba bom ini terasa hingga 1.000 kilometer dari lokasi peledakan. Badan Seismologi Swedia mengonfirmasi getaran di wilayah mereka, berasal dari uji coba bom nuklir Tsar Bomba.
Bom juga mengakibatkan getaran kaca, dan ada yang pecah, hingga radius 900 km, mencapai Norwegia dan Finlandia.
Dampak luar biasa dari Tsar Bomba hanya setengahnya dari efek maksimumnya -- yang kekuatannya 100 megaton. Untung senjata itu tak sempat digunakan dalam perang. Jika sebaliknya yang terjadi, niscaya yang terjadi adalah bencana.
Bukan tak mungkin, uji coba yang dilakukan di tengah Perang Dingin bakal melecut Perang Dunia III.
Tak hanya di Bumi, Bulan juga disebut-sebut jadi lokasi pengujian bom nuklir -- konon itu yang sempat direncanakan Uni Soviet.
Di sisi lain, ilmuwan terkenal Carl Sagan juga disebut-sebut merancang model matematika untuk rencana AS menguji senjata nuklir di Bulan. Untungnya, niat dua negara yang berstatus 'adidaya' itu tak kesampaian.
Advertisement
4. Ada Ribuan Senjata Nuklir
Baru dua senjata nuklir yang dijatuhkan dalam pertempuran. Keduanya di Jepang. Dunia pun sudah menyaksikan dampaknya yang mengerikan.
Kabar buruknya, masih ada ribuan senjata nuklir yang dampaknya serupa atau bahkan lebih besar.
Berdasarkan prediksi, Rusia ada pada urutan pertama sebagai negara yang memiliki senjata nuklir terbanyak, yakni sebanyak 7.300 buah. AS ada di urutan kedua dengan 6.970 hulu ledak.
Prancis diyakini punya 300 senjata nuklir, sementara China 260 buah. Sementara Inggris memiliki 215 hulu ledak, baik India dan Pakistan punya 120.
Korea Utara juga diduga punya cukup banyak senjata nuklir, setidaknya 10 buah, sementara Israel bisa jadi menyimpan 80 hulu ledak nuklir.
Jumlah tersebut tak hanya akan meningkatkan potensi perang nuklir, tapi juga mempertinggi potensi kecelakaan yang melibatkan senjata pemusnah massal itu.
Misalnya pada 1961, pesawat B 52 Stratofortress yang membawa dua senjata nuklir hancur di udara.
Akibatnya, dua bom nuklir -- yang diduga memiliki kekuatan 3.000 hingga 4.000 kiloton jatuh.
5. Satu Pesawat Bisa Angkut 16 Senjata Nuklir
Makin modern, sistem pengiriman senjata nuklir kian mudah. Sebuah pesawat siluman pengebom B2 Spirit, misalnya, bisa mengangkut 16 buah senjata nuklir B83 -- yang masing-masing kekuatannya 75 kali lipat bom atom yang dijatuhkan ke Nagasaki.
Sementara, sebuah kapal selam nuklir bisa membawa 154 misil. Dalam situasi tersebut, kecelakaan sebuah kendaraan pengangkut bisa memicu malapetaka bagi kehidupan.
Kondisi terkini juga meningkatkan risiko penggunaan senjata nuklir.
Korea Utara, misalnya, terus berusaha mengembangkan senjata nuklirnya. Sejumlah ahli memperkirakan, 5 hingga 10 tahun mendatang, kemampuan Pyongyang akan mendekati bahkan menyamai AS.
Selain itu, konflik antara India dan Pakistan membuat area regional menjadi loksai paling berbahaya -- karena berpotensi menjadi lokasi perang nuklir.
Advertisement
6. Senjata Nuklir Mungkin di Tangan Teroris
Tak hanya negara yang bisa membuat dan menggunakan senjata nuklir, tapi juga sejumlah organisasi yang mengkhawatirkan, misalnya teroris -- termasuk ISIS.
Sejumlah ahli mengklaim, ISIS teroris mungkin tak merasa perlu mendesain bom nuklir untuk mengakibatkan korban jiwa secara massif.
Sebab, bahkan sebuah 'dirty bomb' -- bom konvensional yang mengandung unsur radioaktif bisa menyebabkan kematian bagi 4.000 hingga 5.000 manusia. Itu belum termasuk luka-luka yang diakibatkannya.
Namun, potensi teroris memiliki senjata nuklir bukannya tak mungkin. Pakistan, misalnya.
Senjata pemusnah massal yang dimiliki negara tersebut bisa jadi menghadapi potensi direbut kelompok teroris.
Fakta lain yang mengerikan, cara pembuatan senjata nuklir tersebar luas. Ada di Wikipedia, bahkan dengan mudah didapatkan dengan cara mencari di Google.